Berjalan dengan baik dan penuh persaudaraan, Tanwir 2021 resmi ditutup oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir pada (5/9) secara virtual.
Saran dan masukan dari berbagai utusan dalam Tanwir ini oleh Haedar akan dirumuskan sebagai masukan yang akan di bawah ke forum Muktamar 48 di Surakarta pada 18—20 November 2022 nanti.
“Insyaallah akan kita laksanakan sebagaimana mestinya, tidak akan ada lagi pemunduran Muktamar. Sehingga inilah Muktamar definitif yang insyaallah kita laksanakan bersama,” tuturnya.
Haedar menerangkan, pelaksanaan Muktamar ke-48 di Surakarta nanti akan dilakukan secara blended atau menggabungkan antara forum luring dan daring. Sementara, yang diberikan akses untuk datang mengikuti forum luring adalah seluruh anggota Tanwir bersama ketua-ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah-‘Aisyiyah.
“Dan anggota Muktamar yang lain melaksanakan Muktamar dengan waktu yang sama di cluster wilayah yang ditentukan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah sebagai sebagaimana mestinya,” sambungnya.
Haedar berharap keputusan Tanwir ini diamankan dan dijalankan bersama dengan sistem persyarikatan dan semangat kebersamaan, sebab kedua hal itu menjadi kekuatan ruhaniah warga Muhammadiyah.
Pada kesempatan ini Haedar juga menyampaikan terima kasih kepada para anggota dan peserta Tanwir yang telah mencurahkan pemikiran dan meluangkan waktu untuk Muhammadiyah lebih baik ke depannya. Persiapan Muktamar masih ada kurang lebih setahun, dirinya mengajak kepada semua elemen di Muhammadiyah untuk berazam melaksanakan program yang sebagaimana mestinya.
Di tengah situasi sulit akibat pandemi Covid-19, Haedar meminta supaya setiap warga bangsa menaati protokol kesehatan supaya pandemi ini bisa berakhir dengan baik. Warga Muhammadiyah harus menjadi uswah hasanah dalam penanggulangan Covid-19.
Suksesi kepemimpinan yang akan dilakukan kurang lebih setahun ke depan akan menimbulkan dinamika, meski demikian hal itu harus ditempatkan dalam koridor peraturan yang ada dalam organisasi Muhammadiyah.
“Juga dengan budaya kita yang mengedepankan kemajuan, kebaikan, dan kemaslahatan,” imbuhnya.
Sementara hal-hal yang menyangkut dinamika kebangsaan yang begitu, Haedar percaya bangsa ini memiliki modal kuat untuk menjaga keutuhan dan menyelesaikan masalah, serta tidak terbawa arus oleh dinamika yang datang dari luar.