Kubu Islam yang berafiliasi dengan Hamas memenangkan pemilihan Dewan Mahasiswa di Universitas Birzeit di Tepi Barat pada hari Rabu kemarin, mengalahkan saingannya yang didukung Fatah dalam pemungutan suara yang ketat.
Kubu yang didukung Hamas mengantongi 5.060 suara memenangkan 28 kursi, sedangkan Kubu yang didukung Fatah mengantongi 3.379 suara hanya memenangkan 18 kursi.
Terdapat lima Kubu yang memperebutkan 51 kursi, sedangkan partisipasi pemilih 78,1 persen.
Mahasiswa menyaksikan perdebatan sengit antara perwakilan dari dua Kubu saingan itu pada hari sebelumnya, dengan saling mengkritik kebijakan dan program kedua belah pihak.
Kubu Islam telah memimpin Dewan Mahasiswa dalam beberapa tahun terakhir.
Sehari sebelum pemungutan suara, tujuh mahasiswa senior Kubu Islam ditangkap oleh unit penyamaran Israel, yang menimbulkan simpati bagi kelompok itu dan kemudian diwujudkan dalam pemungutan suara, kata para ahli kepada Arab News.
Ghassan Al-Khatib, Wakil Presiden Universitas, mengatakan bahwa suara Dewan Mahasiswa merupakan indikator opini publik Palestina dan penyeimbang politik dalam masyarakat Palestina “karena kredibilitas, integritas dan demokrasi yang tercermin dalam Pemilihan Birzeit.”
Mohammed Daraghmeh, seorang penulis senior Palestina, mengatakan kepada Arab News bahwa siswa Birzeit tidak dipengaruhi oleh kepentingan jabatan atau pekerjaan, sehingga proses pemilihan berlangsung “dalam suasana demokratis dan dengan integritas tinggi.”
Dia menambahkan: “Jika Hamas menang, jalan ini mendukung dan condong ke arah itu. Jika Fatah menang, berarti jalan ini bersamanya.”
Daraghmeh mengatakan bahwa baik Fatah maupun Hamas berusaha keras untuk memenangkan dukungan para mahasiswa.
Pemilihan itu “membantu Hamas memperkuat wacana politiknya, dan menunjukkan bahwa opini publik Palestina di Tepi Barat mendukung jalan dan garis politiknya,” katanya.
Sementara itu, Fatah “ingin mempertahankan legitimasi sistem politik Palestina mengingat ketidakmampuannya menyelenggarakan pemilihan umum Palestina.”
Pemilihan Birzeit diadakan setiap dua tahun, dengan sekitar 15.000 siswa yang memilih untuk 51 kursi. Tidak ada pemungutan suara pada tahun 2021 karena pandemi virus corona.
Birzeit didirikan pada tahun 1973 sebagai universitas negeri, dan merupakan satu-satunya institusi akademik Tepi Barat yang memungkinkan Hamas untuk mempraktikkan aktivitas dan politiknya tanpa campur tangan dari Israel atau PA.
Sejumlah pemimpin Palestina terkemuka telah lulus dari Universitas yang menyelenggarakan 36 program sarjana dan 13 program master, dan dibimbing oleh 500 pengajar.
Siswa dari Tepi Barat dan beberapa ratus orang Palestina yang tinggal di Israel belajar di sana.
Basem Naim, seorang pemimpin Hamas terkemuka di Jalur Gaza, mengatakan kepada Arab News bahwa kelompok politik tersebut memandang pemilihan mahasiswa sebagai “indikator penting” karena menyoroti arah generasi mendatang.
“Pemilihan Universitas Birzeit merupakan platform penting bagi Hamas karena sebagian besar pemimpin Palestina adalah lulusan Universitas. Oleh karena itu, kekuatan mereka hari ini menunjukkan tipe pemimpin masa depan rakyat Palestina di semua sektor dan bidang,” katanya.
Sumber: Arab News