Media-media Libya mengabarkan bahwa milisi bersenjata yang setia kepada panglima perang Khalifa Haftar mengumumkan telah menguasai perbatasan Libya-Aljazair dan menjadikannya sebagai wilayah militer tertutup dimana masyarakat sipil dilarang beraktivitas. Media-media pro Khalifa Haftar mempublikasikan gambar-gambar sejumlah kendaraan militer dan pickup yang dilengkapi dengan persenjataan berat. Pergerakan bersenjata ini dianggap sebagai perkembangan yang negatif setelah Oktober tahun lalu Tentara Nasional Libya (LNA) yang dipimpin oleh Marsekal Khalifa Haftar melakukan gencatan senjata dengan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang didukung Turki dan dunia internasional.
Menanggapi perkembangan tersebut, Dewan Pemerintahan Tertinggi Libya menegaskan bahwa setiap aktivitas militer harus berdasarkan koordinasi dengannya. Perlu diketahui bahwa aktivitas bersenjata di perbatasan Libya-Aljazair ini terjadi beberapa hari sebelum Konferensi Berlin 2 yang melibatkan semua pihak yang berkonflik di Libya serta menguatkan kembali gencatan senjata dan keluarnya semua militer bayaran dari Libya.
Jum’at lalu, Milisi yang setia kepada panglima perang Khalifa Haftar mengumumkan peluncuran operasi militer melawan mereka yang diklaim sebagai teroris di Libya selatan. Menurut pernyataan dari milisi, pasukan dikirim ke selatan untuk mendukung pasukan di sana. Operasi itu bertujuan untuk menangkap teroris dan mendeportasi tentara bayaran Afrika yang mengancam keamanan dan stabilitas serta terlibat dalam penjarahan, pencurian dan segala macam penyelundupan. Geng teroris menargetkan titik keamanan di barat daya negara itu dengan kendaraan bermuatan bom.
Pada 6 Juni, terjadi serangan bunuh diri dengan kendaraan bermuatan bom di sebuah titik keamanan yang berafiliasi dengan Departemen Kepolisian Sabha di Libya selatan. Dua letnan polisi tewas dan empat terluka dalam serangan itu. Organisasi teroris Daesh/ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Anadolu Agency – Aljazeera.