Aktivis hak asasi manusia di Maroko meluncurkan kampanye boikot terhadap sejumlah selebriti Maroko yang bungkam dan mengambil sikap netral atas kekejaman dan genosida yang dilakukan penjajah Israel di Gaza. Belakangan ini, gerakan ‘Blockout 2024’ muncul di seluruh dunia menyerukan untuk memblokir akun media sosial selebriti yang diam dan mengecam sikap bungkam mereka atas apa yang terjadi di Gaza.
Seorang aktivis hak asasi manusia Maroko mengatakan kepada media Turkiye, Anadolu Agency bahwa “kampanye digital ini bertujuan untuk mengekspos sejumlah selebriti yang bungkam tentang apa yang terjadi di Gaza dan seluruh Palestina.” Gerakan ‘Blockout 2024’ sendiri telah menjadi ikon dan simbol masih adanya hati nurani manusia.
Aktivis Maroko meluncurkan kampanye mereka setelah keberhasilan kampanye boikot ‘Blockout 2024’ yang menargetkan selebriti di tingkat internasional. Kampanye ini mengakibatkan menurunnya pengikut sejumlah selebriti, berdasarkan laporan situs yang khusus memantau akun media sosial mereka.
Dalam sebuah wawancara dengan Anadolu, ketua Jaringan Demokrasi Maroko untuk Solidaritas Rakyat, Mohamed Al-Ghafri menekankan “pentingnya kampanye digital ini, terutama karena selebriti sangat bergantung pada jumlah pengikut dan seberapa banyak konten mereka ditonton.”
Sejak April lalu, universitas-universitas di Amerika, Kanada, Inggris, Perancis, India, dan Spanyol telah mengalami aksi demonstrasi yang menolak perang di Gaza. Mereka menuntut agar pihak universitas menghentikan kerja sama akademik dengan universitas-universitas di Israel.
Aktivis Maroko, Mohammed Al-Riahi mengatakan kepada Anadolu bahwa; “Aksi boikot ini dilakukan dalam kerangka kampanye media yang bertujuan untuk mengekspos selebriti Arab yang tidak melakukan apa pun terhadap penderitaan rakyat Palestina, padahal ada kemarahan luar biasa yang diluapkan oleh dunia internasional dan melibatkan aktivis non-Arab dan non-Muslim.”
Sejak 7 Oktober lalu, Israel melancarkan perang di Gaza, menyebabkan lebih dari 117.000 warga Palestina meninggal dan terluka, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak dan wanita. Sementara sekitar 10.000 orang hilang di tengah kehancuran besar-besaran dan kelaparan yang merenggut nyawa anak-anak dan orang tua.
Israel terus melanjutkan perang di Gaza meskipun ada perintah dari Mahkamah Internasional untuk segera menghentikan serangan darat ke kota Rafah dan mengambil tindakan sementara yang diperlukan untuk mencegah tindakan “genosida” dan memperbaiki situasi kemanusiaan yang mengerikan di Jalur Gaza.
Sumber: Anadolu Agency.