Pihak berwenang Kazakhstan menangkap mantan kepala Komite Keamanan Nasional (NSC) Karim Massimov dengan tuduhan melakukan pengkhianatan besar.
Dalam pernyataannya pada Sabtu (08/01/22), Komite Keamanan Nasional (NSC) mengatakan bahwa penyelidikan telah dilakukan terhadap Massimov sejak hari Kamis dengan tuduhan pengkhianatan berdasarkan KUHP Kazakhstan. Massimov dan sejumlah pejabat lain telah ditahan dan dipindahkan ke pusat penahanan sementara.
Massimov yang menjabat sebagai kepala Komite Keamanan Nasional sejak 2016 dipecat dari jabatannya pada hari Kamis (06/01/22) berdasarkan dekrit dari presiden Kassym-Jomart Tokayev paska meledaknya demonstrasi dan kerusuhan yang menolak kenaikan harga gas.
Selain Massimov, wakil Ketua Komite Keamanan Nasional, Samad Abish, yang merupakan keponakan mantan Presiden Nursultan Nazarbayev, juga diberhentikan.
Meskipun keponakannya dipecat, mantan presiden, Nursultan Nazarbayev tetap meminta rakyat Kazakhstan untuk mendukung pemerintah menghadapi krisis di negara itu, sebagaimana diumumkan oleh juru bicaranya pada hari Sabtu.
Kementerian Dalam Negeri Kazakhstan mengumumkan bahwa jumlah orang yang ditahan sejak meletusnya demostrasi kini meningkat menjadi 4266 orang, termasuk sejumlah warga negara asing.
Perkembangan ini terjadi ketika Departemen Luar Negeri AS pada hari Jumat mengizinkan sejumlah staf yang bukan pejabat penting untuk pergi dari Konsulat AS di Almaty dan meninggalkan Kazakhstan.
Sementara itu, pada hari Jum’at kemaren, PBB menyeru pemerintah Kazakhtan untuk menghormati hak asasi manusia dan standar internasional dalam memberlakukan ketertiban di Kazakhstan.
Hal tersebut disampaikan dalam konferensi pers yang diadakan oleh juru bicara Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Stephane Dujarric, di markas besar organisasi internasional itu di New York, menanggapi pertanyaan wartawan tentang posisi PBB atas perintah presiden Kazakh kepada pasukan keamanan dan tentara untuk membunuh mereka yang dia gambarkan sebagai “teroris” tanpa peringatan.
Presiden Kassym-Jomart Tokayev yang didukung Rusia mengatakan dia telah memerintahkan tentara untuk menembak mati perusuh guna memadamkan pemberontakan di seluruh negeri.
Puluhan orang tewas dan gedung-gedung publik di Kazakhstan digeledah dan dibakar dalam serangkaian kekerasan terburuk yang dialami negara bekas Uni Soviet itu selama 30 tahun kemerdekaannya. Dalam aksi kekerasan yang berlangsung beberapa hari itu, pasukan keamanan tampaknya telah mengambil alih jalan-jalan di kota utama Kazakhstan pada Jumat.
Sumber: TRTarabi