Pemimpin oposisi Israel Yair Lapid mendesak anggota Kabinet Perang Benny Gantz dan Gadi Eizenkot untuk keluar dari pemerintahan Netanyahu, ia mengatakan bahwa keluarnya Gantz dan Eizenkot dapat memuluskan pemakzulan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Ajakan Lapid merupakan tanggapan atas konferensi pers yang disampaikan oleh Benny Gantz pada hari Sabtu (18/05/24) dimana ia mengancam akan meninggalkan Kabinet Perang pada tanggal 8 Juli jika rencana-rencana perang yang jelas yang ia ajukan tidak disetujui. Dalam konferensi persnya, Gantz menjelaskan rencana-rencananya terkait siapa yang akan memerintah di Jalur Gaza setelah perang berakhir.
Dalam tanggapannya, Lapid berkata: “Sudah cukup konferensi pers, sudahi ancaman kosong, keluarlah (dari pemerintahan Netanyahu). Jika Anda berdua berani keluar, kita sudah berada di era paska Netanyahu dan Ben Gvir.”
Meskipun Gantz adalah pesaing terkuat Netanyahu dalam survei terbaru, pengunduran dirinya dari pemerintahan tidak akan cukup untuk menggulingkan Netanyahu jika partai-partai lain yang tersisa mendukung PM Israel tersebut dan mendapatkan kursi mayoritas di Knesset .
Namun pernyataan Gantz jelas menunjukkan meningkatnya tekanan terhadap koalisi Israel, yang didominasi oleh partai-partai sayap kanan radikal.
Dalam pidatonya pada Sabtu malam, Gantz memberi waktu kepada pemerintahan Netanyahu hingga 8 Juni untuk menentukan strategi perang yang jelas.
Gantz berkata, “Ada kebutuhan untuk perubahan saat ini, dan kami tidak akan membiarkan sandiwara ini berlanjut. Netanyahu mengarahkan negara ini menuju jurang yang dalam. Perdana Menteri harus memilih antara perpecahan dan persatuan, dan antara kemenangan dan bencana.”
Gantz meminta Kabinet Perang untuk menyetujui 6 poin dari rencana-rencana yang ia ajukan untuk konflik di Gaza sampai tanggal 8 Juni. Langkah-langkah tersebut meliputi:
- Pengembalian warga Israel yang diculik oleh Hamas.
- Menghapus kekuatan Hamas.
- Melucuti semua senjata di Gaza, dan memastikan kehadiran militer Israel disana.
- Membentuk pemerintahan Eropa-Amerika-Palestina di Jalur Gaza, serta memastikan keberhasilan otoritas Palestina dalam memerintah Gaza dan kembalinya warga ke Gaza utara.
- Melanjutkan normalisasi dengan Arab Saudi sebagai langkah luas untuk menjalin hubungan dengan dunia Arab.
- Perekrutan mahasiswa lembaga keagamaan di Israel sebagai tentara cadangan untuk menjamin kekuatan militer.
Pada hari Sabtu, Netanyahu menilai Gantz lebih memilih untuk mengancam seorang Perdana Menteri Israel ketimbang mengancam gerakan Hamas.
Netanyahu menyatakan dalam sebuah pernyataannya bahwa: “Gantz lebih memilih untuk mengancam saat militer kita sedang berperang melawan Hamas di Gaza. Saya menolak tenggat waktu yang disampaikan oleh Gantz dan menegaskan kembali penolakan mutlak saya terhadap pembentukan negara Palestina sebagai bagian dari kesepakatan normalisasi dengan Arab Saudi..”
Menurut Netanyahu, “syarat-syarat yang disampaikan oleh Gantz adalah manipulasi kata-kata, dan makna jelasnya adalah berakhirnya perang, kekalahan bagi Israel, pengabaian sebagian besar orang yang diculik, pembiaran atas kekuasaan Hamas, dan berdirinya negara Palestina.”
Sumber: Skynewarabia