Hadirin rahimakumullah…
Dalam hadits Nabi[1] shalallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, disebutkan bahwa golongan manusia yang pertama kali akan dihakimi pada hari kiamat adalah:
Pertama, orang yang mati di medan perang. Ia dihadirkan lalu diberitahukan nikmat-nikmat-Nya dan ia pun mengenalnya. Lalu Allah Ta’ala bertanya kepadanya,
فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا ؟
“Apa yang sudah kamu amalkan dengan nikmat-nikmat itu?”
Laki-laki itu menjawab,
قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ
“Saya berperang di jalan-Mu hingga saya mati syahid.”
Allah berfirman,
كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لأَنْ يُقَالَ جَرِيءٌ، فَقَدْ قِيلَ
“Kamu dusta, akan tetapi (sebenarnya) kamu berperang agar disebut: ‘Si pemberani!’ Dan julukan itu telah kamu dapatkan!”
Kemudian diperintahkan terhadapnya, lalu mukanya diseret hingga ia dilemparkan ke dalam neraka. Naudzubillahi min dzalik…
Hadirin rahimakumullah…
Kedua, golongan manusia yang pertama kali akan dihakimi pada hari kiamat adalah seorang yang belajar ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al Qur’an. Ia dihadirkan lalu diberitahukan nikmat-nikmat-Nya dan ia pun mengenalnya. Lalu Allah Ta’ala bertanya kepada laki-laki ini,
فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا ؟
“Apa yang sudah kamu amalkan dengan nikmat-nikmat itu?”
Ia menjawab,
تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ، وَقَرَأتُ فِيكَ الْقُرآنَ
“Saya belajar ilmu dan mengajarkannya serta saya membaca Al Qur’an di jalan-Mu.”
Allah berfirman,
كَذَبْتَ، وَلكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتَهُ، وَقَرَأتَ الْقُرآنَ لِيُقَالَ : هُوَ قَارِىءٌ، فَقَدْ قِيلَ
“Kamu dusta, sesungguhnya kamu belajar dan mengajar serta membaca Al Qur’an agar disebut, ‘Dia adalah Qari’ (ahli dalam memahami dan membaca Al-Qur’an)!’, dan julukan itu telah kamu terima!”
Kemudian diperintahkan terhadapnya, lalu mukanya diseret hingga ia dilemparkan ke dalam neraka. Naudzubillahi min dzalik…
Hadirin rahimakumullah…
Selanjutnya yang ketiga, golongan manusia yang pertama kali akan dihakimi pada hari kiamat adalah seorang yang dilapangkan rezekinya oleh Allah dan dianugerahi bermacam-macam harta. Ia dihadirkan lalu diberitahukan nikmat-nikmat-Nya dan ia mengenalnya. Lalu Allah Ta’ala bertanya,
فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا ؟
“Apa yang sudah kamu amalkan dengan nikmat-nikmat itu?”
Ia menjawab:
مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبيلٍ تُحِبُّ أنْ يُنْفَقَ فِيهَا إِلاَّ أنْفَقْتُ فِيْهَا لَك
“Saya tidak meninggalkan satu jalan pun yang Engkau sukai dimana di sana harta perlu diinfakkan, kecuali saya berinfak di dalamnya untuk-Mu.”
Allah berfirman,
كَذَبْتَ، ولكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ : هُوَ جَوَادٌ فَقَدْ قِيلَ
“Kamu dusta, sesungguhnya kamu melakukan hal itu agar disebut: ‘Dia adalah dermawan!’ Dan julukan itu sudah kamu dapatkan!”
Kemudian diperintahkan terhadapnya, lalu mukanya diseret hingga ia dilemparkan ke dalam neraka.
Hadirin rahimakumullah
Hadits Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam ini memberikan pelajaran berharga kepada kita tentang arti penting ikhlas dalam beramal. Hadits ini mengingatkan kita pada firman Allah Ta’ala,
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Hadits ini mengingatkan kita bahwa amal sehebat apa pun jika tidak diiringi keikhlasan—kemurnian—tentulah akan tertolak. Amal jihad qitali, jihad ta’limi, dan jihad maali yang kita lakukan tidak akan diterima oleh Allah Ta’ala jika terkotori oleh riya—yakni mengharap penilaian dari makhluk.
Bahkan bukan hanya ditolak. Amal-amal yang dilakukan dengan riya pun akan menyebabkan seseorang celaka dan mendapatkan siksa dari Allah Ta’ala. Hal ini karena Allah Ta’ala amat murka akan perbuatan syirik. Ketahuilah, berbuat riya—beramal ingin dilihat dan dipuji orang lain—adalah syirik.
Hadirin rahimakumullah…
Oleh karena itu, marilah kita memurnikan seluruh amal ibadah kita. Jangan sampai ia terkotori oleh noda-noda riya. Sadarilah, tidak ada yang pantas kita harapkan perhatian, pujian, dan keridhoannya, kecuali Allah Ta’ala. Tidak ada yang dapat memberikan pahala, kecuali Allah Ta’ala semata.
______________________________
Catatan Kaki:
[1] Hadis sahih, diriwayatkan oleh Muslim, hadis no. 3527; al-Tirmizi, hadis no. 2304; al-Nasa’i, hadis no. 3086; Ahmad, hadis no. 7928.