Pasukan militer Amerika Serikat (AS) diserang roket di Suriah timur, Senin (28/6/2021). Ini terjadi setelah AS melancarkan serangan udara pada Minggu (27/6/2021) malam ke kantong-kantong milisi pro Iran, di perbatasan Irak-Suriah.
Empat roket ditembakkan oleh milisi pro Iran ke pangkalan militer AS di ladang minyak Al-Omar di Provinsi Deir Zour Suriah Timur menurut sumber setempat.
“Koalisi (AS) menembakkan artileri berat ke kota Al-Mayadeen yang dikuasai milisi sebagai tanggapan,” tulis Reuters melaporkan pemantauan organisasi itu. Kerusakan terjadi. Namun Observatorium Suriah menyebut tak ada korban jiwa.
Baku tembak roket dan altileri terjadi hanya beberapa jam setelah Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, mengatakan serangan AS ke miliki pro Iran di Irak dan Suriah merupakan pesan agar mereka tak lagi menyerang pasukan AS di Irak. Serangan di awal pekan itu, adalah yang kedua mematikan, saat Presiden AS Joe Biden menjabat.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri (Menlu) Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan bahwa “Meminta bantuan organisasi teroris untuk menyerang organisasi teroris lain tak dapat diterima.” Cavusoglu juga menegaskan bahwa Turki adalah satu-satunya negara NATO yang berhadapan langsung dengan ISIS di Suriah dan Irak. Hal ini disampaikan Cavusoglu dalam pertemuan tingkat menteri Koalisi Global untuk Mengalahkan Daesh (ISIS) di ibukota Italia, Roma, pada Senin (28/06) waktu setempat. Seperti diketahui, AS mendukung Syrian Democratic Forces SDF di Suriah, kelompok yang dianggap teroris oleh Turki.
Sebelumnya, Perdana Menteri Irak, Mustafa al-Kadhemi mengecam serangan AS ke Irak. Ia menyebut hal itu pelanggaran pada kedaulatan Irak dan keamanan nasional.
Damaskus juga melakukan hal sama. AS disebut melakukan pelanggaran ke kedua negara.
Hashed al-Shaabi, aliansi paramiliter Irak yang mencakup beberapa proksi Iran dan telah menjadi perantara kekuatan utama di Baghdad, mengatakan serangan AS menewaskan empat milisi di wilayah Qaim, dekat perbatasan dengan Suriah. Ia membantah milisi menyerang AS. Menurutnya, para ‘pejuang’ ditempatkan di sana untuk mencegah para jihadis menyusup ke Irak. Ia memperingatkan bahwa mereka memiliki hak hukum untuk merespons dan meminta pertanggungjawaban.
TRT Arabic-Asharq Al-Awsat.