Panglima Tertinggi Militer Sudan Abdul Fattah Burhan bertolak ke Al-Fashaga pada hari ini (Senin 29/11/21) untuk meninjau situasi dan mengunjungi tentara Sudan di perbatasan timur negara itu. Pengumuman kunjungan Al-Burhan itu terjadi setelah tewasnya enam tentara Sudan dalam sebuah pertempuran di wilayah Al-Fashaga yang berbatasan dengan Ethiopia.
Pada hari Sabtu (27/11/21) militer Sudan mengumumkan bahwa tentara Ethiopia dan milisi-milisi yang loyal kepadanya telah menyerang wilayah perbatasan Al-Fashaga, sebuah wilayah pertanian yang subur dan diperebutkan oleh dua negara itu.
Kantor berita resmi Sudan News Agency (SUNA) mengatakan bahwa sejumlah tentara Sudan berada di wilayah itu untuk melindungi para petani di musim panen mereka.
Sengketa yang berkelanjutan terus terjadi sejak beberapa dekade antara Sudan dan Ethiopia terkait sejumlah lahan pertanian yang luas dimana Sudan mengklaim bahwa wilayah tersebut berada dalam perbatasannya sesuai dengan perjanjian yang terjadi di awal abad ke 20 yang telah menentukan garis pemisah antar dua negara.
Kedua negara telah melakukan beberapa kali pembicaraan yang terakhir adalah sebuah negosiasi di Khartoum pada Desember lalu untuk menyelesaikan pertikaian kedua negara, namun pertemuan tersebut tidak menghasilkan kemajuan apapun.
Ketegangan antara dua negara meningkat akhir tahun lalu setelah Sudan mengirimkan militernya ke Al-Fashaga dan mengusir para petani dan milisi Ethiopia dari wilayah tersebut.
Menurut sumber dari militer Sudan, terdapat 84 tentara Sudan yang terbunuh dalam bentrokan dengan militer dan milisi Ethiopia sejak November 2020 sampai Agustus tahun ini.
Konflik perbatasan antara Sudan dan Ethiopia ini semakin menambah titik pertempuran yang harus dijalani oleh militer Ethiopia dimana militer negara itu saat ini juga sedang menghadapi pemberontak Tigray yang berusaha bergerak untuk merebut Ades Ababa.
Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed dilaporkan sampai turun langsung ke medan tempur dengan memakai atribut militer sejak Rabu (24/11/2021), untuk memimpin pasukannya di garis depan melawan pemberontak dari wilayah Tigray.
Selain konflik perbatasan dengan Sudan dan pemberontakan Tigray, Abiy Ahmed, pemenang Nobel Perdamaian 2019 itu juga sedang mengalami konflik dengan Mesir dan Sudan terkait bendungan Hidase atau Grand Ethiopian Renaissance Dam (GERD) yang dikritisi oleh Mesir dan Sudan.
Sumber: Skynewsarabia.