Mohammed al-Shaladeh, Menteri Kehakiman Otoritas Palestina dan kepala komite investigasi atas kematian aktivis dan pembangkang Nizar Banat mengatakan Banat menjadi sasaran kekerasan fisik dan kematiannya “tidak wajar”.
Dalam sebuah wawancara dengan TV resmi Palestina, dia mengatakan laporan medis awal tentang kematian Banat yang berusia 43 tahun pada 24 Juni menunjukan bahwa dia menjadi sasaran kekerasan fisik. Aktivis itu meninggal saat ditangkap oleh pasukan keamanan Otoritas Palestina di kota Hebron, Tepi Barat yang diduduki. Al-Shalaldeh mengatakan Banat kehilangan kesadaran selama pemindahannya ke kantor Pusat Keamanan Otoritas Palestina.
Dia selanjutnya berkata anggota pasukan keamanan memindahkan Banat ke Rumah Sakit Pemerintah Alia di Hebron dengan kendaraan mereka, tetapi dia dinyatakan meninggal pada saat kedatangan setelah kesaksian menunjukkan dia masih hidup selama penangkapannya di rumahnya. Sang Menteri menyimpulkan bahwa penyebab kematian Banat – yang merupakan salah satu kritikus paling keras terhadap Otoritas Palestina – adalah syok syaraf, yang mengakibatkan gagal jantung dan paru-paru akut.
Komite investigasi, menurut al-Shalaldeh, melakukan pekerjaannya “secara objektif, tidak memihak dan rahasia”, dan laporannya kini telah diserahkan kepada Perdana Menteri PA Mohammed Shtayeh yang pada gilirannya akan meneruskannya ke kepala pengadilan militer. untuk mengambil tindakan hukum dan menyelidiki tersangka.
Namun, keluarga Banat telah menolak temuan komite investigasi dan mengatakan bahwa badan tersebut tidak berbicara atau mengambil kesaksian dari anggota keluarga atau saksi yang bersama Banat pada saat penangkapan dan penyerangannya.
Menurut otopsi awal, Banat dipukuli di kepala, dada, leher, kaki dan tangan, dengan waktu kurang dari satu jam antara penangkapan dan kematiannya. Keluarga Banat menuduh pasukan keamanan Otoritas Palestina membunuhnya.
Pada hari Senin, ayah Banat meminta pasukan keamanan yang terlibat dalam penangkapan putranya untuk diadili. “Nizar terbunuh setelah diseret dari tempat tidurnya, dan semua pasukan yang melakukan penangkapan dan pembunuhannya harus dibawa ke pengadilan umum,” kata Khalil Banat dalam konferensi pers.
Tepi Barat yang diduduki telah menyaksikan beberapa demonstrasi yang mengecam kematian Banat dan menyerukan pengunduran diri Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas. Protes-protes itu ditumpas dengan keras oleh pasukan keamanan Otoritas Palestina dan polisi berpakaian preman, sehingga beberapa badan internasional dan hak asasi manusia mengungkapkan keprihatinan mereka atas tindakan pasukan keamanan, terutama atas serangan mereka terhadap jurnalis.
Sumber: Al Jazeera