Islam adalah rahmat bagi semesta alam. Ia membawa kebaikan, keberkahan, dan anugerah kepada seluruh aspek kehidupan manusia.
Islam mewarnai kebiasaan, adat istiadat, dan perilaku sosial manusia ke arah yang benar. Islam juga menghargai dan menjaganya selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip kebenaran.
Islam Mewarnai Adat dan Perilaku Sosial
Diantara contoh pewarnaan Islam terhadap kebiasaan, adat istiadat, dan perilaku sosial manusia adalah perintah berkerudung dan berjilbab bagi kaum wanita. Allah Ta’ala berfirman,
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا ۖ وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ ۖ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَىٰ عَوْرَاتِ النِّسَاءِ ۖ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ ۚ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Katakanlah kepada orang laki–laki yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allâh maha mengatahui apa yang mereka perbuat.’ Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera–putera mereka, atau putera–putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allâh, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.’” (QS. An-Nur, 24:31)
Ketika turun ayat ini, para wanita muslimah saat itu pun bersegera melaksanakannya sebagaimana kesaksian Aisyah radhiyallahu ‘anha,
لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ { وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ } أَخَذْنَ أُزْرَهُنَّ فَشَقَّقْنَهَا مِنْ قِبَلِ الْحَوَاشِي فَاخْتَمَرْنَ بِهَا
“Tatkala turun ayat: ‘Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya.’. Maka mereka (wanita Anshar) langsung mengambil sarung-sarung mereka dan menyobeknya dari bagian bawah lalu menjadikannya sebagai kerudung mereka.” (HR. Bukhari No. 4387)
Sedangkan perintah berjilbab disebutkan dalam Firman-Nya,
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang Mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka !’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allâh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab, 33:59)
Kewajiban syariat berkerudung dan berjilbab ini kemudian menjadi kebiasaan, adat istiadat, dan perilaku sosial yang melekat kepada wanita muslimah dimana pun mereka berada.
Islam Menghargai Adat dan Perilaku Sosial
Selanjutnya, diantara contoh penghargaan Islam terhadap kebiasaan, adat istiadat, dan perilaku sosial manusia yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip nilai kebenaran dan syariat adalah penghargaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap hiburan. Diriwayatkan bahwa ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha pernah mengantar mempelai wanita ke tempat mempelai pria dari kalangan Anshar. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَا عَائِشَةُ، مَا كَانَ مَعَكُمْ لَهْوٌ؟ فَإِنَّ اْلأَنْصَارَ يُعْجِبُهُمُ اللَّهْوُ
“Wahai ‘Aisyah, apakah ada hiburan yang menyertai kalian? Sebab, orang-orang Anshar suka kepada hiburan.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari [no. 5162], al-Hakim [II/183-184], al-Baihaqi [VII/288] dan al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah [no. 2267]).
Jadi, Islam tidak melarang dan tidak menghapus kebiasaan, adat istiadat, dan perilaku sosial manusia selama hal itu tidak bertentangan dengan nilai-nilai syariah. Islam baru akan turun tangan memberikan arahan serta koreksi, jika kebiasaan, adat istiadat, dan perilaku sosial itu telah menyimpang dari nilai-nilai aqidah dan syariah. Dalam konteks nyanyian misalnya, Islam mengarahkan agar nyanyian-nyanyian yang dilantunkan manusia hendaknya tidak tercampuri oleh syair-syair yang buruk. Ar Rubai’ binti Mu’awwidz radhiyallahu ‘anha berkata,
دَخَلَ عَلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَبِيحَةَ عُرْسِي وَعِنْدِي جَارِيَتَانِ يَتَغَنَّيَتَانِ وَتَنْدُبَانِ آبَائِي الَّذِينَ قُتِلُوا يَوْمَ بَدْرٍ وَتَقُولَانِ فِيمَا تَقُولَانِ وَفِينَا نَبِيٌّ يَعْلَمُ مَا فِي غَدٍ فَقَالَ أَمَّا هَذَا فَلَا تَقُولُوهُ مَا يَعْلَمُ مَا فِي غَدٍ إِلَّا اللَّهُ
“Di hari pernikahanku, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masuk ke rumahku di saat hari masih pagi, sementara di sisiku ada dua orang budak wanita yang sedang memukul rebana dan bernyanyi memuji bapak-bapak kami yang gugur pada perang badar, hingga mereka mengucapkan apa yang mereka ucapkan (dalam nyanyiannya), ‘Padahal di sisi kami ada Nabi yang mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.’ Maka beliau pun bersabda: ‘Adapun (syair nyanyian) yang ini, jangan kalian ucapkan, sebab tidak ada yang tahu apa yang terjadi di masa datang selain Allah.’” (HR. Ibnu Majah Nomor 1887)
Contoh penghargaan Islam kepada kebiasaan, adat istiadat, dan perilaku sosial suatu masyarakat, juga terungkap dari hadits Anas bin Malik, ia berkata,
أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرَادَ أَنْ يَكْتُبَ إِلَى رَهْطٍ أَوْ أُنَاسٍ مِنْ الْأَعَاجِمِ فَقِيلَ لَهُ إِنَّهُمْ لَا يَقْبَلُونَ كِتَابًا إِلَّا عَلَيْهِ خَاتَمٌ فَاتَّخَذَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَاتَمًا مِنْ فِضَّةٍ نَقْشُهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ فَكَأَنِّي بِوَبِيصِ أَوْ بِبَصِيصِ الْخَاتَمِ فِي إِصْبَعِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ فِي كَفِّهِ
“Bahwasanya Nabiyullah shallallahu ‘alaihi wasallam hendak menulis surat kepada pemuka kaum atau sekelompok orang asing, lantas diberitahukan kepada beliau; ‘Sesungguhnya mereka tidak akan menerima surat Anda kecuali jika surat tersebut dibubuhi stempel, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membuat stempel (cincin) dari perak yang diukir dengan tulisan ‘Muhammad Rasulullah’, seolah-olah saya melihat kilauan atau kilatan cincin berada di jari tangan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam atau di telapak tangan beliau.’” (HR. Bukhari No. 5423).
Dari uraian singkat di atas, kita dapat menyimpulkan prinsip ajaran Islam saat berinteraksi dengan kebiasaan, adat istiadat, tata krama, serta perilaku sosial manusia: Islam tidak melarang dan tidak menghapus kebiasaan, bahkan Islam menjaga adat istiadat, dan perilaku sosial manusia selama hal itu tidak bertentangan dengan nilai-nilai syariah.
Wallahu a’lam.
________________________________
Yuk dukung kami menebar hidayah ISLAM!
Salurkan donasi Anda ke:
Forum Dakwah dan Tarbiyah Islamiyah (Nomor AHU – 0065906.AH.01.07.TAHUN 2016)
Rekening:
✓ BJB 0080632411100 an. Forum Dakwah dan Tarbiyah Islamiyah
✓ Muamalat 1010075679 an. Peni Rusmustikawati
✓ BSI 7106355562 an. Muhamad Indra Kurniawan
✓ BCA 2800613844 an. Muhamad Indra Kurniawan
Konfirmasi transfer: WhatsApp 0818227006