Komite Dokter Sudan mengumumkan pada hari Sabtu (13/11/21) bahwa jumlah korban tewas di antara para pengunjuk rasa yang menyerukan pemerintahan sipil telah meningkat menjadi lima orang selama demonstrasi yang dimulai pada hari Sabtu di ibukota Khartoum, sementara kedutaan besar AS mengecam “penggunaan kekuatan yang berlebihan” terhadap para demonstran, dan menyatakan penyesalannya atas jatuhnya korban.
Komite Dokter Sudan mengumumkan bahwa jumlah korban tewas di antara para pengunjuk rasa dalam demonstrasi di ibukota Khartoum pada hari Sabtu (13/11/21) telah meningkat menjadi 5 orang setelah dua kematian lagi dilaporkan.
Komite itu mengatakan dalam sebuah pernyataannya bahwa mereka telah mmencatat dua korban baru di antara para demonstran di Khartoum, salah satunya di Rumah Sakit East Nile (pemerintah) dan yang kedua di Rumah Sakit Future (swasta) yang disebabkan oleh peluru militer (menurut laporan yang disampaikan Komite). Komite itu menambahkan, “Ini membuat jumlah korban (selama protes hari Sabtu) menjadi 5 orang.”
Komite mencatat peningkatan jumlah korban luka serius di antara para pengunjuk rasa ditengah makin sulitnya para korban luka mencapai rumah sakit, tanpa memberikan informasi lebih jauh total jumlah korban luka-luka atau memberikan penjelasan lain.
5 korban tersebut telah menambah jumlah korban tewas menjadi 20 orang dari unjuk rasa anti militer yang pecah di Khartoum dan sejumlah kota di negara itu sejak 25 Oktober dimana para demonstran menolak langkah-langkah yang diambil oleh panglima militer, Abdel-Fattah Al-Burhan terkait dengan pembubaran lembaga transisi demokrasi, demikian menurut “Komite Dokter Sudan”.
Sementara itu, otoritas resmi di Sudan belum mengeluarkan pengumuman mengenai korban dalam protes yang terjadi di negara itu, namun sejumlah TV Sudan mengutip polisi mengatakan bahwa: “Demonstrasi damai itu telah menyimpang dari jalurnya, sejumlah pos polisi telah diserang oleh pengunjuk rasa.” Otoritas itu mengatakan bahwa 39 anggotanya telah menderita “luka serius”.
Polisi mengindikasikan bahwa mereka menggunakan “kekuatan minimal dan tidak menggunakan senjata api dalam menghadapi para demonstran.”
Washington mengutuk
Ditengah reaksi internasional lainnya, Kedutaan AS di Khartoum juga mengecam “penggunaan kekuatan yang berlebihan” terhadap para demonstran di Sudan, Kedubes AS mengungkapkan penyesalan yang mendalam atas jumlah baru korban dalam demonstrasi hari Sabtu.
Dalam sebuah tweetnya, Kedubes AS “menyatakan penyesalan yang mendalam atas korban dan korban luka-luka puluhan warga Sudan yang berdemonstrasi hari ini demi kebebasan dan demokrasi.”
Sebagaimana diketahui, Pada hari Kamis lalu, Al-Burhan mengeluarkan dekrit yang membentuk Dewan Kedaulatan Transisi baru yang dipimpin olehnya dan menunjuk Mohamed Hamdan Dagalo Hmmedeti sebagai wakilnya, serta mengambil sumpah konstitusional di hadapan hakim agung negara itu.
Sejak 25 Oktober lalu, Sudan telah mengalami krisis parah ketika Al-Burhan menyatakan keadaan darurat nasional, membubarkan Dewan Kedaulatan Transisi dan para menteri transisi, memecat para gubernur, menyusul penangkapan para pemimpin partai, para menteri dan sejumlah pejabat lainnya. Langkah-langkah itu telah memicu protes terus menerus yang menolak tindakan tersebut dan menganggapnya sebagai “kudeta militer”.
Sumber: TRTarabi.