Al-Azhar As-Syarif yang berpusat di Kairo Mesir, mengeluarkan seruan kepada dunia Islam untuk memboikot semua jenis produk Belanda dan Swedia. Sikap ini sebagai respon terhadap tindakan pembakaran dan penyobekan Al-Quran yang dilakukan seorang warga di kedua negara. Aksi boikot ini merupakan bagian dari “Bela Al-Qur’an.”
Melalui rilisnya, Al-Azhar mengambil sikap yang tegas dan menyatukan dalam membela Al-Qur’an, kitab yang disucikan oleh umat Islam. Sikap tersebut sebagai pesan terhadap pemerintah kedua negara yang membiarkan tindakan yang menyakiti perasaan satu setengah miliar umat muslim di dunia.
Al-Azhar dengan tegas menolak sikap kedua negara yang justru melindungi kejahatan keji dan biadab yang tidak manusiawi dan tak bermoral, dengan dalih kebebasan berekspresi.
Lebih lanjut, Al-Azhar dalam rilisnya memberikan penekanan, agar kaum muslimin berkomitmen dalam mematuhi boikot ini, dan mensosialisasikan ke seluruh segmen, anak-anak, remaja dan perempuan.
Menurut Al-Azhar, “Orang-orang yang menyimpang tersebut tidak akan menghargai agama Islam, yang sama sekali tidak mereka kenal. Mereka memprovokasi umat Islam dengan menghina agamanya. Mereka hanya memahami sebatas kebutuhan materialisme, uang dan ekonomi. Karena mereka tidak mengerti selain yang sesuai kebutuhannya.
Pada hari Senin kemarin (23/1), pemimpin kelompok ekstremis anti-Islam Pegida di Belanda, Edwin Wagensfeld, membakar salinan Al-Qur’an setelah dirobek dan dinodai, di Den Haag, yang pada 3 bulan sebelumnya baru saja ia ditangkap saat melakukan tindakan serupa.
Sebelumnya pada hari Sabtu (21/1), pemimpin partai “garis keras” Denmark membakar salinan Al-Qur’an di dekat kedutaan Turki di ibu kota Swedia, Stockholm. Ia melakukan hal itu di tengah perlindungan ketat polisi, sebagai upaya mencegah siapa pun yang berusaha mengagalkan aksinya.
Sumber: Anadholu Agency