KTT Afrika akan mempertimbangkan kembali pemberian status pengamat kepada Israel setelah sebelumnya rencana pemberian status tersebut ditolak oleh sejumlah menteri luar negeri Afrika hingga tidak tercapainya kesepakatan. Pada Agustus 2021 lalu, tujuh negara Arab (kecuali Maroko) yang dipimpin Aljazair telah menyampaikan penentangan mereka terhadap keputusan itu.
Kementerian Luar Negeri Ethiopia pada hari kamis (27/01/22) mengumumkan niat KTT Afrika yang ke 35 untuk meninjau kembali keputusan pemberian status pengamat kepada Israel di Uni-Afrika.
Juru bicara kementerian luar negeri Ethiopia Dina Mufti mengatakan bahwa KTT Afrika akan meninjau kembali pemberian status pengamat kepada Israel setelah permintaan tersebut ditolak oleh sejumlah menteri luar negeri negara-negara Afrika hingga tidak tidak tercapainya kesepakatan tentang keputusan tersebut.
Pada Juli tahun 2021, Kementerian Luar Negeri Israel mengumumkan bahwa duta besarnya untuk Ethiopia, Alali Adamsu, telah menyerahkan berkas kredensial sebagai pengamat di Uni Afrika.
Tujuh negara Arab-Afrika yaitu Aljazair, Mesir, Comoros, Tunisia, Djibouti, Mauritania dan Libya telah menyampaikan penolakannya pada Agustus tahun lalu kepada Uni-Afrika terkait keputusan pemberian Israel status pengamat di organisasi benua Afrika tersebut.
Pada Oktober tahun lalu, menteri luar negeri Aljazair Ramtane Lamamra menegaskan bahwa menteri-menteri luar negeri Afrika setuju untuk membahas isu tersebut di Konferensi Tingkat Tinggi negara-negara Uni-Afrika yang akan berlangsung di bulan Februari mendatang.
Israel sebelumnya memperoleh keanggotaan sebagai pengamat di Organisasi Persatuan Afrika. Namun, pada 2002, keanggotaan itu ditarik kembali dari otoritas ketika Uni Afrika menggantikan Organisasi Persatuan Afrika. Selain Aljazair, negara Afrika Selatan dan Namibia juga menolak keputusan Ketua Uni Afrika Félix Tshisekedi dengan mengatakan bahwa mereka tidak diajak berkonsultasi.
Aljazair menjadi negara Arab yang paling keras menolak status pengamat Israel di Uni-Afrika. Diyakini keputusan tersebut ada hubungannya dengan normalisasi hubungan diplomatik baru-baru ini antara Maroko dan Israel, sebagai ”imbalan” atas pengakuan Amerika Serikat atas kedaulatan Maroko di Sahara Barat, namun mendapat kecaman Aljazair, yang menyebutnya sebagai ’manuver asing’.
Israel juga memiliki hubungan baik dengan Ethiopia dibidang pertanian, ekonomi, kesehatan dan militer. Ribuan Yahudi Ethiopia telah berimigrasi ke Israel karena sejumlah konflik di negara Afrika itu.
Sumber: TRTarabi.