Berturut-turut, Saudi dan tiga negara teluk lainnya yaitu Bahrain, Kuwait dan Emirat menarik duta besarnya dari Beirut setelah Menteri Informasi Lebanon yang baru George Kordahi mengkritik perang di Yaman, di mana koalisi militer pimpinan Saudi mendukung pemerintah Yaman yang diakui secara internasional. Apa yang menyebabkan Saudi dan koalisinya berang terhadap statemen Menteri Informasi Baru Lebanon itu?
Dalam sebuah wawancara televisi, Kordahi mengatakan bahwa pemberontak Houthi Yaman yang didukung Iran hanya “membela diri.. melawan agresi eksternal”. Wawancara itu sebenarnya direkam sebelum Kordahi dilantik menjadi Menteri Informasi Baru Lebanon.
Dalam sebuah program “Parlemen Rakyat” yang disiarkan melalui YouTube, Kordahi juga mengatakan bahwa “rumah-rumah, desa-desa, pemakaman dan pernikahan (kelompok Houtsi) telah dibom” oleh pihak koalisi. Wawancara tersebut direkam pada bulan Agustus lalu, tetapi ditayangkan pada hari Senin (25/10) lalu. Dalam wawancara itu, menteri Lebanon itu juga menyebut perang tujuh tahun di Yaman “sia-sia” dan mengatakan “saatnya untuk mengakhiri”.
Sontak, statemen Kordahi yang sebelumnya merupakan seorang presenter televisi itu menjadi viral dan kontroversial di beberapa negara Arab terutama negara-negara teluk khususnya Arab Saudi yang menyerang keras statemen Kordahi.
Kementerian Luar Negeri Saudi sangat menyesalkan statemen dari Menteri Informasi Baru dengan tersebut karena memiliki unsur penghinaan terhadap upaya dari koalisi yang dipimpin Saudi untuk mendukung pemerintahan resmi Yaman yang diakui secara internasional.
Kementerian Luar Negeri Saudi juga mengatakan bahwa “Statemen itu sangat jelas memihak kelompok Houtsi (yang dianggap teroris oleh Saudi) yang menjadi ancaman keamanan dan stabilitas di kawasan itu.” Pernyataan itu juga menambahkan bahwa “statemen Kordahi sangat bertolak belakang dengan tradisi hubungan politik antar negara dan sangat tidak sesuai dengan hubungan bersejarah antara dua negara sahabat.
Pihak berwenang Lebanon, termasuk Perdana Menteri Najib Mikati dan Presiden Michel Aoun, menolak komentar Kordahi dan mengatakan bahwa komentar itu tidak tidak mewakili pemerintah Lebanon.
Kordahi sendiri (yang juga pernah menjadi presenter channel MBC milik Saudi) telah menjelaskan bahwa rekaman itu diambil pada bulan Agustus sebulan sebelum ia menjadi menteri Informasi Lebanon. Ia juga menolak untuk meminta maaf dan mencabut statemennya “saya tidak melakukan kesalahan apapun dan tidak menyerang siapapun, kenapa harus meminta maaf?” Ucap Kordahi kepada para wartawan.
Qatar sendiri melalui kementerian luar negerinya menyesalkan statemen tidak bertanggung jawab dari menteri informasi Lebanon dan berharap pemerintah Lebanon segara mengambil tindakan cepat untuk mendinginkan kondisi.
Sumber: France24, Alhurra dll.