Penjajah Israel melancarkan serangan udara ke Gaza pada Jum’at sore (05/08/22) yang menewaskan Tayseer Al Jaabari, seorang pemimpin senior Brigade Al-Quds yang merupakan sayap militer gerakan perlawanan Jihad Islam Palestina (PIJ). Setidaknya, delapan masyarakat sipil lain ikut tewas dalam serangan itu termasuk seorang anak perempuan berusia 5 tahun.
Dari Ruang Operasi Bersama kelompok perlawanan Palestina (minus Fatah) juru bicara Brigade Al-Quds, Daud Shehab mengatakan bahwa Al Jaabari meninggal dalam serangan udara penjajah Israel yang menargetkan apartemennya yang terletak di Jalan Syuhada di tengah kota Gaza.
Al Jaabari menjadi komandan Brigade Al-Quds untuk kawasan utara Gaza sejak tahun 2019 pasca terbunuhnya tokoh senior Brigade Al-Quds sebelumnya, Baha Abu Al Atha dan istrinya dalam serangan udara Israel ke Gaza pada November 2019.
Pasca serangan udara tersebut, Brigade Al-Quds mengumumkan mereka menembakkan lebih dari seratus roket ke Tel Aviv dan kota-kota lainnya sebagai tanggapan atas pembunuhan terhadap Al Jaabari.
Sejumlah sirine peringatan mulai diaktifkan di beberapa kota Israel seperti Tel Aviv, Askelon, Ashdod dan lainnya sebagaimana diberitakan oleh beberapa media berbahasa Ibrani di Israel. Jalanan di beberapa kota Israel menjadi kosong setelah dibunyikannya sirine peringatan.
Ketua Biro Politik Hamas, Ismail Haniya mengatakan bahwa ia mendapatkan panggilan telepon dari berbagai tokoh internasional dan kawasan terkait serangan udara Israel ke jalur Gaza serta serta beberapa saran bagaimana menghadapi serangan udara itu.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel, Benny Gantz menyampaikan bahwa ia telah menyetujui untuk mensiagakan 25.000 pasukan cadangan jika sewaktu-waktu dibutuhkan ditengah eskalasi yang meningkat antara Israel dan kelompok perjuangan Palestina.
Ketegangan saat ini dimulai sejak Senin lalu, setelah Israel menangkap pemimpin gerakan Jihad Islam, Bassam al-Saadi di kamp pengungsi Jenin, di Utara Tepi Barat.
Sehari setelahnya atau pada hari Selasa, Israel mengumumkan serangkaian tindakan terhadap Jalur Gaza, seperti menutup penyeberangan yang menghubungkan Israel dengan Jalur Gaza karena takut dan antisipasi akan adanya respon gerakan Jihad Isla terhadap penangkapan Al-Saadi.
Sumber: TRT Arabi.