Sekretaris Jenderal Liga Negara-negara Arab, Ahmed Aboul Gheit, menyatakan keprihatinannya atas perkembangan terakhir di perbatasan Sudan-Ethiopia, yang mengakibatkan terbunuhnya tujuh tentara Sudan dan seorang warga negara Sudan.
Juru bicara Sekretaris Jenderal Liga Arab, Jamal Rushdie, mengatakan dalam sebuah pernyataan hari ini, Rabu (29/06/22) bahwa Aboul Gheit menyerukan untuk menahan diri dan mengurangi ketegangan, ia menekankan perlunya menghormati kedaulatan Sudan atas seluruh wilayahnya, dengan cara yang memulihkan hubungan kerja sama dan bertetangga yang baik antara kedua negara.
Sementara itu, Ketua Komisi Uni Afrika menyampaikan keprihatinannya atas meningkatnya ketegangan di perbatasan Sudan dan Ethiopia. Ia mengajak semua untuk mencari solusi melalui dialog.
Sebelumya, Presiden Mesir Abdel Fattah As-Sisi juga mengucapkan belasungkawanya kepada Ketua Dewan Kedaulatan Sudan Jenderal Abdel Fattah Al-Burhan atas terbunuhnya tujuh tentara Sudan dan satu warga sipil oleh tentara Ethiopia.
Pada awal minggu ini, Khartoum mengumumkan bahwa tentara Ethiopia telah membunuh 7 tentara Sudan yang ditangkap dan seorang warga sipil. Pembunuhan tersebut memicu kecaman dari sejumlah pihak di Sudan. Forces of Freedom and Change (FFC) mengutuk keras pembunuhan 7 tentara Sudan oleh pihak Ethiopia dan menganggapnya sebagai kejahatan perang dan melanggar undang-undang internasional.
Kecaman terhadap pembunuhan tersebut juga disampaikan oleh Partai Kongres Sudan (SCP), Partai Komunis Sudan (SCP) dan lain-lain yang kemudian disambut oleh militer Sudan yang berjanji untuk membalas serangan tersebut.
Pihak Ethiopia sendiri melalui kementerian luar negerinya menolak bertanggungjawab atas tewasnya tujuh tentara Sudan. Menurutnya, beberapa unit militer Sudan justeru melewati perbatasan dan masuk ke wilayah Ethiopia yang mengakibatkan kontak tembak dengan milisi setempat.
Kemenlu Ethiopia juga menyatakan bahwa beberapa unit tentara Sudan dan para pemberontak untuk kemerdekaan Tigray adalah yang paling bertanggungjawab dan menjadi sebab terjadinya peristiwa tersebut.
Paska pembunuhan tersebut, Ketua Dewan Kedaulatan Sudan Jenderal Abdel Fattah Al-Burhan langsung mengunjungi Al-Fasaga dan militer Sudan kemudian mengirimkan bantuan untuk mengontrol penuh wilayah tersebut.
Konflik perbatasan tersebut juga membuat Sudan menarik duta besarnya dari Adis Ababa setelah sebelumnya memanggil duta besar Ethiopia untuk Khartoum.
Sumber: RTarabi, Al-Jazeera.