Gerakan Jihad Islam Palestina pada hari Sabtu (05/03/22) memuji penarikan delegasi akademik Kuwait dari konferensi yang diselenggarakan oleh sebuah universitas di Bahrain dikarenakan partisipasi delegasi Israel di dalamnya.
Kabar tersebut muncul dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Tariq Salmi, juru bicara Gerakan Jihad Islam Palestina.
Pada hari Jumat (04/03/22) Liga Pemuda untuk Al-Quds Internasional di Kuwait (sebuah NGO yang terdaftar dan diakui oleh Kementerian Sosial Kuwait) mengatakan dalam sebuah tweetnya di Twitter, bahwa delegasi dari universitas Kuwait menarik diri dari kuliah umum, di mana delegasi Israel dari Universitas Tel Aviv turut berpartisipasi pada sebuah konferensi yang diadakan di Universitas Bahrain.
Asosiasi tersebut tidak menjelaskan tanggal penarikan diri delegasi Kuwait tersebut.
Pada tanggal 2 Maret, Universitas Bahrain meresmikan “Konferensi Timur Tengah untuk Pengembangan Sekolah Tinggi Administrasi Bisnis”, yang berlangsung selama dua hari, dengan dihadiri 113 peserta dari 15 negara di Timur Tengah dan Afrika Utara.
Jubir Jihad Islam, Tariq Salmi mengatakan: “Penghargaan besar kami tujukan kepada delegasi akademik Kuwait yang menolak untuk berpartisipasi dalam konferensi (mengundurkan diri darinya) yang dihadiri oleh delegasi yang mewakili entitas musuh, penjajah Zionis Israel.”
Dia menambahkan, “Saudara kami dari negara Kuwait sekali lagi telah menegaskan posisi mereka yang jelas demi solidaritas nasionalisme (Arab) dengan menolak segala bentuk normalisasi (dengan penjajah Israel).”
Dia menganggap penolakan partisipasi Kuwait dalam konferensi itu sebagai “sikap dukungan untuk perjuangan Palestina, serta komitmen terhadap prinsip-prinsip nasionalisme dan Islam yang sudah mapan.”
Jaubir Jihad Islam itu juga mengutuk “semua bentuk normalisasi (dengan Israel), termasuk normalisasi Universitas Bahrain, yang menjadikan aktivitas akademis sebagai kedok normalisasi, ditengah makin meluasnya boikot akademik internasional terhadap entitas Zionis Israel.”
Pada tahun 2020, empat negara Arab, yaitu UEA, Bahrain, Sudan dan Maroko, menandatangani perjanjian untuk menormalkan hubungannya dengan Israel, dimana negara-negara tersebut bergabung dengan Mesir dan Yordania (yang sebelumnya lebih dulu melakukan normalisasi dengan Israel), dari 22 negara Arab.
Sumber: Dailysabah.