Kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyah menanggapi penyerbuan pemukim ilegal yahudi ke masjid Al-Aqsha. “Apa yang terjadi di kota Al-Quds dan Masjid Al-Aqsha tidak bisa dimaafkan,” jelasnya.
Pernyataan ini disampaikan melalui Thohir An-Nono, penasehat media untuk pimpinan Hamas, Ismail Haniyah. Nono menambahkan, ada pihak-pihak yang menghubungi pimpinan Hamas untuk meredakan situasi, mereka menginginkan jangan sampai keadaan semakin buruk.
“Pimpinan Hamas menegaskan kepada pihak-pihak tersebut, apa yang terjadi saat ini di Al-Quds dan Masjid Al-Aqsha tidak akan bisa dimaafkan. Dan perlawanan tetap menjalani pilihannya sampai penjajahan lenyap dari tanah dan tempat suci kami,” jelas Nono.
Ia kemudian menambahkan, pimpinan Hamas juga menolak memberikan janji ataupun jaminan kepada pihak mana pun, terkait penyikapan terhadap kondisi yang terjadi di dalam Palestina terjajah.
Pada hari Ahad kemarin, (29/5) puluhan ribu pemukim ilegal yahudi menggelar pawai bendera israel di Al-Quds, dalam rangka memperingati tanggal jatuhnya timur Al-Quds ke tangan israel pada tahun 1967 silam, berdasarkan penanggalan Ibrani.
Aksi pawai ini berujung bentrokan dengan warga Palestina, sehingga menyebabkan puluhan orang terluka dan ditangkap oleh aparat keamanan israel.
Sebelum pawai bendera dilakukan, ribuan pengungsi ilegal yahudi lebih dahulu menyerbu masuk ke masjid Al-Aqsha. Mereka menistai masjid dengan melakukan ritual Talmud di dalam masjid, diantara bentuknya adalah melakukan sujud ala Talmud dengan menempelkan tubuh bagian depan ke tanah, serta mengibarkan bendera israel di areal komplek masjid. Pawai bertujuan untuk menguatkan klaim israel bahwa Al-Quds adalah ibukota israel.
Sumber: Anadholu