Aljazair merayakan 60 tahun kemerdekaan dari penjajahan Prancis dengan upacara nasional pada hari Selasa ini, pertama kali diberlakukan pengampunan terhadap 14.000 tahanan dan parade militer dalam beberapa tahun.
Peristiwa tersebut sebagai peringatan deklarasi kemerdekaan pada tanggal 5 Juli 1962, setelah perang tujuh tahun yang brutal yang mengakhiri 132 tahun pemerintahan kolonial. Perang yang menewaskan sedikitnya 1,5 juta orang masih menjadi titik yang dapat menimbulkan ketegangan dalam hubungan antara Aljazair dan Prancis.
“Hari Kemenangan untuk Era Baru” adalah slogan resmi dalam perayaan tersebut, yang meliputi konser, acara olahraga, pameran pendidikan dan foto tentang kekejaman-kekejaman yang terjadi dalam perang.
Para pekerja di kota memasang bendera Aljazair dan gambar-gambar pahlawan perang, serta memasang pengeras suara di lapangan memutar lagu-lagu patriotik.
Mantan Presiden Abdelaziz Bouteflika meninggalkan kebiasaan parade militer, tetapi penggantinya, Presiden Abdelmadjid Tebboune, menghidupkan kembali tradisi itu pada peringatan tahun ini.
Unjuk kekuatan militer berlangsung di tengah meningkatnya ketegangan antara Aljazair dan Maroko atas sengketa wilayah Sahara Barat.
Tebboune diperkirakan akan melakukan konsultasi dengan para pemimpin politik. Namun, tokoh oposisi dan mereka yang terlibat dalam protes pro-demokrasi 2019 yang membantu menggulingkan Bouteflika tidak diundang dalam agenda konsultasi tersebut.
Presiden menandatangani dekrit pada hari Senin, mengumumkan pengampunan bagi ribuan tahanan. Dekrit tersebut memerintahkan narapidana yang menderita masalah medis untuk dibebaskan atau hukuman mereka diringankan.
Belum jelas apakah tahanan politik yang terlibat dalam gerakan protes Hirak termasuk di antara orang-orang yang dibebaskan.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas, pemimpin Hamas dan presiden Tunisia, Niger, Kongo dan Ethiopia diperkirakan akan ambil bagian dalam acara peringatan hari Selasa.
SUMBER: AP NEWS