Kedubes Israel secara resmi dibuka di Dubai pada hari Rabu, (30/6/2021) kemarin. Menlu Israel, Yair Lapid diutus langsung dari Tel Aviv untuk membuka kantor kedutaan besar tersebut, hal ini sekaligus sebagai bukti kesungguhan kedua belah pihak dalam melakukan normalisasi.
Sikap Uni Emirat Arab yang melakukan normalisasi dengan israel dan meresmikan kedutaan israel di ibukota Abu Dhabi, telah menyebabkan kemarahan para netizen di Timur Tengah, khususnya yang menempati wilayah Teluk.
Mereka menilai tindakan normalisasi UEA dengan israel sebagai sebuah pengkhianatan, karena sama artinya membenarkan kejahatan yang dilakukan entitas penjajah itu terhadap bangsa Palestina. Seperti yang terjadi kemarin, israel mengusir warga Palestina di Silwan Al-Quds dari rumahnya. Apabila menolak, akan dibongkar paksa dan beaya pembongkar ditanggung si pemilik rumah.
Sementara itu para aktivis pro Palestina menyerukan boikot produk UEA. Mereka menilai, normalisasi dilakukan semata-mata karena motif ekonomi, sehingga cara boikot produk UEA dinilai efektif untuk melumpuhkan ekonomi UEA, sebagai bentuk perlawanan terhadap keputusan normalisasi yang telah diambil.
Seorang dai asal Arab Saudi yaitu Syaikh Said Al-Ghamidi juga turut mengutuk normalisasi tersebut. Ia pun mendukung boikot terhadap UEA, dan menilainya sebagai hal penting untuk dilakukan. “Khususnya terhadap negara yang menghamba kepada materi, sehingga melakukan apa saja untuk mengumpulkan itu, baik untuk berjudi, pencucian uang dan hal lainnya,” jelasnya.
Sebuah akun di twitter dengan nama @UAE_boycottee, terdepan dalam mengajak para netizen Arab untuk memboikot produk UEA. “Setiap dirham atau pun real yang dibelanjakan dari produk Emirat, berpotensi digunakan untuk merobohkan bangunan masjid Al-Aqsha dan menumpahkan darah umat. Sama artinya berkontribusi dalam membunuh anak-anak Palestina serta merobohkan rumah warga dan masjid-masjid di Al-Quds,” cuit akun tersebut.
Sumber: arabi21.com