Pertemuan tingkat tinggi pertama antara pejabat Suriah dan Israel sejak lebih dari seperempat abad terlaksana di Perancis. Pertemuan yang berlangsung di Paris tersebut dimediasi oleh Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah, Thomas Barrack.
Menurut laporan dari Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, Menteri Perencanaan Strategis Israel, Ron Dermer, turut serta dalam pertemuan tersebut dan bertemu langsung dengan Menteri Luar Negeri Suriah, Asaad al-Sheibani. Sesi pertemuan tersebut berlangsung sekitar empat jam, di mana kedua belah pihak membahas langkah-langkah untuk meredakan ketegangan, khususnya di Suriah selatan.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengungkapkan poin-poin penting perjanjian yang mediasi oleh Amerika Serikat di ibu kota Prancis, Paris, sebagai berikut:
- Menyerahkan penanganan konflik Sweida kepada Amerika, dan Washington berkomitmen untuk menindaklanjuti pelaksanaan butir-butir perjanjian tersebut.
- Penarikan semua pasukan suku Arab dan pasukan Keamanan Umum Suriah ke luar desa-desa Druze.
- Faksi-faksi Druze akan menyisir semua desa untuk memastikan bahwa desa tersebut bersih dari pasukan suku-suku Arab dan pemerintah Damaskus.
- Membentuk dewan lokal dari masyarakat Sweida untuk melaksanakan tugas penyediaan layanan.
- Membentuk komite untuk mendokumentasikan pelanggaran di Sweida dan menyerahkan laporannya kepada pihak Amerika.
- Melucuti semua senjata di Quneitra dan Daraa dan membentuk komite keamanan lokal dari penduduk daerah tersebut, dengan syarat mereka tidak memiliki senjata berat.
- Tidak ada organisasi atau lembaga yang berafiliasi dengan pemerintah Suriah yang diizinkan memasuki Sweida, sementara organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa diizinkan masuk.
Sejumlah sumber mengindikasikan bahwa pertemuan tersebut merupakan bagian dari serangkaian pertemuan rahasia yang diadakan selama beberapa bulan terakhir, dan bahwa pembicaraan Paris dapat menjadi titik awal untuk membangun kepercayaan antara kedua belah pihak.
Sumber-sumber diplomatik Barat telah mengungkapkan rencana Israel yang dikenal sebagai proyek “Koridor David”, yang bertujuan untuk membangun jalur darat yang menghubungkan wilayah Druze di Sweida dengan wilayah Kurdi di Suriah timur laut di bawah kendali Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang memiliki hubungan baik dengan Tel Aviv.
Sumber tersebut menggambarkan proyek ini sebagai bagian dari upaya regional Israel yang lebih luas untuk meningkatkan kehadiran dan pengaruhnya di wilayah Suriah, dengan mengeksploitasi perpecahan geografis dan etnis yang diakibatkan oleh krisis yang sedang berlangsung.
Setelah penarikan pasukan Kementerian Pertahanan Suriah dari Sweida, kelompok-kelompok Druze setempat, beberapa di antaranya dekat dengan Sheikh al-Hijri, mengambil alih kendali situasi keamanan. Hal ini menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi perluasan kegiatan intelijen dan militer Israel di wilayah selatan negara itu.
Sumber tersebut juga menunjukkan bahwa proyek Israel memiliki tujuan tambahan untuk menggagalkan upaya pemerintah transisi Suriah, yang dipimpin oleh Ahmed al-Sharaa, untuk mendapatkan kembali kendali atas wilayah Suriah.
Ia menunjukkan bahwa kekacauan keamanan yang sedang berlangsung di selatan memberi Israel ruang yang cukup untuk bermanuver secara strategis dan melaksanakan rencananya, mengingat kesibukan pemerintah pusat dengan meningkatnya masalah dalam negeri.
Sumber: Newsroom, i24news, BBC.