Syeikh Tamim bin Hamad Al Thani mengatakan masyarakat internasional harus bekerja untuk menyelesaikan konflik yang terlupakan dan terabaikan.
Emir Qatar telah mendesak masyarakat internasional untuk memberikan banyak perhatian terhadap penyelesaian konflik yang terlupakan dan terabaikan oleh dunia, khususnya menekankan terkait konflik Israel-Palestina, seperti halnya perang di Ukraina.
Berbicara kepada para pengusaha dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos – Swiss, pada hari Senin (23/5), Emir Syeikh Tamim bin Hamad Al Thani mengatakan bahwa sementara “fokus laser” diarahkan dengan tepat agar menemukan solusi diplomatik untuk krisis Ukraina, bantuan dan solidaritas harus diberikan juga kepada korban-korban dari ras, bangsa dan agama lainnya.
“Contoh yang paling mencolok adalah di Palestina, yang telah menjadi luka terbuka sejak berdirinya PBB,” katanya. “Keluarga-keluarga mereka telah diduduki selama beberapa dekade tanpa bantuan yang berarti. Eskalasi dalam agresi pemukiman ilegal tidak henti-hentinya dan hal yang sama berlaku untuk serangan lanjutan terhadap rakyat Palestina.”
“Saya terus berdoa agar dunia sadar akan ketidakadilan dan kekerasan dan akhirnya bertindak,” katanya.
Dia menyebutkan kasus Shireen Abu Akleh , koresponden veteran Palestina-Amerika Al Jazeera yang dibunuh oleh pasukan Israel awal bulan ini di Tepi Barat.
“Kematiannya sama mengerikannya dengan tujuh jurnalis yang terbunuh di Ukraina sejak Maret tahun ini, dan 18 jurnalis lainnya yang terbunuh di Palestina sejak tahun 2000, dan banyak jurnalis lainnya yang terbunuh dalam menjalankan tugas di Irak, Suriah, dan Yaman,” kata emir.
Dia mengatakan seharusnya tidak ada toleransi terhadap serangan terhadap jurnalis, dan mendesak mereka yang hadir untuk tidak menerima sebuah dunia yang pemerintahnya memiliki standar ganda dengan menilai orang berdasarkan agama, wilayah atau ras mereka.
“Kami menganggap nilai setiap kehidupan Eropa sama berharganya dengan seseorang dari wilayah kami,” katanya.
Syeikh Tamim menekankan bahwa forum Davos merupakan “pertemuan yang sangat penting” karena diadakan di tengah tantangan ekonomi dan gejolak geopolitik.
“Sebelum kita dapat mengharapkan kemakmuran ekonomi, pertama-tama kita harus memeriksa, memperbaiki, dan menegakkan kerangka kerja kita untuk perdamaian,” katanya. “Dan kita harus mengirimkan pesan yang meyakinkan orang-orang di seluruh dunia, bahwa hanya melalui persatuan kita dapat mengatasi konflik yang memisahkan kita. Persatuan yang kita bangun harus didasarkan pada prinsip-prinsip yang telah disepakati dalam piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, hukum internasional, dan menghormati kedaulatan satu sama lain.”
Sumber: AL JAZEERA