Yunani telah menciptakan agenda buatan melawan Turki untuk mencoba mengalihkan perhatian dunia dari fokus pada kejahatannya, kata Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar.
Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar telah mengkritik Yunani karena terus melakukan tindakan tidak manusiawi yang bersifat provokatif, maksimalis dan ekspansionis, terhadap para pengungsi.
“Selama bertahun-tahun, dunia mengabaikan fakta bahwa Yunani telah melakukan tindakan tidak manusiawi terhadap orang yang tidak bersalah. Namun, dengan terjadinya insiden Frontex terbaru, akhirnya Uni Eropa mulai menyadari apa yang sebenarnya telah dilakukan Yunani,” kata Akar pada hari Sabtu di Mersin.
“Sejak Yunani tertangkap basah, mereka telah membuat agenda palsu dengan melawan Turki dalam rangka mencoba mengalihkan perhatian dunia dari fokus pada kejahatannya,” tambahnya.
Pendukung hak asasi manusia dan media terkemuka telah sering melaporkan penolakan-penolakan dan pelanggaran-pelanggaran hak lainnya oleh otoritas Yunani yang melanggar hukum Uni Eropa maupun internasional.
Pada tahun 2021, Parlemen Eropa menerbitkan laporannya tentang tuduhan bahwa Frontex telah dilibatkan dalam apa yang disebut sebagai penolakan, termasuk di Laut Aegea yang terletak antara Negara-negara Uni Eropa, Yunani dan Turki.
Apa itu Frontex?
Didirikan pada tahun 2005, Frontex adalah lembaga Uni Eropa yang bertugas mengelola perbatasan luar darat dan laut disana.
Mereka dituduh terlibat dalam penolakan ilegal terhadap migran dan pengungsi di perbatasan luar tersebut, termasuk di wilayah Yunani, Kroasia, dan Rumania.
Penolakan tersebut melanggar kewajiban Uni Eropa terhadap Hukum Kemanusiaan Internasional, yang melarang memulangkan orang ke tempat yang berisiko bagi nyawa mereka.
Badan tersebut telah mendapat sorotan dari kelompok hak asasi manusia, bersama dengan beberapa lembaga dan badan hukum.
Saat ini telah dilakukan lebih dari sepuluh penyelidikan dari Parlemen Eropa, Ombudsman Eropa dan Pengawas Anti-pelanggaran dari Uni Eropa (OLAF).
Sumber: TRTWorld