Penaklukan Mesir
Sekilas tentang Mesir
Di bumi Mesir pernah tumbuh beberapa peradaban besar. Sejak 5.000 tahun sebelum Masehi di sana telah berdiri imperium dan peradaban Pharaonic, berlangsung sekitar 4.000 tahun; ditandai dengan berbagai peninggalan bangunan, kuil-kuil, universitas, istana, piramida, hingga artefak-artefak. Bangsa Mesir jauh lebih dulu mengenal ilmu pengetahuan dan sistem tata negara daripada bangsa Persia dan Yunani.
Pada awal abad ke 3 Masehi, Alexander Agung dari Macedonia berhasil menaklukan Mesir sehingga Mesir menjadi bagian Yunani. Bahkan Alexander membangun ibu kota imperiumnya di Alexandria (Iskandariyah), yaitu di tepi pantai utara Mesir.
Kekuasaan Alexander kemudian diwariskan kepada dinasti Ptolemi yang berkuasa hingga penaklukan oleh Kaisar Roma, Julius Caesar pada tahun ke-40 SM. Maka Mesir menjadi wilayah kunci imperium Romawi, hingga bangsa Arab Muslim menaklukkannya pada tahun ke-20 Hijriyah.
Amr bin Ash Memimpin Penaklukan
Setelah izin penaklukan Mesir disampaikan dari Khalifah Umar bin Khatthab, panglima Amr bi Ash segera bergerak ke Mesir dari Yerusalem. Mereka mendapatkan pasukan bantuan yang dipimpin Zubair bin Awwam, Basyr bin Artha’ah, Kharijah bin Hudzaifah, dan Umair bin Wahab.
Setelah tiba di gerbang Mesir, di pesisir pantai Palesium, mereka bertemu dengan dua utusan Muqawqis. Amr kemudian mengajak mereka untuk memeluk Islam atau membayar jizyah sebagai imbalan keamanan yang diberikan umat Islam.
Kedua utusan itu meminta waktu untuk memusyawarahkan tawaran yang disampaikan Amr, lalu menghadap Muqawqis. Di samping Gubernur Mesir itu ada Arthabun, panglima Romawi untuk wilayah Mesir. Muqawqis mempertimbangkan ajakan Amr, sementara Arthabun menolaknya.
Sementara itu Amr dan pasukan Islam menunggu jawaban dari pihak Mesir dengan tetap bertahan di pintu gerbang Mesir. Hingga beberapa hari kemudianArthabun telah menyiapkan sejumlah pasukan, dan menyerang sebagian kecil pasukan Islam di perbatasan.
Amr dan pasukannya segera bergerak ke arah Memphis, kota besar di Mesir Tengah, tempat Arthabun dan pasukannya berada. Pertempuran pecah di Heliopolis, di sisi timur Memphis. Akhirnya pasukan Arthabun dapat dikalahkan di kota berbenteng itu. Sementara itu, para penduduk setempat yang mayoritas beragama Kristen Koptik lebih memilih berdamai.
Amr bin Ash kemudian menulis ikrar perdamaian untuk penduduk setempat:
Bismillahirrahmanirrahim.
Inilah yang diberikan Amr bin Ash kepada penduduk Mesir, yaitu berupa jaminan keamanan atas jiwa mereka, agama mereka, harta mereka, gereja mereka, salib mereka, Tuhan mereka, dan laut mereka. Kami tidak akan merampas sedikit pun dari itu semua.
Penduduk Mesir, hendaklah mereka membayar jizyah jika menyepakati perjanjian ini. Jika diantara mereka ada yang menolak untuk memenuhi, maka ganti rugi tidak akan berlaku bagi mereka, dan jaminan kami tidak berlaku bagi mereka yang menolak. Barangsiapa yang menolak dan memilih pergi bersama orang-orang Romawi, maka akan dijamin sampai mencapai tujuan atau keluar dari keuasaan kami.
Segala yang ada dalam perjanjian ini berada dalam perlindungan Allah, dalam perlindungan Rasul-Nya, dan dalam perlindungan Amirul Mukminin Umar bin Khatthab serta seluruh mu’minin.
Penduduk Mesir menerima perjanjian itu. Lalu, Umar memerintahkan Amr untuk mendirikan kota Fusthath.
Setelah penaklukan wilayah Memphis, Amr memerintahkan pasukannya untuk bergerak menuju Alexandria. Muqawqis segera mengumpulkan para pendeta kota dan para pembesarnya. Muqawqis berkata kepada mereka, “Mereka, orang-orang Arab itu, telah mengalahkan kekuasaan Kisra Persia dan Kaisar Romawi, serta menghilangkan mereka dari kerajaan mereka. Kita tidak memiliki daya di hadapan mereka. Pendapatku, kita lebih baik membayar jizyah untuk mereka.”
Muqawqis lalu mengirimkan seorang utusan kepada Amr yang menyatakan kesediaan penduduk Alexandria untuk membayar jizyah. Amr menerima tawaran mereka dan mengikat perjanjian.
Sejarawan berbeda pendapat tentang kapan tepatnya negeri Mesir dapat ditaklukkan sepenuhnya; sebagian mengatakan hal itu terjadi pada bulan Rabiul Awwal tahun 16 H, sedangkan yang lain mengatakan hal itu terjadi pada tahun 20 H, dan kota Alexandria pada 25 H setelah 3 bulan pengepungan.
(Tamat)
Selanjutnya: Politik Umar dalam Berbagai Kehidupan