(255-256 H / 869-870 M)
Muhammad Al-Muhtadi billah bin Harun Al-Watsiq bin Al-Mu’tashim bin Ar-Rasyid. Lahir tahun 218 H (833 M), Ibunya seorang Ummu Walad dari Romawi bernama Qarab.
Ia menjadi khalifah sejak pengunduran diri Al-Mu’taz pada 27 Rajab 255 H / 15 Juli 869 M sampai dilengserkan pada 14 Rajab 256 H / 21 Juni 870 M. Para pemimpin Turki menawarkan jabatan khalifah kepadanya, lalu ia menerimanya.
Kebijakan Pada Masa Khalifah Al-Muhtadi
Khalifah Al-Muhtadi disebut-sebut termasuk kalangan pemimpin shaleh dari Bani Abbasiyah. Ia membangun kubah Al-Mazhalim tempat ia memutuskan perkara kezaliman yang dilakukan pejabat maupun rakyat jelata dan gencar melakukan amar ma’ruf nahi munkar: mengharamkan minuman keras, melarang biduan-biduan, dan lain-lain. Ia cenderung berpegang kepada agama dan memilih hidup sederhana hingga para pasukan menirunya. Namun, negaranya saat itu sudah berada dalam kondisi tidak dapat diperbaiki.
Musa bin Bugha
Saat Musa bin Bugha (Amir wilayah Rayy) mendengar tindakan Shaleh bin Washif kepada Al-Mu’taz, ia lalu bergerak ke Samarra. Khalifah Al-Muhtadi memintanya supaya tetap di wilayah perbatasan, namun ia tidak mengindahkan permintaan khalifah.
Baca juga: Masa Pemerintahan Khalifah Al-Mu’taz
Musa bin Bugha menyeret khalifah ke barak militer. Khalifah Al-Muhtadi berkata: “Apa yang kamu inginkan, celaka kamu, bertakwalah kepada Allah dan takutlah kepada-Nya, karena kamu sungguh telah melakukan sebuah perkara yang besar.”
Lalu mereka mengadakan kesepakatan dengan khalifah dan berbaiat kepadanya pada 12 Muharram 256 H / 23 Desember 869 M.
Kekisruhan Masih Berlanjut
Pada 22 Shafar 256 H / 1 Februari 870 M dikabarkan bahwa Shaleh bin Washif terbunuh. Namun pasukan Musa bin Bugha menuduh Khalifah Al-Muhtadi telah menyembunyikannya. Karena itu mereka ingin melengserkan khalifah dari jabatannya.
Menyebarlah berita itu ditengah-tengah masyarakat. Maka sebagian masyarakat menulis surat-surat dan menempelkannya di masjid-masjid untuk mendukung khalifah. Orang-orang Turki khawatir masyarakat akan marah, maka mereka mengirimkan utusan kepada Al-Muhtadi dan menyatakan akan membelanya. Namun mereka juga mengadu tentang buruknya keadaan mereka, yaitu keterlambatan gaji dan pemasukan lainnya yang dikorupsi para panglima militer.
Khalifah Al-Muhtadi memahami tuntutan mereka dan akan berusaha memenuhinya. Lalu utusan pasukan Turki itu mengajukan tuntutan dalam bentuk surat, dan menyatakan akan tetap berada di depan pintu istana hingga tuntutan mereka dipenuhi.
Khalifah menyetujui dan menandatanganinya. Namun, setelah itu kaum Turki ini berselisih diantara mereka karena munculnya tuntutan lain diantara mereka agar Khalifah mengangkat salah seorang saudaranya untuk memimpin militer.
Khalifah tidak memanfaatkan kesempatan ini, ia lebih cenderung melakukan cara yang pelan-pelan untuk menyingkirkan cengkeraman para panglima Turki.
Detik-detik Lengsernya Al-Muhtadi
Khalifah Al-Muhtadi memberangkatkan pasukan untuk memerangi orang-orang Khawarij. Di dalam pasukan tersebut terdapat Musa bin Bugha, Baybak, dan Muflih.
Baybak ditunjuk memimpin pasukan. Disamping itu dalam rangka menyingkirkan panglima Turki yang bermasalah, khalifah juga mengirimkan surat perintah kepada Baybak agar membunuh Musa bin Bugha dan Muflih. Namun, Baybak malah memperlihatkan isi surat itu kepada Musa dan Muflih, mereka bersepakat bahwa hal ini hakikatnya adalah upaya untuk menyingkirkan kaum Turki seluruhnya. Musa dan Muflih meminta Baybak agar menghadap kepada khalifah, lalu berupaya membunuhnya.
Ketika Baybak datang, Khalifah Al-Muhtadi marah kepadanya karena tidak menjalankan perintah. Senjatanya dilucuti dan ditahan di dalam istana. Pasukan Baybak lalu mengepung istana dengan senjata-senjata mereka. Sementara itu di dalam istana Baybak dibunuh, kepalanya dipenggal, lalu dilemparkan keluar istana. Suasana menjadi riuh.
Pasukan Turki segera bergerak melakukan penyerangan. Namun mereka dihalangi oleh pasukan Farghanah, Mugharibah, dan Asyrusaniyah. Sementara itu, pasukan Turki yang berada bersama khalifah berbelot bergabung dengan kaumnya. Terjadilah pertempuran.
Pasukan Khalifah Al-Muhtadi mengalami kekalahan. Lalu khalifah masuk ke rumah Muhammad bin Yazdad dengan menghunus pedang, disana ada pimpinan polisi, Ahmad bin Jamil, lalu ia meletakkan senjatanya.
Orang-orang Turki memburu Khalifah Al-Muhtadi, lalu menangkap dan membawanya ke istana. Mereka menurunkannya dari jabatan khalifah setelah enggan mengundurkan diri. Peristiwa ini terjadi pada 14 Rajab 256 H / 21 Juni 870 M, dan Khalifah Al-Muhtadi wafat dua hari kemudian.