Oleh: Dr. Adian Husaini (Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia)
Sebelum wafatnya, Ustadz Syuhada Bahri (Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia, 2007-2015), berkirim pesan penting kepada saya. Isinya, tiga pesan Mohammad Natsir kepada para dai, yaitu: (1) niat ikhlas selalu dalam dakwah (2) harus tahu sekarang ini “pukul berapa” (3) para dai harus berbenteng di hati umat.
Itu artinya, para dai, disamping harus menjaga keikhlasannya, juga harus memahami benar dinamika sosial yang sedang terjadi, serta memahami bagaimana menyikapinya dengan benar dan tepat. Pimpinan Dewan Da’wah pun perlu mengkaji situasi sosial politik dengan cermat, baik masa lalu, masa kini dan masa datang.
Ikhlas bukan kerja gampang. Ujian keikhlasan bagi para dai sangat besar. Para dai biasanya diuji dengan berbagai tantangan. Biasanya, awalnya berupa tantangan kekurangan materi. Pada tahap ini berbagai tawaran untuk melakukan sesuatu yang bertentangan hati-nuraninya acapkali berdatangan. Misalnya, diminta dukung-mendukung dan puji-memuji orang-orang tertentu yang tidak sesuai dengan tuntunan Islam.
Dalam memilih pemimpin, misalnya. Islam memiliki panduan yang jelas. Pilih yang terbaik dari yang ada. Jangan memilih karena kepentingan pribadi atau golongan, padahal yang dipilihnya itu bukanlah yang terbaik. Tentu kriteria terbaik harus didasarkan pada ilmu. Ini godaan dan ujian keikhlasan yang berat.
Setelah materi dan popularitas tercapai, ujian berikutnya adalah kesombongan dan iri hati (dengki). Setan sangat paham bagaimana menyesatkan manusia. Setan senantiasa mencari jalan untuk menyesatkan manusia dari berbagai arah. Karena itulah, para pejuang dakwah harus senantiasa menguatkan hubungan dengan Allah, agar selamat dari tipudaya setan.
Pesan kedua Pak Natsir, “harus tahu sekarang pukul berapa”. Ini bermakna, kita harus tahu, sampai dimana kita sekarang dalam melaksanakan perjuangan. Dalam beberapa kesempatan tatap muka dengan para dai di daerah-daerah, saya menyampaikan pentingnya memahami sejarah dengan baik. Begitu pula memahami kondisi sekarang, dan juga tujuan dakwah yang mau kita capai.
Jangan melihat kondisi dan situasi hanya pada aspek kegagalan saja. Banyak aspek dakwah yang telah dicapai oleh para pejuang terdahulu. Tidak semuanya gagal. Kita bersyukur, Pak Natsir telah mewariskan begitu banyak lembaga pendidikan dan sosial. Banyak masjid, pesantren, dan juga universitas yang pernah didirikan oleh Pak Natsir dan para pejuang dakwah lainnya.
Itu satu prestasi dakwah, meskipun ada sejumlah kekurangan. Jangan hanya melihat kekurangannya, tetapi juga patut disimak keberhasilannya. Dengan begitu kita bisa bersikap adil dan tepat dalam memahami kondisi dan situasi serta mampu merumuskan perencanaan program-program dakwah yang baik.
Pesan Pak Natsir ketiga, agar para dai senantiasa berbenteng di hati umat! Tentu saja, para dai harus senantiasa memahami gerak dan perasaan umat. Sebab, tujuan utama dakwah adalah memperbaiki kondisi diri, keluarga, umat dan bangsa. Adalah kewajiban para dai untuk senantiasa peduli dan merasakan gejolak dinamika umat.
*****
Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (Dewan Da’wah) adalah lembaga dakwah yang didirikan pada tahun 1967 oleh para tokoh Islam terkemuka di Indonesia, seperti Mohammad Natsir (Perdana Menteri pertama Negara Kesatuan Republik Indonesia), Mr. Mohammad Roem (Menteri Luar Negeri RI, dan penandatangan Perjanjian Roem-Van Roejen), Mr. Sjafroedin Prawiranegara (Presiden Pemerintahan Darurat Republik Indonesia dan Gubernur Bank Indonesia pertama), Prof. DR. HM Rasjidi (Menteri Agama pertama RI yang memimpin Departemen Agama), Mr. Burhanuddin Harahap (Perdana Menteri RI ke-9), Prawoto Mangkusasmito (Ketua Partai Islam Masyumi terakhir), Prof. Kasman Singodimedjo (Jaksa Agung Pertama), dan lain-lain.
Diantara misi dakwah Dewan Da’wah adalah untuk merekat dan menyatukan umat serta mengokohkan NKRI. Para pendiri Dewan Da’wah melanjutkan misi besar Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang berdiri tahun 1937. Karena itulah, Dewan Da’wah senantiasa diingatkan untuk mengajak umat kepada Allah (da’wah ilallah).
Karena itu, para pimpinan dan tokoh Dewan Da’wah, dalam perjalanan dakwahnya, senantiasa menempatkan masalah politik sebagai aktivitas yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan seluruh masyarakat. Tetapi, DewanDa’wah adalah organisasi dakwah yang mencakup seluruh aspek kehidupan.
Dalam hal-hal yang menyangkut kebijakan pemerintah dan masalah politik, ada beberapa poin kebijakan Umum Pembina Dewan Da’wah yang telah ditetapkan pada masa khidmat 2020-2025, yaitu:
- Dewan Da’wah senantiasa menjadi perekat bagi partai-partai yang memiliki kesamaan visi dan misi dengan Dewan Da’wah dan memberikan dukungan terhadap partai politik dan politisi yang benar-benar memperjuangkan tegaknya aqidah, syari’at, dan akhlak mulia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara;
- Dalam kaitannya dengan pemerintah, Dewan Da’wah selalu memberikan dukungan terhadap kebijakan yang berpihak kepada ummat dan bangsa, serta kritis terhadap kebijakan yang merugikan ummat dan bangsa dengan cara al hikmah wal mau’idzatil hasanah danal mujadalah billati hiya ahsan.
- Dewan Da’wah senantiasa menutup setiap usaha untuk mengadu domba antar berbagai komponen masyarakat yang sangat merugikan umat dan bangsa serta mempengaruhi keutuhan dan persatuan umat yang akan mengganggu keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tiga poin kebijakan umum Pembina Dewan Da’wah menunjukkan, bahwa Dewan Da’wah senantiasa peduli dengan dinamika kehidupan sosial-politik masyarakat. Menghadapi situasi politik apa pun, Ketua Pembina Dewan Da’wah, Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin, menasehatkan agar dalam menjalankan aktivitas dakwahnya, pengurus Dewan Da’wah perlu memperhatikan visi jangka panjang, menengah, dan jangka pendek. Dalam hal ini pengurus Dewan Da’wah perlu terus memperkuat budaya musyawarah dalam pengambilan keputusan agar soliditas diantara pengurus tetap terjalin dengan baik.
Perbedaan-perbedaan pandangan adalah hal yang sangat biasa terjadi di mana saja. Bahkan sejak masa sahabat Nabi, perbedaan pandangan politik banyak terjadi. Tetapi, kita harus mampu menyelesaikan semua itu dengan baik, sehingga aktivitas dakwah Islam tetap berjalan dengan baik. Intinya, jangan sampai perbedaan pandangan dan pilihan politik menyebabkan kita terpecah belah, sehingga akhirnya melemahkan umat dan bangsa.
Allah SWT memperingatkan:“Dan berpegangteguhlah kalian pada tali Allah, dan jangan kalian berpecah-belah”. (QS Ali Imran: 103). “Dan taatlah kalian kepada Allah dan rasul-Nya, dan janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kalian menjadi gentar dan kekuatanmu hilang, dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (QS al-Anfal: 46). Wallahu A’lam bish-shawab.