Orang-orang Israel ultra-nasionalis dengan keras mengkonfrontasi orang-orang Palestina selama “pawai bendera” dan setelahnya, pada hari Minggu.
“Hari Yerusalem” dengan aksi “pawai bendera” yang dilakukan dengan mengelilingi Kota Tua di wilayah pendudukan Yerusalem Timur, otoritas Israel mengaku dapat menarik napas lega bahwa hal itu tidak memicu konfrontasi yang lebih luas antara Israel dan Palestina, khususnya Hamas di Gaza. Namun, kenyataannya tidak demikian, yang terjadi justru merupakan “hari kekerasan” di mana ultra-nasionalis Yahudi Israel berkali-kali menyerang banyak sekali warga Palestina meskipun terdapat adanya pengawasan polisi Israel.
Pada hari Minggu, setidaknya 81 warga Palestina terluka oleh pasukan Israel dan Kelompok Sayap Kanan Yahudi di Yerusalem selama pawai bendera dan setelahnya, yang mereka tandai sebagai hari dimana Israel secara ilegal menduduki dan mencaplok bagian timur kota pada tahun 1967. Sebagian besar orang Yahudi Israel menganggapnya sebagai Hari Yerusalem “Bersatu”.
Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan kepada Al Jazeera bahwa cedera selama aksi itu berlangsung disebabkan oleh peluru lapis karet, pemukulan, semprotan merica, dan ada satu kasus penembakan dengan peluru tajam. Setidaknya 28 warga Palestina dibawa ke rumah sakit untuk perawatan.
Polisi Israel mengatakan bahwa lima petugasnya terluka ringan.
Setidaknya 70.000 warga Israel ikut serta dalam pawai tahunan ini, yang digambarkan sebagai aksi “rasis” dan “fasis” yang terjadi di dalam dan sekitar Kota Tua Yerusalem, dan secara khusus melewati Kawasan Muslim, di mana toko-toko sebagian besar tutup dalam rangka persiapan.
Aksi tersebut mengibarkan bendera Israel, menyanyikan lagu-lagu nasionalis, serta meneriakkan slogan-slogan seperti “matilah orang Arab” dan “semoga desa Anda terbakar,” saat memasuki Kawasan Muslim di Kota Tua.
Selama pawai, kelompok Yahudi sayap kanan terlihat menyerang warga Palestina, serta petugas medis, dan jurnalis lokal dan internasional.
Dalam satu insiden yang terekam dan dibagikan secara luas di media sosial, seorang pria Yahudi menyerang dan menyemprotkan merica ke wajah seorang wanita tua Palestina, yang kemudian memancing kemarahan.
Setelah dibawa untuk perawatan melalui Gerbang Damaskus Kota Tua, demonstran lain menggunakan semprotan merica terhadap seorang pemuda Palestina, dan kemudian ada juga di tempat lain yang mengeluarkan pistol dan mengarahkannya ke wartawan di tempat kejadian.
Sementara aksi akan berakhir sekitar pukul 9 malam waktu setempat (18:00 GMT), serangan masih berlanjut hingga larut malam. Setelah rapat umum, kelompok besar Ultra-Nasionalis Israel mengamuk masuk melalui lingkungan warga Palestina di Yerusalem Timur, menyerang penduduk dan merusak properti mereka.
“Kebencian dan rasisme”
Pengamat politik yang berbasis di Yerusalem Nasser al-Hidmi menggambarkan “pelanggaran hukum dan provokasi para pemukim” pada hari Minggu sebagai “preseden yang sangat berbahaya”.
“Adegan yang kami saksikan kemarin adalah bencana bagi warga Palestina di Yerusalem dan masyarakat Palestina secara keseluruhan,” kata al-Hidmi kepada Al Jazeera.
“Sangat jelas bahwa pemerintah pendudukan memberikan kendali kepada para pemukimnya untuk melakukan serangan mereka,” yang kata dia “hanya muncul dari kebencian dan rasisme yang merajalela pada masyarakat Zionis”.
Video yang dibagikan oleh warga, aktivis dan jurnalis menunjukkan puluhan pemukim menghancurkan dan merusak mobil-mobil warga Palestina, melemparkan batu ke rumah-rumah dan menyerang warga, termasuk dengan semprotan merica.
Sebagian besar serangan pada hari Minggu terjadi di dalam Kota Tua, termasuk area Gerbang Maroko di sebelah Kompleks Masjid Al-Aqsa, serta Bab al-Zahira (Gerbang Herodes), dan Gerbang Damaskus. Para pengunjuk rasa Yahudi juga membanjiri Jalan Salah al-Din, jalan raya komersial utama Palestina di dekat Kota Tua, serta lingkungan Sheikh Jarrah dan Silwan.
Israel mengesahkan undang-undang pada tahun 1980 yang secara resmi menyatakan bagian timur dan barat kota itu sebagai “ibu kota abadi dan tak terbagi”. Sebagian besar komunitas internasional menganggap Yerusalem Timur sebagai wilayah pendudukan di mana Israel tidak memiliki kedaulatan hukum.
Pawai bendera dipandang sebagai upaya Israel untuk menegaskan kendalinya atas bagian timur kota yang diduduki. Penduduk Palestina di bagian barat Yerusalem dipindahkan secara paksa oleh milisi Zionis selama perang 1948 yang menciptakan negara Israel, dan sekarang hampir seluruhnya Yahudi.
“PM Israel menyetujui ini”
Pasukan Israel menangkap setidaknya 50 warga Palestina sepanjang hari itu menurut sumber-sumber lokal, sementara itu dilaporkan kurang dari segelintir orang Israel yang ditangkap, meskipun sejumlah serangan itu dilakukan ketika polisi Israel mengawasi.
Al-Hidmi mengatakan unjuk rasa hari Minggu, dan peristiwa yang terjadi sebelumnya, termasuk serangan pemukim ke kompleks Masjid Al-Aqsha, pengibaran bendera Israel di dalamnya, dan doa-doa Yahudi di lokasi tersebut “menambah kelancangan para pemukim untuk menyerang warga Palestina Yarusalem.
“Kami menyaksikan kelancangan para pemukim kemarin,” kata al-Hidmi, menjelaskan bahwa mereka tahu bahwa mereka “tidak akan dimintai pertanggungjawaban atas kejahatan yang mereka lakukan.”
Sebelum rapat umum, Perdana Menteri Israel Naftali Bennett mengatakan bahwa “mengibarkan bendera Israel di ibu kota Israel tidak perlu dibahas lagi … kami telah memahami dengan jelas tentang masalah ini sejak awal”.
“Sayangnya, ada minoritas yang datang untuk meprovokasi daerah itu … mencoba menggunakan kekuatan untuk memicu konflik,” tambah Bennett setelah kekerasan pecah.
Namun, sejumlah pengamat berpendapat bahwa kekerasan, dan orang-orang yang melakukannya, mewakili segmen masyarakat Israel yang lebih besar daripada yang disiratkan Bennett.
“Perdana menteri Israel menyetujui ini. Koalisi Israel menyetujui ini. Menteri keamanan publik Israel menyetujui ini. Kepala polisi Israel menyetujui ini. Hari Yerusalem dan ‘pawai bendera’ fasisnya adalah pekerjaan rezim, bukan pekerjaan beberapa orang saja,” Edo Konrad, pemimpin redaksi Majalah Israel +972, mengatakan di Twitter.
Polisi Israel mengatakan bahwa mereka telah menangkap “lebih dari 60 tersangka” tanpa merinci apakah mereka orang Israel atau Palestina.
Dalam pernyataan yang lain, dikatakan bahwa orang-orang itu ditangkap “sehubungan dengan berbagai insiden kerusuhan, pelemparan batu, penyerangan terhadap petugas Polisi Israel dan sejumlah insiden kekerasan lainnya”.
Komandan Distrik Yerusalem Israel, Doron Turgeman, mengatakan dalam sebuah pernyataan terpisah: “Saya menyampaikan penghargaan yang besar kepada komandan kami dan polisi yang telah bertugas di semua sektor untuk menjaga keamanan, hukum dan ketertiban.
“Puluhan ribu datang ke sini hari ini pada Hari Yerusalem untuk melakukan aksi, dan ini merupakan kewenangan kami untuk mengamankan mereka di sepanjang rute parade, seperti yang telah kami lakukan selama beberapa dekade.”
Polisi Israel tidak menanggapi pertanyaan spesifik dari Al Jazeera terkait alasan kelambanan mereka ketika Kelompok Sayap Kanan Israel menyerang warga Palestina.
Pawai bendera tahun lalu memicu tembakan roket dari kelompok perlawanan bersenjata Hamas dan Jihad Islam Palestina, yang berbasis di Jalur Gaza. Israel menanggapinya dengan meluncurkan serangan militer 11 hari terhadap wilayah yang terkepung, di mana lebih dari 260 warga Palestina, dan 13 orang Israel tewas.
SUMBER : AL JAZEERA