Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan rencana untuk mengklasifikasikan Ikhwanul Muslimin (Muslim Brotherhood) sebagai organisasi teroris asing melalui keputusan eksekutif. Pengumuman ini disampaikan dalam wawancara eksklusif dengan situs berita Just the News pada Minggu (23/11), menandai kebangkitan isu sensitif ini di tengah dinamika politik AS yang semakin memanas.
Trump menegaskan bahwa dokumen akhir sedang disiapkan dalam format “yang lebih kuat dan mengikat”, dengan keputusan tersebut akan diterbitkan di bawah kondisi paling ketat. “Ini adalah langkah penting untuk melindungi keamanan nasional kita dari ancaman ideologis yang mendukung ekstremisme,” ujar Trump, seperti dikutip dari wawancara tersebut. Keputusan ini didorong oleh arus konservatif dalam Partai Republik, yang memandang Ikhwanul Muslimin sebagai sumber ketidakstabilan regional dan lingkungan ideologis yang memelihara radikalisme.
Latar Belakang dan Tantangan Hukum
Ikhwanul Muslimin, organisasi Islam politik yang didirikan di Mesir pada 1928, beroperasi secara desentralisasi di berbagai negara dengan cabang-cabang yang berbeda struktur hukum dan peran politiknya. Di AS, tidak ada cabang resmi organisasi ini, tetapi terdapat jaringan kelompok Islam dengan ikatan intelektual atau historis, seperti Islamic Circle of North America (ICNA), Muslim American Society (MAS), International Institute for Islamic Thought (IIIT), dan Muslim Student Association (MSA). Kelompok-kelompok ini sering kali didirikan oleh mantan anggota Ikhwan atau dipengaruhi pemikiran organisasi tersebut, meskipun tidak ada bukti ikatan organisasional, operasional, atau finansial langsung dengan cabang Timur Tengah.
Pada masa kepresidenan Trump pertama (2017-2021), upaya serupa terhambat oleh keberatan dari Departemen Luar Negeri AS, Pentagon, dan CIA. Mereka menyatakan kesulitan dalam mengidentifikasi cabang spesifik sebagai dasar hukum, karena klasifikasi semacam itu berisiko digugat di pengadilan AS tanpa bukti kuat yang menghubungkan seluruh jaringan dengan dukungan terorisme. Kini, dengan kembalinya pengaruh Partai Republik di Kongres dan tren konservatif yang kuat di isu keamanan nasional serta imigrasi, lingkungan politik mendukung inisiatif radikal ini. Basis pemilih Trump yang mayoritas melihat Islam politik sebagai ancaman langsung turut memperkuat langkah tersebut.
Implikasi Geopolitik dan Regional
Pengumuman Trump datang di tengah isu-isu saling terkait seperti konflik Gaza, pengaruh Iran, dan aktivitas Hamas—kelompok yang secara ideologis terkait dengan Ikhwanul Muslimin. Keputusan ini dipandang sebagai bagian dari strategi tekanan lebih luas terhadap Hamas, Sudan, dan Iran, sekaligus sinyal dukungan bagi rezim-rezim yang ingin mengurangi pengaruh Islamis. “Ancaman ini saja sudah menjadi pesan politik yang jelas bagi Hamas, Iran, dan negara-negara pendukung lainnya,” kata sumber dari arus konservatif Partai Republik.
Di Eropa, isu Ikhwanul Muslimin telah memicu perdebatan panas selama bertahun-tahun. Negara-negara seperti Prancis, Austria, dan Jerman telah menerapkan kebijakan ketat terhadap jaringan organisasi ini, termasuk pengawasan yang lebih intensif. Keputusan AS berpotensi memberikan “payung politik” tambahan bagi negara-negara Eropa untuk mengambil tindakan lebih lanjut terhadap jaringan Ikhwan di benua tersebut.
Dampak Potensial di AS dan Global
Jika terealisasi, keputusan ini akan menjadi langkah besar di luar sekadar simbolis, mengubah kebijakan AS terhadap Islam politik secara keseluruhan. Namun, eksekusi hukumnya tetap rumit dan berpotensi memicu perdebatan sengit soal kebebasan sipil serta hak organisasi Islam di AS. Pengamat memperingatkan bahwa hal ini bisa membuka pintu bagi pengawasan yang lebih ketat terhadap kelompok-kelompok Islam di AS yang dianggap memiliki “latar belakang intelektual” dekat dengan Ikhwan, sehingga menimbulkan kontroversi atas kebebasan beragama dan organisasi.
Secara global, langkah Trump mencerminkan pendekatan konfrontatif yang lebih komprehensif terhadap Islam politik, memperkuat posisi kekuatan regional yang menentang Ikhwan dan melemahkan kemampuan Islamis untuk memanfaatkan keseimbangan internasional. Sementara itu, ancaman ini telah diinterpretasikan sebagai dukungan bagi rezim di Sudan dan wilayah lain yang berupaya membatasi pengaruh Islamis.
Hingga kini, pemerintahan Trump belum merilis detail timeline pelaksanaan, tetapi pengamat politik AS memperkirakan keputusan akhir bisa diumumkan dalam minggu-minggu mendatang, tergantung dinamika internal Partai Republik.





