Enam puluh lima pejuang dari pasukan yang loyal kepada pemerintah Yaman dan kelompok Houthi tewas selama 48 jam terakhir dalam pertempuran baru di sekitar kota strategis Marib di Yaman utara, demikian sumber militer dan medis mengatakan Kamis (02/09/21).
Seorang pejabat di pasukan pemerintah mengatakan kepada AFP bahwa “22 pejuang pro-pemerintah tewas dan 50 terluka, sementara 43 Houthi tewas dalam 48 jam terakhir” di daerah selatan kota Ma’rib.
Hal itu juga dikuatkan oleh pejabat militer dan petugas medis lainnya di daerah tempat pertempuran terjadi terkait jumlah korban.
Sejak bulan februari, Houtsi meningkatkan serangannya untuk maju menuju kota Marib, benteng terakhir dari kekuatan pemerintah yang diakui secara internasional di utara negara yang terperosok dalam perang itu, tujuannya adalah untuk melebarkan sayap mereka di seluruh utara Yaman ditengah upaya PBB dan Washington untuk menghentikan perang.
Ratusan orang dari kedua belah pihak terbunuh dalam pertempuran berdarah di tengah upaya tanpa henti Houthi untuk menguasai kota yang terletak di provinsi kaya minyak serta dapat memperkuat posisi mereka nanti jika negosiasi terjadi di masa yang akan datang.
Menurut pejabat militer, pertempuran yang telah menurun intensitasnya secara signifikan dalam beberapa pekan terakhir meletus kembali dua hari lalu ketika Houthi yang didukung oleh Iran meluncurkan serangan besar-besaran ke pos-pos pasukan pemerintah.
Houthi mampu membuat kemajuan di daerah selatan kota menurut pejabat militer tersebut meskipun ada serangan dari koalisi militer yang dipimpin Saudi. Sumber itu mengatakan bahwa sebagian besar Houthi tewas dalam serangan ini.
Konflik Yaman meletus pada tahun 2014, menyebabkan konfrontasi berdarah antara Houthi dan pasukan pemerintah yang diakui secara internasional serta didukung oleh koalisi militer yang dipimpin Saudi.
Konflik tersebut telah menewaskan puluhan ribu orang dan membuat hampir 80% penduduk Yaman bergantung pada bantuan internasional di tengah krisis kemanusiaan yang menurut PBB adalah yang terburuk di dunia. Konflik tersebut juga telah membuat jutaan orang mengungsi dan meninggalkan negara yang berada diambang bencana kelaparan.
Ketika PBB dan pemerintahan Presiden AS dibawah Joe Biden mendorong untuk mengakhiri perang, Houthi justeru menuntut pembukaan bandara Shana’a yang telah ditutup sejak 2016 oleh Arab Saudi sebagai syarat gencatan senjata dan duduk kembali di meja perundingan. .
Pertempuran Ma’rib terbaru itu terjadi beberapa hari sebelum utusan baru PBB untuk Yaman mengambil alih tugasnya di negara yang terperosok dalam perang tersebut.
Sumber: Alhurra-AFP