Menerima dan menyambut dengan baik
وَلَمَّا جَهَّزَهُم بِجَهَازِهِمْ قَالَ ٱئْتُونِى بِأَخٍ لَّكُم مِّنْ أَبِيكُمْ ۚ أَلَا تَرَوْنَ أَنِّىٓ أُوفِى ٱلْكَيْلَ وَأَنَا۠ خَيْرُ ٱلْمُنزِلِينَ
Dan tatkala Yusuf menyiapkan untuk mereka bahan makanannya, ia berkata: “Bawalah kepadaku saudaramu yang seayah dengan kamu (Bunyamin), tidakkah kamu melihat bahwa aku menyempurnakan sukatan dan aku adalah sebaik-baik penerima tamu?” (QS. Yusuf, 12: 59)
Dari Ibnu Abbas, dia berkata,
لَمَّا قَدِمَ وفْدُ عبدِ القَيْسِ علَى النبيِّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ قالَ: مَرْحَبًا بالوَفْدِ، الَّذِينَ جَاؤُوا غيرَ خَزَايَا ولَا نَدَامَى
“Ketika datang utusan Abdul Qais kepada Nabi Saw, maka beliau menyambutnya dengan ucapan: Marhaban bil wafd alladziina jaa-uu ghairo khozaayaa walaa nadaamaa (Selamat datang kepada para utusan yang datang tanpa merasa terhina dan menyesal).” (HR. Bukhari)
قَالَ جَرِيرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ مَا حَجَبَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُنْذُ أَسْلَمْتُ وَلَا رَآنِي إِلَّا ضَحِكَ
Dari Jarir bin ‘Abdullah berkata; “Sejak saya masuk Islam, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menolak saya untuk bertamu dan berkunjung ke rumah beliau. Dan beliau selalu tersenyum setiap kali melihat saya.” (HR. Muslim)
Memuliakan dan Menghormatinya
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، فَلاَ يُؤْذِي جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ، فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَسْكُتْ
Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka muliakanlah tamunya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka janganlah menyakiti tetangganya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka berkatalah yang baik atau diamlah.” (HR. Ibnu Hibban)
Berpenampilan baik
Dari Jundub ibnu Makits radhiyallahu ‘anhu,
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانَ إِذَا قَدِمَ عَلَيْهِ الْوَفْدُ لَبِسَ أَحْسَنَ ثِيَابِهِ وَأَمَرَ أَصْحَابَهُ بِذَلِكَ، فَرَأَيْتُهُ وَفَدَ عَلَيْهِ وَفْدُ كِنْدَةَ وَعَلَيْهِ حُلَّةٌ يَمَانِيَّةٌ، وَعَلَى أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ مِثْلِهِ
“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila datang kepadanya utusan, beliau memakai pakaian terbagus, dan menyuruh pula sahabat-sahabatnya untuk berpenampilan seperti itu juga. Aku pernah melihat beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, pada hari datangnya seorang utusan dari negeri Kindah, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memakai pakaian Yaman, begitu pula Abu Bakar dan Umar memakai pakaian seperti yang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pakai.” (Thabaqat Ibnu Sa’ad)
Menjamunya
عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ قَالَ ضِفْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَأَمَرَ بِجَنْبٍ فَشُوِيَ وَأَخَذَ الشَّفْرَةَ فَجَعَلَ يَحُزُّ لِي بِهَا
Dari Al-Mughirah bin Syu’bah dia berkata, “Pada suatu malam saya pernah bertamu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau memerintahkan untuk diambilkan sepotong daging kambing besar, setelah dipanggang, beliau mengambil sebilah pisau, lalu beliau memotong-motongnya untukku dengan pisau tersebut…” (HR. Abu Dawud)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضَافَهُ ضَيْفٌ كَافِرٌ فَأَمَرَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشَاةٍ فَحُلِبَتْ فَشَرِبَ حِلَابَهَا ثُمَّ أُخْرَى فَشَرِبَهُ ثُمَّ أُخْرَى فَشَرِبَهُ حَتَّى شَرِبَ حِلَابَ سَبْعِ شِيَاهٍ ثُمَّ إِنَّهُ أَصْبَحَ فَأَسْلَمَ فَأَمَرَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشَاةٍ فَحُلِبَتْ فَشَرِبَ حِلَابَهَا ثُمَّ أَمَرَ لَهُ بِأُخْرَى فَلَمْ يَسْتَتِمَّهَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُؤْمِنُ يَشْرَبُ فِي مِعًى وَاحِدٍ وَالْكَافِرُ يَشْرَبُ فِي سَبْعَةِ أَمْعَاءٍ
Dari Abu Hurairah berkata, “Seorang kafir datang bertamu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka beliau memerintahkan untuk kambing mendatangkan seekor kambing untuk diperah, orang kafir itu lalu memimun perahan susunya. Lalu diperahkan dari kambing yang lain, dan ia meminumnya. Lalu diperahkan dari kambing lain lain, dan ia meminumnya lagi, hingga menghabiskan susu dari tujuh kambing. Keesoakan harinya orangitu masuk Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyuruh agar kambing beliau diperah. Diapun minum air susunya, kemudian beliau memerahkannya lagi namun dia tidak sanggup menghabisinya. Sehingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seorang mukmin minum dengan satu usus sedangkan orang kafir minum dengan tujuh usus.” (HR. Malik)
عن أَبي شُرَيْح خُوَيْلِدِ بن عَمرو الخُزَاعِيِّ – رضي الله عنه – قَالَ: سَمِعْتُ رسول الله – صلى الله عليه وسلم – يقول: «مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ جَائِزَتَهُ» قالوا: وَمَا جَائِزَتُهُ؟ يَا رسول الله، قَالَ: «يَوْمُهُ وَلَيْلَتُهُ، وَالضِّيَافَةُ ثَلاَثَةُ أيَّامٍ، فَمَا كَانَ وَرَاءَ ذَلِكَ فَهُوَ صَدَقَةٌ عَلَيْهِ». متفقٌ عَلَيْهِ
. وفي رواية لِمسلمٍ: «لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُقِيمَ عِنْدَ أخِيهِ حَتَّى يُؤْثِمَهُ» قالوا: يَا رسول الله، وَكيْفَ يُؤْثِمُهُ؟ قَالَ: «يُقِيمُ عِنْدَهُ وَلاَ شَيْءَ لَهُ يُقْرِيه بِهِ».
Dari Abu Syuraih yaitu Khuwailid bin ‘Amr al-Khuza’i r.a., katanya: “Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah memuliakan tamunya, yaitu jaizahnya.” Para sahabat bertanya: “Apakah jaizahnya tamu itu, ya Rasulullah?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Yaitu pada siang hari dan malamnya. Menjamu tamu ialah selama tiga hari. Apabila lebih dari itu, maka hal itu adalah sebagai sedekah padanya.” (Muttafaq ‘alaih)
Dalam riwayat Muslim disebutkan: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak halal bagi seorang Muslim jikalau bermukim di tempat saudaranya -sesama Muslim-, sehingga ia menyebabkan jatuhnya saudara tadi dalam dosa.” Para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, bagaimanakah tamu dapat menyebabkan dosanya tuan rumah.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Karena tamu itu berdiam di tempat saudaranya sedang tidak ada sesuatu yang dimiliki saudaranya tadi untuk jamuan tamunya itu,” lalu tuan rumah mengumpat tamunya, melakukan dusta dan lain-lain.
عَنْ أَبِي شُرَيْحٍ الْكَعْبِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ جَائِزَتُهُ يَوْمُهُ وَلَيْلَتُهُ الضِّيَافَةُ ثَلَاثَةُ أَيَّامٍ وَمَا بَعْدَ ذَلِكَ فَهُوَ صَدَقَةٌ وَلَا يَحِلُّ لَهُ أَنْ يَثْوِيَ عِنْدَهُ حَتَّى يُحْرِجَهُ
Dari Abu Syuraih Al Ka’bi bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya ia muliakan tamunya, wajibnya (memberi jamuan) adalah satu hari satu malam, dan penjamuan tamu adalah tiga hari, setelah itu adalah sedekah. Dan seorang tamu tidak boleh bermalam, sehingga ia diusir.” (HR. Abu Dawud)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَجُلًا مِنْ الْأَنْصَارِ بَاتَ بِهِ ضَيْفٌ فَلَمْ يَكُنْ عِنْدَهُ إِلَّا قُوتُهُ وَقُوتُ صِبْيَانِهِ فَقَالَ لِامْرَأَتِهِ نَوِّمِي الصِّبْيَةَ وَأَطْفِئِي السِّرَاجَ وَقَرِّبِي لِلضَّيْفِ مَا عِنْدَكِ فَنَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةَ { وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ } هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
Dari Abu Hurairah bahwa seorang laki-laki dari kalangan Anshar kedatangan tamu yang akan bermalam, sementara ia tidak memiliki makanan kecuali makanan untuk anak-anaknya. Kemudian ia berkata kepada isterinya, “Tidurkan anak-anak tersebut, dan matikan lampu serta hidangkan apa yang engkau miliki kepada tamu”. Kemudian turunlah ayat ini, “Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan.” (QS. Al-Hasyr ayat 9), hadits ini adalah hadits hasan shahih (HR. At-Tirmidzi)
عَنِ الْمِقْدَامِ بْنِ مَعْدِي كَرِبَ أَبِي كَرِيمَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّمَا مُسْلِمٍ أَضَافَ قَوْمًا فَأَصْبَحَ الضَّيْفُ مَحْرُومًا فَإِنَّ حَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ نَصْرَهُ حَتَّى يَأْخُذَ بِقِرَى لَيْلَتِهِ مِنْ زَرْعِهِ وَمَالِهِ
Dari Al Miqdam bin Ma’di Karib, Abu Karimah dari Nabi SAW, “Seorang muslim yang bertamu kepada suatu kaum, dan pagi harinya tamu itu dalam keadaan tidak mendapatkan jamuan, maka wajib bagi setiap muslim untuk menolongnya hingga ia mengambilkan jamuan malamnya dari tanaman dan harta yang dimilikinya.” (HR. Ahmad)
Mengantarkannya
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ السُّنَّةِ أَنْ يَخْرُجَ الرَّجُلُ مَعَ ضَيْفِهِ إِلَى بَابِ الدَّارِ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya diantara sunnah adalah keluarnya seseorang bersama tamunya sampai ke pintu rumah.” (HR. Ibnu Majah)