Selama berminggu-minggu, Badan Intelijen Pusat AS merencanakan operasi untuk membunuh pemimpin Al-Qaeda, Ayman Al-Zawahiri di Afghanistan tanpa menimbulkan korban jiwa warga sipil.
Keakuratan operasi tersebut tercermin dari momen eksekusi, ketika dua rudal Hellfire menargetkan balkon rumah tempat Al-Zawahiri tinggal di ibukota Afghanistan, Kabul.
Beberapa informasi menunjukkan bahwa dua rudal membunuh Al-Zawahiri, pada hari Sabtu bahkan tanpa menghancurkan rumah. Ini menunjukkan tingkat akurasi dalam penargetan, yang memperhitungkan minimnya dampak terhadap warga sipil yang membahayakan nyawa mereka.
Hellfire adalah rudal subsonik udara-ke-darat yang dipandu laser dengan kemampuan anti-tank yang signifikan. Rudal ini juga dapat digunakan sebagai senjata udara-ke-udara melawan helikopter atau pesawat bersayap tetap yang bergerak lambat.
Sebagai rudal udara-ke-udara atau udara-ke-permukaan. Air-to-Ground (AGM)-114 memberikan kekuatan serangan yang tepat terhadap tank, struktur, bunker dan helikopter.
Rudal Hellfire mampu mengalahkan tank mana pun yang dikenal di dunia saat ini. Hal ini dapat diarahkan pada target baik dari dalam pesawat atau dengan laser di luar pesawat.
Namun hal menarik lain yang diungkapkan oleh pejabat Gedung Putih adalah bahwa Al-Zawahiri hadir di ibu kota Kabul dengan sepengetahuan jaringan Haqqani dan para pemimpin Taliban.
Pejabat Gedung Putih menekankan bahwa menargetkan Al-Zawahiri di Afghanistan bukanlah pelanggaran terhadap hukum internasional.
Pejabat AS itu mengindikasikan bahwa Biden ingin mengetahui dampak dari operasi ini terhadap kemungkinan Afghanistan memasuki operasi kontra-terorisme di masa depan.
Kehadiran Al-Zawahiri di Kabul menunjukkan bahwa Taliban telah melanggar kewajibannya untuk menahan diri dari mengizinkan kelompok teroris yang mengancam keamanan nasional AS dengan menggunakan tanah Afghanistan untuk gerakan mereka.
Seorang pejabat senior AS mengatakan pada hari Senin bahwa kehadiran Al-Zawahiri di Kabul adalah “pelanggaran yang jelas” terhadap perjanjian tahun 2020 yang ditandatangani Taliban dan Washington dimana mereka berjanji untuk tidak membiarkan Afghanistan menjadi surga bagi “jihad internasional.”
Biden mengumumkan pembunuhan Al-Zawahiri pada Senin dalam sebuah operasi serangan pesawat tak berawak di ibukota Afghanistan. Seorang pejabat senior pemerintah AS mengatakan, “Kami berharap mereka mematuhi ketentuan perjanjian Doha. Kehadiran Al-Zawahiri di pusat Kabul jelas melanggar itu.”
Sumber: Alhurra