Tidak ada seorang pun di antara kita yang tidak menghendaki kesejahteraan. Setiap kita pasti selalu mengharapkan agar kehidupannya penuh keberkahan, memiliki harta yang cukup, rizki yang melimpah serta dijauhkan dari rasa gundah dan kesempitan hidup.
Jawaban atas semua harapan itu diantaranya ada pada istighfar. Siapa saja yang hari-harinya dipenuhi dengan istighfar maka ia akan memperoleh kesejahteraan dari Allah Rabbul ‘Alamin…
Hal ini tergambar dalam seruan Nabi Nuh ‘alaihissalam kepada umatnya yang dimuat di dalam Al-Qur’an,
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا
Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-,
يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا
niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat,
وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا
dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.
مَا لَكُمْ لَا تَرْجُونَ لِلَّهِ وَقَارًا
mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?
(Q.S. Nuh: 10 – 13)
Ayat-ayat ini dengan sangat jelas menerangkan keuntungan yang akan diperoleh oleh mereka yang beristighfar—memohon ampun kepada Rabbnya—kembali kepada nilai-nilai tauhid; kembali kepada nilai-nilai penghambaan kepada-Nya. Orang yang beristighfar akan memperoleh keberkahan—yang dalam konteks zaman itu digambarkan dengan: mendapat curahan hujan yang lebat, membanyakkan harta dan anak-anak, menumbuhkan kebun-kebun yang rindang, dan disediakan sungai-sungai yang akan mengairinya.
Keuntungan-keuntungan bagi orang yang melazimkan istighfar juga disebutkan di dalam hadits Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam,
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هُمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ “
Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Barangsiapa yang senantiasa beristighfar niscaya Allah akan menjadikan baginya kelapangan dari segala kegundahan yang menderanya, jalan keluar dari segala kesempitan yang dihadapinya dan Allah memberinya rizki dari arah yang tidak ia sangka-sangka.” (HR. Abu Daud no. 1518, Ibnu Majah no. 3819, Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra no. 6421 dan Ath-Thabarani dalam Al-Mu’jam Al-Kubra no. 10665)
Imam Mulla Ali Al-Qari Al-Harawi menyatakan bahwa hadits di atas bersumber dari firman Allah Ta’ala:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.”
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
“..dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya, dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq, 65: 2-3)
Makna hadits di atas juga ditegaskan oleh firman Allah Ta’ala melalui lisan Nabi Hud ‘alaihis salam:
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ
“Wahai kaumku, mintalah ampunan Rabb kalian kemudian bertaubatlah kalian kepada-Nya, niscaya Dia mengirimkan dari langit hujan yang deras kepada kalian dan menambahkan kekuatan atas kekuatan kalian, dan janganlah kalian berpaling dengan menjadi orang-orang yang banyak berbuat dosa.” (QS. Hud, 11: 52)
Oleh karena itu, marilah kita hiasi hari-hari kita dengan istighfar. Terlebih lagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan suri tauladan kepada kita, sebagaimana sabda beliau,
وَاللَّهِ إِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِى الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً
“Demi Allah. Sungguh aku selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari)
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ فَإِنِّى أَتُوبُ فِى الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Wahai sekalian manusia. Taubatlah (beristigfar) kepada Allah karena aku selalu bertaubat kepada-Nya dalam sehari sebanyak 100 kali.” (HR. Muslim)
مَا أَصْبَحْتُ غَدَاةً قَطٌّ إِلاَّ اِسْتَغْفَرْتُ اللهَ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Tidaklah aku berada di pagi hari (antara terbit fajar hingga terbit matahari) kecuali aku beristigfar pada Allah sebanyak 100 kali.” (HR. An Nasa’i)
Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang ma’sum saja melakukan istighfar sedemikian rupa, maka bagaimanakah dengan kita yang penuh dengan noda dan dosa? Bagaimanakah posisi kita di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?
Marilah kita senantiasa bertaqwa kepada Allah Ta’ala…perbanyaklah istighfar! Mohonlah ampun pada-Nya. Bukankah mata kita seringkali tidak terjaga dari melihat hal-hal yang tidak halal bagi kita? Bukankah telinga kita seringkali tidak terjaga dari mendengar hal-hal yang tidak ada manfaatnya selain menumbuhkan kelalaian? Bukankah lisan kita seringkali tidak terjaga dari mengatakan hal-hal yang tidak disenangi Allah Ta’ala?
Mari kita perbanyak istighfar…sungguh terlalu banyak noda dan dosa yang ada pada diri kita. Terlalu banyak kekurangan dan kelemahan yang ada pada diri kita. Mari kita perbanyak istighfar…semoga Allah mengampuni segala dosa kita. Amin…