PBB dan Amerika Serikat mengutuk pembunuhan tokoh pengungsi Rohingya Mohibullah di Bangladesh, dan meminta pihak berwenang negara itu untuk segera melakukan penyelidikan terhadap kejahatan tersebut.
“PBB meminta pihak berwenang Bangladesh untuk melakukan penyelidikan untuk menghukum mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhan itu.” kata juru bicara PBB Stephanie Tremblay dalam konferensi pers di New York, Kamis kemarin.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dia “sedih dan prihatin” tentang pembunuhan Mohibullah, dia menggambarkannya sebagai “pembela hak asasi manusia yang berani bagi Muslim Rohingya di seluruh dunia.”
“Kami menyerukan penyelidikan penuh dan transparan atas pembunuhannya, dengan tujuan meminta pertanggungjawaban pelaku kejahatan keji ini,” tambah Blinken.
Patut dicatat bahwa Mohibullah adalah pemimpin salah satu kelompok pengungsi Rohingya terbesar di Bangladesh, yang telah meninggalkan Myanmar sejak 2017, yang jumlahnya lebih dari 730.000 orang di Bangladesh.
Mohibullah ditembak mati oleh penyerang tak dikenal di sebuah kamp pengungsi di distrik Cox’s Bazar, Bangladesh tenggara, pada Rabu malam.
Mohibbullah yang aktif di organisasi Arakan Rohingya Society for Peace and Human Rights memiliki data penting jumlah korban yang tewas akibat serangan yang dilakukan pemerintah Myanmar terhadap kaum minoritas Muslim Rohingya di Rakhine.
Dalam catatannya, Mohib menemukan bahwa jumlah warga Rohingya yang tewas akibat serangan tersebut berjumlah lebih dari 10.000 warga. Uniknya, Mohib memiliki ‘katalog’ korban tewas berdasarkan nama, usia, nama ayah, alamat tempat tinggal hingga bagaimana mereka bisa terbunuh.
Sebagiamana diketahui, undang-undang kewarganegaraan Myanmar yang dirilis pada tahun 1982 tidak mengakui keberadaan etnis Rohingya.
Akibatnya, mereka tidak memiliki status kewarganegaraan hingga saat ini. Mereka lantas ‘terusir’ dari rumahnya ke Bangladesh setelah militer Myanmar menyerang pemukiman Rohingya di Rakhine.
Sumber: RT arabic dll.