Departemen Luar Negeri AS mengecam China karena melakukan ‘genosida’ terhadap warga Uighur, dalam laporan tahunannya tentang kebebasan beragama global.
China merupakan “contoh nyata” tentang bagaimana pemerintah memperlakukan kelompok agama minoritas, kata seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS saat merilis laporan tahunannya tentang kebebasan beragama di seluruh dunia.
Rashad Hussain, duta besar AS untuk kebebasan beragama internasional, mengatakan dalam konferensi pers pada hari Kamis “masih banyak negara-negara yang belum peduli terhadap kasus penindasan ini”.
“Tidak mengherankan jika Republik Rakyat China menjadi contoh nyata dalam hal ini,” katanya kepada wartawan.
“Pemerintah RRC terus melakukan genosida dan kejahatan kemanusiaan terhadap warga Uighur yang mayoritas Muslim, dan terhadap kelompok etnis dan agama minoritas lainnya.”
Sehari sebelum Presiden AS Joe Biden menjabat, Washington mengumumkan telah menetapkan Beijing melakukan “genosida dan kejahatan kemanusiaan” terhadap warga Uighur di provinsi barat Xinjiang, dimana kelompok hak asasi manusia dan saksi mengatakan lebih dari satu juta orang ditahan di kamp-kamp pangasingan.
China awalnya membantah keberadaan kamp penahanan di Xinjiang, namun pada tahun 2018 mereka mengatakan telah mendirikan “pusat pelatihan” yang ditujukan untuk mencegah apa yang mereka sebut sebagai terorisme, separatisme, dan radikalisme beragama di wilayah tersebut.
Pemerintah China membantah tuduhan pelecehan dan kondisi warga Uighur serta minoritas agama lainnya di Xinjiang.
“China melanjutkan genosida dan penindasannya terhadap mayoritas Muslim Uighur dan kelompok minoritas agama lainnya,” kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada hari Kamis dalam konferensi pers mengenai Laporan Kebebasan Beragama Internasional 2021.
“Sejak April 2017, lebih dari satu juta orang Uighur, etnis Kazakh, Kirgistan, dan lainnya telah ditahan di kamp-kamp pengungsian di Xinjiang ,” katanya.
Laporan Departemen Luar Negeri juga menuduh pemerintah China memperketat pengawasan dan membatasi “aktivitas dan kebebasan pribadi penganut agama yang dianggap mengancam kepentingan negara atau Partai Komunitas China”.
“LSM dan media terus melaporkan kematian dalam tahanan dan pemerintah telah menyiksa mereka dengan cara disiksa secara fisik, ditangkap, dihilangkan, ditahan, dijatuhi hukuman penjara, menjadi sasaran kerja paksa dan indoktrinasi paksa ideologi PKC, dan melecehkan penganut kelompok agama yang terdaftar dan tidak terdaftar. untuk kegiatan yang berkaitan dengan keyakinan dan praktik keagamaan mereka,” bunyi laporannya.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan China melanjutkan ‘genosida dan kejahatannya terhadap kemanusiaan’ terhadap warga Uighur dan minoritas lainnya.
SUMBER : AL JAZEERA