Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meminta masyarakat internasional untuk bertindak menyelesaikan krisis di Bosnia-Herzegovina. Hal tersebut disampaikan Erdogan dalam konferensi pers bersama dengan rekannya dari Serbia Aleksandar Vucic di ibukota Turki, Ankara Selasa (18/01/22).
“Jelas bahwa komunitas internasional perlu bertindak untuk menyelesaikan krisis di Bosnia-Herzegovina,” kata Erdogan. Dia menambahkan, “Kami telah sepakat dengan Presiden Serbia Vucic untuk mengumpulkan para pemimpin komponen Bosnia baik dari suku Bosnia, Kroasia dan Serbia serta menemukan solusi untuk krisis tersebut.”
“Kami berharap pertemuan itu bisa terjadi setelah pemilu, bisa di Beograd atau Istanbul. Kami berharap langkah-langkah tersebut akan diambil dengan cepat, kami sepakat untuk itu,” tambahnya.
Presiden Erdogan menekankan perlunya semua pihak untuk bertindak secara bertanggung jawab dan menahan diri dari mengambil langkah-langkah yang membahayakan integritas teritorial Bosnia-Herzegovina.
Erdogan menegaskan bahwa dukungan Serbia untuk kedaulatan dan integritas wilayah Bosnia-Herzegovina sangat penting untuk mencapai perdamaian dan stabilitas di kawasan itu, ia juga menekankan bahwa Turki akan terus melakukan yang terbaik untuk mengurangi ketegangan di Balkan.
Terlepas dari aspek yang dapat diterima dan tidak dapat diterima dari Perjanjian Damai Dayton, pendekatan ketiga pihak terhadap integritas teritorial Bosnia- Herzegovina adalah sangat penting.
“Rekan saya Vucic dan saya terus melakukan yang terbaik untuk mengatasi masalah, dan kami akan terus melakukannya.”
Mengenai hubungan perdagangan dengan Serbia, Erdogan mengindikasikan bahwa volume perdagangan antara kedua negara meningkat pada tahun 2021 hampir 34%, tercatat $2 miliar, dan mereka beeharap bisa mencapai $5 miliar.
Tiga puluh tahun lalu Bosnia tergelincir ke dalam krisis politik yang memicu perang saudara. Kegentingan serupa terancam kembali, bersama dengan manuver politik Republik Srpska untuk memisahkan diri dari Federasi Bosnia.
Kelompok etnis Serbia di bawah pimpinan Milorad Dodik, sedang berusaha memisahkan Republik Srpska dari Federasi Bosnia, dan membentuk angkatan perangnya sendiri. Selama berbulan-bulan, dia giat menyuarakan separatisme dan menyerang Perjanjian Damai Dayton yang mengakhiri Perang Bosnia pada 1995.
Sumber: TRTarabi.