RISALAH
  • Ta’aruf
    • RISALAH.ID
    • FDTI
    • Syarah Rasmul Bayan
    • Kontak Kami
  • Materi Tarbiyah
    • Ushulul Islam (T1)
    • Ushulud Da’wah (T2)
    • Kurikulum FDTI
      • Kelas 1
        • Mentoring
        • Penugasan
        • Majelis Rohani
        • Bina Wawasan
        • Kultum
        • Seminar
        • Taushiyah Pembina
      • Kelas 2
        • Mentoring
        • Penugasan
        • Majelis Rohani
        • Bina Wawasan
        • Seminar
      • Kelas 3
        • Mentoring
        • Penugasan
        • Majelis Rohani
        • Seminar
        • Diskusi Wawasan Islam
      • Kelas 4
        • Mentoring
        • Majelis Rohani
        • Seminar
        • Diskusi Wawasan Islam
    • Akademi Tarbiyah Islamiyah
      • Materi Taklim
      • Materi Majelis Rohani
      • Materi Bina Wawasan
      • Materi Nadwah
    • Al-Arba’un An-Nawawiyah
  • Download
    • Buku Materi
    • Buku dan Materi Presentasi Bahasa Arab
      • Durusul Lughah Al-Arabiyah
      • PowerPoint Durusul Lughah Al-Arabiyah
    • Majalah
    • Power Point Materi Taklim
  • Donasi
Kategori
  • Akhbar Dauliyah (722)
  • Akhlak (66)
  • Al-Qur'an (50)
  • Aqidah (134)
  • Dakwah (26)
  • Fikrah (1)
  • Fikrul Islami (40)
  • Fiqih (120)
  • Fiqih Dakwah (68)
  • Gerakan Pembaharu (22)
  • Hadits (93)
  • Ibadah (12)
  • Kabar Umat (330)
  • Kaifa Ihtadaitu (6)
  • Keakhwatan (5)
  • Kisah Nabi (10)
  • Kisah Sahabat (3)
  • Masyarakat Muslim (13)
  • Materi Khutbah dan Ceramah (76)
  • Musthalah Hadits (3)
  • Rumah Tangga Muslim (6)
  • Sejarah Islam (159)
  • Senyum (2)
  • Taujihat (25)
  • Tazkiyah (43)
  • Tokoh Islam (14)
  • Ulumul Qur'an (7)
  • Wasathiyah (60)
0
2K
RISALAH
Subscribe
RISALAH
  • Ta’aruf
    • RISALAH.ID
    • FDTI
    • Syarah Rasmul Bayan
    • Kontak Kami
  • Materi Tarbiyah
    • Ushulul Islam (T1)
    • Ushulud Da’wah (T2)
    • Kurikulum FDTI
      • Kelas 1
        • Mentoring
        • Penugasan
        • Majelis Rohani
        • Bina Wawasan
        • Kultum
        • Seminar
        • Taushiyah Pembina
      • Kelas 2
        • Mentoring
        • Penugasan
        • Majelis Rohani
        • Bina Wawasan
        • Seminar
      • Kelas 3
        • Mentoring
        • Penugasan
        • Majelis Rohani
        • Seminar
        • Diskusi Wawasan Islam
      • Kelas 4
        • Mentoring
        • Majelis Rohani
        • Seminar
        • Diskusi Wawasan Islam
    • Akademi Tarbiyah Islamiyah
      • Materi Taklim
      • Materi Majelis Rohani
      • Materi Bina Wawasan
      • Materi Nadwah
    • Al-Arba’un An-Nawawiyah
  • Download
    • Buku Materi
    • Buku dan Materi Presentasi Bahasa Arab
      • Durusul Lughah Al-Arabiyah
      • PowerPoint Durusul Lughah Al-Arabiyah
    • Majalah
    • Power Point Materi Taklim
  • Donasi
  • Tazkiyah

Istiqamah

  • 26-01-2018
universe

Mukadimah

Tidaklah disebut sebagai seorang yang beriman jika tidak ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai Rasul. Oleh karena itu, tuntutan bagi seorang muslim di sepanjang hayatnya adalah menjaga keyakinannya ini hingga akan terasalah kelezatan iman sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ذَاقَ طَعْمَ الْإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا

“Akan merasakan kelezatan iman, orang yang ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai Rasul” (HR Muslim).

Nasihat singkat dan padat yang disampaikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada kita umatnya agar menjaga dan memelihara keimanan ini adalah,

قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ

“Katakanlah: ‘Aku beriman kepada Allah’, kemudian beristiqomah-lah”. (HR. Muslim).

Ini adalah sebuah nasihat agung bagi seluruh umat Islam agar mereka memiliki kesadaran bahwa ada tuntutan pada dirinya untuk selalu menjaga, memelihara, dan merealisasikan nilai-nilai keimanan; selalu berpegang teguh pada ajaran-Nya—dinul Islam, serta mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Istiqamah bukan hanya diperintahkan kepada manusia biasa, akan tetapi ia pun diperintahkan kepada manusia-manusia besar sepanjang sejarah peradaban manusia, yaitu para nabi dan rasul. Perhatikanlah ayat berikut ini,

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

“Maka tetaplah (istiqamahlah) kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”(Q.S. Hud:112)

Definisi

Istiqamah adalah anonim dari thughyan (penyimpangan atau melampaui batas). Ia bisa bermakna: ‘berdiri tegak di suatu tempat tanpa pernah bergeser’.

Akar kata istiqamah adalah qaama yang berarti berdiri. Maka secara etimologi, istiqamah berarti tegak lurus.[1]

Secara terminologi, istiqamah bisa diartikan dengan beberapa pengertian berikut ini:

Abu Bakar As-Shiddiq ketika ditanya tentang istiqamah ia menjawab bahwa istiqamah adalah kemurnian tauhid (tidak menyekutukan Allah dengan apa dan siapa pun).

Umar bin Khattab berkata, “Istiqamah adalah komitmen terhadap perintah dan larangan serta tidak menipu sebagaimana tipuan musang”

Utsman bin Affan berkata, “Istiqamah adalah mengikhlaskan amal kepada Allah Ta’ala”.

Ali bin Abu Thalib berkata, “Istiqamah adalah melaksanakan kewajiban-kewajiban”.

Al-Hasan berkata, “Istiqamah adalah melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan”.

Mujahid berkata, “Istiqamah adalah komitmen terhadap syahadat tauhid sampai bertemu dengan Allah Ta’ala”

Ibnu Taimiyah berkata, “Mereka beristiqamah dalam mencintai dan beribadah kepada-Nya tanpa menoleh kiri kanan”

Jadi, muslim yang ber-istiqamah adalah muslim yang selalu mempertahankan keimanan dan akidahnya dalam situasi dan kondisi apapun.

Dalam konteks perjuangan dakwah, istiqamah berarti tegarnya seorang da’i bak batu karang dalam menghadapi gempuran ombak-ombak yang datang silih berganti. Ia tidak mudah loyo atau mengalami futur serta degradasi dalam perjuangan. Ia senantiasa sabar dalam menghadapi seluruh godaan di medan dakwah.

Dalil-Dalil Tentang Istiqomah

Di dalam al-Qur’an dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, banyak sekali ayat dan hadits yang berkaitan dengan masalah istiqamah, di antaranya adalah:

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

“Maka tetaplah (istiqamahlah) kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”(QS Hud, 11:112)

Ayat ini mengisyaratkan kepada kita bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang bertaubat bersamanya harus beristiqomah sebagaimana yang telah diperintahkan. Istiqamah dalam mabda (prinsip), minhaj (pedoman) dan hadaf (tujuan) yang telah digariskan dan tidak boleh menyimpang dari perintah-perintah ilahiah.

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ (٣٠) نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ (٣١)

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Tuhan kami ialah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): ‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu’”. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat;  di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh  (pula) apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Fushilat, 41: 30 – 31).

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-Ahqaf, 46: 13-14)

Empat ayat di atas menggambarkan urgensi istiqamah setelah beriman dan pahala besar yang dijanjikan oleh Allah Ta’ala, seperti hilangnya rasa takut, sirnanya kesedihan dan surga bagi hamba-hamba-Nya yang senantiasa memperjuangkan nilai-nilai keimanan dalam setiap kondisi dan situasi apapun.

Sedangkan hadits yang berbicara tentang istiqamah diantaranya adalah hadits berikut ini.

عَنْ أَبِي عَمْرو، وَقِيْلَ : أَبِي عَمْرَةَ سُفْيَانُ بْنِ عَبْدِ اللهِ الثَّقَفِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ قُلْ لِي فِي اْلإِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَداً غَيْرَكَ . قَالَ : قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ

Dari Abu Amr, -ada juga yang mengatakan- Abu ‘Amrah, Sufyan bin Abdillah Ats-Tsaqofi radhiallahu anhu dia berkata, “Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah katakan kepada saya tentang Islam sebuah perkataan yang tidak saya tanyakan kepada seorangpun selainmu’. Beliau menjawab, ‘Katakanlah, ‘saya beriman kepada Allah’, kemudian beristiqomah-lah”. (HR. Muslim).

Selain ayat-ayat dan hadits di atas, ada pula pernyataan ulama tentang urgensi istiqamah yang patut kita renungkan. Sebagian orang-orang arif berkata, “Jadilah kamu orang yang memiliki istiqamah, bukan menjadi orang yang mencari karamah. Karena sesungguhnya dirimu bergerak untuk mencari karamah sementara Rabbmu menuntutmu untuk beristiqamah.”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Sebesar-besar karamah adalah memegang istiqamah.”[2] 

Faktor-Faktor Yang Melahirkan Istiqomah

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah dalam Madaarijus Salikiin menjelaskan bahwa ada enam faktor yang mampu melahirkan istiqamah di dalam jiwa:

Pertama, beramal dan melakukan mujahadah (optimalisasi).

وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَءَاتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلَاكُمْ فَنِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ

“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.  (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu dan (begitu pula) dalam (Al Qur’an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.” (QS. Al-Hajj, 22:78)

Kedua, bersikap moderat antara tindakan melampui batas dan menyia-nyiakan.

وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا

“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (QS. Al-Furqan, 25:67)

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّةٌ وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةٌ فَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى سُنَّتِي فَقَدْ أَفْلَحَ وَمَنْ كَانَتْ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ فَقَدْ هَلَكَ

Dari Abdullah bin Amru, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,  “Setiap amal memiliki puncaknya dan setiap puncak pasti mengalami kefuturan (keloyoan). Maka barang siapa yang pada masa futurnya (kembali) kepada sunnahku, maka ia beruntung dan barang siapa yang pada masa futurnya (kembali) kepada selain itu, maka berarti ia telah celaka” (HR Imam Ahmad)

Ketiga, tidak melampui batas yang telah digariskan ilmu pengetahuannya

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggung jawaban.” (QS 17:36)

Keempat, tidak menyandarkan pada faktor kontemporal, melainkan bersandar pada sesuatu yang jelas.

Kelima, ikhlas.

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

“Padahal mereka tidak disuruh melainkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam (menjalankan)  agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah, 98:5)

Keenam, mengikuti Sunnah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ

“…Barangsiapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku nanti, dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian untuk berpegang pada sunnah-ku dan sunnah Khulafa’ur Rasyidin yang mereka itu telah diberi petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian.” (HR. Tirmidzi)

Imam Sufyan berkata, “Tidak diterima suatu perkataan kecuali bila ia disertai amal, dan tidaklah lurus perkataan dan amal kecuali dengan niat, dan tidaklah lurus perkataan, amal dan niat kecuali bila sesuai dengan sunnah.”

Pengaruh Positif dan Buah Istiqomah

Muslim yang beristiqomah, yakni yang selalu berkomitmen terhadap nilai-nilai kebenaran Islam dalam seluruh aspek hidupnya, akan merasakan pengaruh positif dan buah istiqamah:

Pertama, keberanian (syaja’ah).

Muslim yang selalu istiqomah akan memiliki keberanian yang luar biasa. Ia tidak akan gentar menghadapi segala rintangan di jalan kebenaran. Ia tidak akan pernah menjadi seorang pengecut dan pengkhianat dalam hutan belantara perjuangan.

Akan sangat berbeda dengan orang yang di dalam hatinya terdapat penyakit nifaq, yang selalu mengalami kegamangan dalam melangkah dan kekhawatiran serta ketakutan dalam menghadapi berbagai rintangan. Perhatikan firman Allah Ta’ala dalam surat Al-Maidah ayat 52 di bawah ini;

فَتَرَى الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ يُسَارِعُونَ فِيهِمْ يَقُولُونَ نَخْشَى أَنْ تُصِيبَنَا دَائِرَةٌ فَعَسَى اللَّهُ أَنْ يَأْتِيَ بِالْفَتْحِ أَوْ أَمْرٍ مِنْ عِنْدِهِ فَيُصْبِحُوا عَلَى مَا أَسَرُّوا فِي أَنْفُسِهِمْ نَادِمِينَ

“Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata, “Kami takut akan mendapat bencana”. Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.” (QS. Al-Maidah, 5: 52)

Di dalam sejarah kita melihat parade keberanian para sahabat. Hal ini tiada lain adalah karena pengaruh dari istiqamah yang telah menghujam di dalam dada mereka.

Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menawarkan pedang kepada para sahabat dalam perang Uhud, seketika Abu Dujanah berkata, “Aku yang akan memenuhi haknya, kemudian membawa pedang itu dan menebaskan ke kepala orang-orang musyrik.”.

Pada saat seorang sahabat mendapat jawaban dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya ia masuk surga kalau mati terbunuh dalam medan pertempuran, maka ia tidak pernah menyia-nyiakan waktunya lagi seraya melempar kurma yang ada di genggamannya kemudian ia meluncur ke medan pertempuran dan akhirnya mendapatkan apa yang diinginkan yaitu, syahadah (mati syahid).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Ali bin Abu Thalib setelah ia menerima bendera Islam dalam peperangan Khaibar sebagai berikut, “Jalanlah, jangan menoleh sehingga Allah memberikan kemenangan kepada kamu.” Lantas Ali berjalan, kemudian berhenti sejenak dan tidak menoleh seraya bertanya dengan suara yang keras; “Ya Rasulullah atas dasar apa aku memerangi manusia?” Beliau bersabda, “Perangi mereka sampai bersaksi bahwasanya tiada Tuhan selain Allah……” (HR Muslim)

Inilah gambaran keberanian para sahabat yang lahir dari keistiqomahannya yang harus kita teladani dalam menegakkan nilai-nilai kebenaran, kebaikan dan keindahan Islam.

Kedua, ithmi’nan (ketenangan)

Keimanan seorang muslim yang telah sampai pada tangga kesempurnaan akan melahirkan tsabat dan istiqomah di medan perjuangan.

Tsabat dan istiqomah sendiri akan melahirkan ketenangan, kedamaian dan kebahagian. Meskipun ia melalui rintangan dakwah yang panjang, melewati jalan terjal perjuangan dan menapak tilas lika-liku belantara hutan perjuangan. Karena ia yakin bahwa inilah jalan yang pernah ditempuh oleh hamba-hamba Allah yang agung yaitu para Nabi, Rasul, generasi terbaik setelahnya dan generasi yang bertekad membawa obor estafet dakwahnya. Perhatikan firman Allah di bawah ini,

وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ

“Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepadamusuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.”(QS. Ali Imran, 3:146)

الَّذِينَ ءَامَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”(QS. Al-An’am, 6: 82)

الَّذِينَ ءَامَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’du, 13:28)

Ketiga, tafa’ul (optimis).

Keistiqamahan yang dimiliki seorang muslim juga melahirkan sikap optimis. Ia jauh dari sikap pesimis dalam menjalani dan mengarungi samudera kehidupan. Ia tidak pernah merasa lelah dan gelisah yang akhirnya melahirkan frustasi dalam menjalani kehidupannya. Kefuturan yang mencoba mengusik jiwa, kegalauan yang ingin mencabik jiwa mutmainnah-nya dan kegelisahan yang menghantui benaknya akan terobati dengan keyakinannya kepada kehendak dan putusan-putusan ilahiah. Hal ini sebagaimana yang diisyaratkan beberapa ayat di berikut ini,

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ  لِكَيْلا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berdukacita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Al-Hadid, 57: 22 – 23)

يَابَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ

“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.  Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”. (QS. Yusuf, 12: 87)

قَالَ وَمَنْ يَقْنَطُ مِنْ رَحْمَةِ رَبِّهِ إِلَّا الضَّالُّونَ

(Ibrahim) berkata, “Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat”. (QS 15:56)

Maka dengan tiga buah istiqamah ini, seorang muslim akan selalu mendapatkan kemenangan dan merasakan kebahagiaan, baik di dunia maupun yang dijanjikan nanti di akherat kelak.

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ  نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS. Fushshilat, 41:30-32)

Catatan Kaki:

[1] Dalam kamus besar bahasa Indonesia, istiqamah diartikan sebagai sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen.

[2] Karamah adalah kejadian luar biasa yang dianugerahkan oleh Allah Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya yang saleh dan taat kepadanya.

Total
0
Shares
Share 0
Tweet 0
Share 0
Share 0
Topik berkaitan
  • istiqamah
admin

Previous Article
haram
  • Fiqih

Tayammum

  • 25-01-2018
View Post
Next Article
hasan al banna tempo dulu e1579158627291
  • Fikrul Islami

Rijalud Da’wah

  • 27-01-2018
View Post
Anda Mungkin Juga Menyukai
fondasi masyarakat islam2 e1598242856214
View Post
  • Tazkiyah
  • Akhlak

Hifzhul Jawāriḥ ‘Anidz-Dzunūb: Menjaga Anggota Tubuh dari Perbuatan Dosa

Syaikh Qaradawi
View Post
  • Akhlak
  • Tazkiyah

Asas Spiritualisme Islam (4): Al-Istimrariyatul ‘Amal

Qaradhawi Qatari
View Post
  • Akhlak
  • Aqidah
  • Tazkiyah

Asas Spiritualisme Islam (3): Syumuliyah wa Takamuliyah

Yusuf Qaradawi
View Post
  • Aqidah
  • Akhlak
  • Tazkiyah

Asas Spiritualisme Islam (2): Ittiba’

Syaikh Qaradawi 2
View Post
  • Akhlak
  • Aqidah
  • Tazkiyah

Asas Spiritualisme Islam (1): Tauhid

Makkah
View Post
  • Materi Khutbah dan Ceramah
  • Tazkiyah

Meraih Mahabbatullah

muslimah
View Post
  • Wasathiyah
  • Tazkiyah

Islam Membimbing Emosi Manusia

quran
View Post
  • Al-Qur'an
  • Tazkiyah

Risalah Wirid Al-Qur’an

1 comment
  1. Laelah Rojabiah berkata:
    11-09-2020 pukul 22:12

    terima kasih ilmunya, sangat membantu

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Untuk Anda Para Pembina Umat!
Trending
  • PKS 2025 2030 1
    • Kabar Umat
    PKS Umumkan Susunan Lengkap Dewan Pengurus Pusat Periode 2025–2030
    • 23.06.25
  • Revolusi Iran 2
    • Akhbar Dauliyah
    Antara Revolusi dan Kekuasaan: Membaca Ulang Iran, Syi’ah, dan Politik Timur Tengah
    • 24.06.25
  • WhatsApp Image 2025 07 01 at 18.53.19 3
    • Akhbar Dauliyah
    Trump Resmi Cabut Sanksi Terhadap Suriah, Begini Tanggapan Netizen.
    • 01.07.25
  • Marwan Al Sulton 4
    • Akhbar Dauliyah
    Israel Bunuh Direktur RS Indonesia Di Gaza Dan 142 Warga Palestina
    • 03-07-2025
  • Netanyahu Trump 5
    • Akhbar Dauliyah
    Netanyahu Kembali Kunjungi Washington, Ada Apa?
    • 07.07.25
  • WhatsApp Image 2025 07 11 at 20.15.29 6
    • Akhbar Dauliyah
    Suriah Bantah Berniat Ambil Tindakan Eskalasi Terhadap Lebanon.
    • 11-07-2025

Forum Dakwah & Tarbiyah Islamiyah adalah Perkumpulan yang didirikan untuk menggalakan kegiatan dakwah dan pembinaan kepada masyarakat secara jelas, utuh, dan menyeluruh.

Forum ini berupaya menyampaikan dakwah dan tarbiyah Islamiyah kepada masyarakat melalui berbagai macam kegiatan dakwah.

Kegiatan dakwah FDTI dilandasi keyakinan bahwa peningkatan iman dan taqwa tidak mungkin dapat terwujud kecuali dengan melakukan aktivitas nasyrul hidayah (penyebaran petunjuk agama), nasyrul fikrah (penyebaran pemahaman agama), dan amar ma’ruf nahi munkar (mengajak kepada kebaikan dan melarang kemungkaran).

Tag
Afghanistan Al-Aqsha Arab Saudi Arbain Nawawiyah covid-19 Erdogan Gaza hadits arbain Hamas hizbullah Ikhwanul Muslimin india Irak Iran Israel Kemenag Lebanon Ma'rifatul Islam materi khutbah jum'at materi tarbiyah Mesir Muhammadiyah MUI Nahdlatul Ulama Pakistan Palestina Penjajah Israel Persis pks Qatar qawaidud da'wah Ramadhan rasmul bayan Rusia Saudi Arabia sirah nabawiyah Sudan Suriah Taliban Tunisia Turki ushulud da'wah ushulul Islam Wasathiyah Yaman
Komentar Terbaru
  • Syahdan pada Membaca Hadis-Hadis Akhir Zaman dan Perang Gaza
  • Dedeh Kurniasih pada Al-Mukhtashar fi Tafsir Al-Qur’anul Karim: QS. Al-Baqarah ayat 21-27
  • Ta’wil Sifat Allah Menurut Salaf - Rosail Store pada Salaf dan Takwil Sifat-sifat Allah
  • Risalah pada Al-Mukhtashar fi Tafsir Al-Qur’anul Karim: QS. Al-Baqarah ayat 21-27
  • Cahyo three pada Al-Mukhtashar fi Tafsir Al-Qur’anul Karim: QS. Al-Baqarah ayat 21-27
  • SYAHBUDIN HASYIM pada Downlod Gratis: 30 Materi Ceramah Ramadhan!
Menebar Hidayah ISLAM
  • Kebijakan Privasi
  • Syarat Ketentuan
  • Sitemap

Input your search keywords and press Enter.