Pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, menyerukan penggulingan pemerintahan Benjamin Netanyahu, mengingat “ apa yang dibutuhkan oleh negara ini (Israel) adalah agar Netanyahu keluar dari kehidupan kita.”
Berbicara kepada para demonstran, Lapid mengatakan: “Ini adalah hari-hari yang sulit, dan yang paling dibutuhkan negara ini adalah agar Netanyahu keluar dari kehidupan kita.”
Dia menambahkan, “Misi saya adalah melakukan segalanya agar kekuatan Anda (demonstran) berubah menjadi perubahan politik pada saat yang tepat.”
Lapid melanjutkan: “Saya berjanji kepada kalian dan saya bersumpah bahwa kami akan terus bekerja sampai hal ini selesai. Pemerintahan ini akan jatuh. Pemerintahan ini tidak akan bertahan lama. Kami akan mengembalikan mereka (para tawanan Israel) ke tanah air mereka!”.
Rentetan demonstrasi kembali meletus di sejumlah kota di Israel. Ribuan pengunjuk rasa berdemonstrasi menuntut kesepakatan pertukaran tahanan dan mendesak diadakannya pemilihan umum dini.
Sebelumnya pada hari Sabtu, keluarga tawanan Israel di Gaza menuduh pemerintah Netanyahu “telah meninggalkan anak-anak mereka dan membiarkan mereka mati.” Pernyataan itu disampaikan setelah Brigade Izzuddin Al-Qassam mengumumkan kematian Nadav Bublabel, 51 tahun, seorang tawanan yahudi kewarganegaraan Inggris yang menderita luka-luka akibat serangan Israel.
Dalam konferensi pers di depan markas Kementerian Pertahanan di Tel Aviv, seorang kerabat tawanan di Gaza mengatakan: “Pemerintah Netanyahu telah menelantarkan anak-anak kami dan membiarkan mereka mati, setelah mereka memutuskan untuk melakukan operasi militer di Rafah, karena hal ini akan membahayakan nyawa mereka.”
Baru-baru ini, keluarga-keluarga tawanan Israel meningkatkan protes mereka untuk menekan pemerintah agar mencapai kesepakatan dengan gerakan Hamas, terutama ketika gerakan Hamas mengumumkan persetujuannya terhadap proposal mediator untuk pertukaran tahanan dan gencatan senjata secara bertahap, sementara Israel merasa keberatan dengan proposal tersebut.
Pada hari Senin (06/0524), militer Israel memulai operasi di timur kota Rafah, di selatan Jalur Gaza, yang dipadati oleh lebih dari sejuta pengungsi. Operasi itu tetap dilakukan meskipun dunia internasional mengecam operasi yang diprediksikan akan menimbulkan bencana kemanusiaan lebih buruk di Gaza.
Sumber: Anadolu Agency.