Kementerian Luar Negeri Saudi pada selasa malam waktu setempat mengutuk serangan Israel yang terus menerus atas Suriah. Kemenlu menyeru dunia internasional untuk bersikap dan mendukungnya. Riyadh juga menyatakan kepuasannya dengan tindakan yang diambil oleh Damaskus dalam upaya memulihkan keamanan dan stabilitas yang kembali bergejolak di selatan negara itu.
Israel kembali melakukan pelanggaran terhadap kedaulatan Suriah pada hari Selasa (15/07/25) dengan melancarkan serangan udara ke provinsi Daraa. Serangan tersebut mengikuti serangan-serangan lain yang sebelumnya menargetkan provinsi Suwayda yang bertetangga dengan Daraa. Sejumlah media mengabarkan bahwa serangan-serangan tersebut bertepatan dengan masuknya tentara Suriah ke provinsi tersebut untuk menyelesaikan konflik bersenjata antara suku Badui dan Druze yang mengakibatkan puluhan orang tewas dan luka-luka.
Kementerian Luar Negeri Saudi menyatakan dalam sebuah pernyataannya bahwa Kerajaan Saudi Arabia “mengecam keras serangan Israel yang terus-menerus dan terang-terangan terhadap wilayah Suriah. Riyadh mengecam campur tangan Israel dalam urusan internal Suriah serta gangguan terhadap keamanan dan stabilitasnya. Hal tersebut merupakan pelanggaran nyata terhadap hukum internasional dan perjanjian ‘damai’ tahun 1974 antara Suriah dan Israel.”
Kerajaan Saudi Arabia juga menyerukan “komunitas internasional untuk berdiri bersama Republik Arab Suriah, mendukungnya pada fase penting ini, serta melawan terhadap serangan dan pelanggaran Israel yang terus berlanjut terhadap Suriah.”
Terkait perkembangan di Al-Suwayda, Kementerian Luar Negeri Saudi menjelaskan bahwa pihaknya “terus memantau perkembangan di Republik Arab Suriah dan menyatakan kepuasannya atas langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah Suriah untuk mencapai keamanan dan stabilitas, memelihara perdamaian sipil, dan memastikan kedaulatan negara beserta lembaga-lembaganya di seluruh wilayah Suriah.”
Pada hari Minggu (13/07/25) bentrokan kembali meletus antara kelompok Druze dan Badui bersenjata di Suwayda, dengan menggunakan senjata sedang dan berat, menyusul penyitaan kendaraan bersama oleh kedua belah pihak, menurut sumber lokal yang berbicara kepada Anadolu Agency.
Sumber mengonfirmasi bahwa sebagian besar korban adalah anggota kelompok bersenjata, sementara sejumlah warga sipil terluka dalam bentrokan tersebut, yang mengakibatkan lebih dari 89 orang tewas dan 100 orang terluka, menurut statistik terbaru yang dilaporkan oleh Kantor Berita resmi Arab Suriah (SANA) pada Senin malam.
Sebelumnya, pasukan tentara dan Kementerian Dalam Negeri memasuki kota Suwaida, setelah operasi di pedesaan provinsi tersebut untuk memulihkan keamanan.
Setelah jatuhnya rezim Bashar al-Assad pada akhir 2024, pasukan Keamanan Umum pemerintah baru mulai memasuki wilayah-wilayah kegubernuran di negara itu. Namun, konvoi pasukan ini memilih untuk tidak memasuki Suwayda pada saat itu dan kembali ke Damaskus untuk mencegah pertumpahan darah lebih lanjut. Hal ini disebabkan oleh penolakan Hikmat al-Hijri, salah satu ulama terkemuka komunitas Druze di wilayah tersebut terhadap pasukan keamanan Suriah.
Sumber: Anadolu Agency