Kita meyakini bahwa peradaban Islam adalah peradaban yang menghubungkan antara bumi dan langit, mengikat antara nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan. Kemurnian Islam dan spirit modernitas tampak di dalamnya. Terhimpun pula di dalamnya antara ilmu dan iman, serta antara kebenaran dan kekuatan. Di sana terdapat keseimbangan antara materialistik dan ketinggian akhlak. Di dalamnya terjadi persaudaraan antara akal dan wahyu.
Sebuah peradaban yang menonjolkan nilai-nilai dan karakter Islam. Di dalamnya bersatu padu antara tujuan dan manhaj Islam dalam membina individu, membentuk keluarga, mengokohkan masyarakat, mendirikan negara, dan menuntun manusia ke jalan yang lurus.
Sebuah peradaban yang berbeda dengan peradaban komunis materialistis dan ateis. Juga ia berbeda dengan peradaban kapitalis oportunis sekuler. Sebuah peradaban yang tidak condong ke kanan dan kiri. Akan tetapi, ia adalah peradaban yang condong kepada Islam semata. Kepada Islam ia bersandar, bergantung, dan menuju. Dengan Islam ia bergerak dan bertolak. Serta, dalam Islam ia muncul dan nampak.
Dengan segala keistimewaannya, ia yakin mampu berinteraksi dengan berbagai kebudayaan, berdialog dengan berbagai peradaban yang ada, berkenalan dengan bangsa-bangsa lain, serta menjalin persaudaraan dengan orang lain di manapun mereka berada. Allah befirman,
وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا
Kami telah menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling mengenal. (QS. Al-Hujurat ayat 13)
Akan tetapi, peradaban Islam enggan untuk lebur dengan yang lain dan kehilangan jati diri. Oleh sebab itu, peradaban Islam menolak segala bentuk perang kebudayaan, perampasan peradaban, agresi pihak asing. Islam menentang berbagai cara tersembunyi yang dipergunakan oleh musuh pada era sekarang ini guna menghapus orisinalitas peradaban Islam, menghilangkan karakteristiknya, serta merusak aqidah Islam yang menjadi ciri utamanya atas nama kebudayaan global. Ini adalah kolonialisme baru yang tidak sesuai dengan agama.
Kita menolak peradaban Barat yang sekarang telah menghegemoni, dimana sebagian pengikutnya cenderung kepada:
- Fillsafat materialistik yang tidak meyakini kecuali yang nampak dan konkret. Ia tidak meyakini hal gaib sehingga Allah Swt tidak mendapat tempat dalam paradigma mereka. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Leopold Fish (M. Asad), ”Selama Allah Swt gaib, persoalan hari pertemuan, hisab, dan balasan-Nya di akhirat, tidak akan disebut dalam ilmu pengetahuan dan kebudayaan mereka.”
- Filsafat permisivisme yang tegak di atas prinsip kenikmatan, dan kesenangan materi, tanpa menghiraukan masalah agama dan akhlak. Dengan dasar pemikiran ini, peradaban Barat membolehkan sesuatu yang diharamkan oleh agama-agama langit, seperti zina dan penyimpangan seksual.
- Filsafat oportunisme yang mengingkari nilai-nilai luhur dan akhlak-akhlak mulia. Falsafah ini berpendapat bahwa akhlak bersifat relatif. Ia tidak komprehensif, tidak tetap, dan tidak abadi. Sesuatu yang baik pada hari kemarin, boleh jadi buruk pada hari ini. Sebaliknya, sesuatu yang hina pada hari ini, merupakan sesuatu yang mulia di esok hari.
- Konsep rasisme. Yaitu yang membedakan manusia karena jenis dan warna kulit. Mereka berpendapat bahwa orang kulit putih adalah pemimpin dunia. Bangsa eropa diciptakan untuk memimpin dan menguasai, sementara bangsa-bangsa bumi yang lain tercipta untuk dikuasai dan dipimpin. Konsep ini dibangun di atas teori kemuliaan ras; bukan berdasarkan ilmu ataupun agama. Adapaun menurut Islam, manusia adalah sama seperti gigi sisir, Tuhan mereka satu dan bapak mereka satu.
- Ini adalah bagian dan sekaligus merupakan buah dari rasisme. Yaitu ambisi untuk menguasai dunia dan memonopoli bahan mentah untuk kepentingannya, menguasai sumber alam dan potensi lainnya, serta mengurasnya demi untuk kemaslahatan bangsanya. Oleh sebab itu terjadilah penjajahan masa lalu yang merampas dunia untuk kepentingan Eropa. Sekarang muncul perjajahan baru yang berusaha menundukkan seluruh dunia untuk kepentingan Amerika. Lebih-lebih dunia Islam yang dijadikan musuh oleh Amerika sebagai pengganti dari Uni Soviet. Para filosof ahli strategi yang menganut konsep benturan peradaban berkata, ”Peradaban Islam adalah peradaban pertama yang bisa mengancam masa depan peradaban Barat. Oleh sebab itu, wajib waspada dan berhati-hati kepadanya.”
Kita memandang bahwa Islam tidak ingin umatnya hanya menyenandungkan peradaban masa lalunya yang bersinar. Akan tetapi, mereka harus bekerja untuk mewujudkan peradaban modern, dengan mengambil apa yang baik dari peradaban sekarang, dari unsur ilmu pengetahuannya, teknologi, administrasi dan sistemnya, sebagaimana Eropa dahulu mengambil dari peradaban kita. Karena secara alami, ilmu bersifat universal, tidak berbeda lantaran perbedaan agama, tanah, dan ras. Akan tetapi peradabanlah yang berbeda sesuai dengan perbedaan bangsa, agama, peninggalan, dan filsafatnya dalam kehidupan.
Peradaban Islam saat ini melakukan berbagai kreasi dan penemuan dengan bertolak dari pengetahuan dan budaya Islam yang bersandar kepada akal manusia dengan dibimbing oleh petunjuk Ilahi. Karena itu, ia memberikan corak kehidupan baru bagi manusia, mewujudkan kebahagiaan di dunia dengan maknanya yang luas, membantu manusia untuk menjalankan misi dan kepentingannya, serta memberikan kontribusi bersama yang lain dalam meletakkan pondasi yang kokoh untuk kedamaian dunia yang berdiri di atas dasar kebenaran dan keadilan.