Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman mengatakan, Arab Saudi tidak melihat Israel sebagai musuh, namun justru berpotensi sebagai partner dalam menyelesaikan berbagai permasalahan.
Pernyataan ini disampaikan Bin Salman dalam petikan wawancara bersama majalah The Atlantic terbitan Amerika, yang beritanya dirilis oleh kantor berita resmi Arab Saudi (SPA). Hal ini sebagai jawaban terkait kemungkinan Arab Saudi mengikuti jejak Uni Emirat Arab (UEA) dalam membuka hubungan dengan Israel.
Bin Salman menjelaskan, disamping tidak menjadikan israel sebagai musuh, israel menurutnya bisa diajak kerjasama untuk menyelesaikan beragam permasalahan. “Namun tentunya menyelesaikan beberapa permasalahan terlebih dahulu sebelum sampai ke tahap itu,” tambah Bin Salman tanpa menjelaskan lebih jauh permasalahan apa yang dimaksud.
Menurutnya setiap negara memiliki kebebasan untuk melakukan apa saja sesuai dengan yang mereka inginkan. Dalam konteks sikap UEA, Bin Salman menilai mereka memiliki hak penuh dalam melakukan tindakan apapun yang dinilai tepat bagi negaranya.
Ia kemudian menegaskan, “Adapun bagi kami (Saudi), maka kami berharap permasalahan Israel dan Palestina diselesaikan terlebih dahulu,” tanpa menjelaskan permasalahan apa yang dimaksud.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, pihak penjajah israel telah melakukan kesepakatan normalisasi pada tahun 2020 dengan Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko dan Sudan. Dari 22 negara Arab yang memiliki hubungan dengan Israel, empat negara ditambah Mesir dan Yordania yang mengumumkan hubungannya secara terang-terangan.
Adapun Otoritas Palestina serta faksi-faksi Palestina yang ada, semuanya menolak normalisasi yang dilakukan bangsa-bangsa Arab dengan Israel, mereka menyebutnya sebagai tikaman yang mengarah langung ke jantung permasalahan Palestina.
Sumber: Anadholu Agency