Nama dan Nasab Imam Muslim
Nama lengkap beliau adalah Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim bin Ward bin Kausyadz Al Qusyairi An Naisaburi. Kausyadz kadang disebut dengan Kawisyadz.
Imam Muslim juga memiliki panggilan Abul Hasan. Ia seorang imam besar, hafizh, hujjah dan shadiq. Beliau termasuk Al Qusyairi. Yakni penisbatan kepada kabilah Qusyair bin Ka’ab bin Rabi’ah. Kabilah yang banyak melahirkan ulama.
Kelahiran dan Masa Kecil
Ada perbedaan pendapat mengenai tahun kelahiran Imam Muslim. Ada yang menyebutkan beliau lahir pada tahun 202 H/817 M, tahun 204 H/819 M, tahun wafatnya Imam Syafi’i, dan tahun 206 H/821 M. Tahun 206 H dianggap pendapat yang kuat menurut Abu Abdillah Al-Hakim An-Naisaburi, dan disetujui oleh An-Nawawi.
Ayah Imam Muslim, Al Hajjaj, adalah seorang guru dan termasuk ulama. Keluarganya juga termasuk kaya dari kalangan keluarga pedagang.
Pada usia 12 tahun, Imam Muslim mulai belajar hadits. Ia sering datang berguru kepada Imam Ad-Dakhili, seorang ahli Hadiṡ di kotanya.
Mata Pencaharian Imam Muslim
Imam Muslim termasuk diantara para ulama yang menghidupi diri dengan berdagang. Beliau adalah seorang pedagang pakaian yang sukses di Khan Mahmasy. Beliau juga memiliki sawah-sawah di daerah Ustu yang menjadi sumber penghasilan keduanya. (Lihat: Siyar ‘Alamin Nubala, 570/12)
Sifat dan Karakter Imam Muslim
Imam Muslim memiki postur tubuh yang tinggi, penampilannya rapi, wajahnya tampan. Pakaiannya juga bagus. Sering kali ujung surban terurai di antara kedua pundaknya. Ia juga terkenal sebagai seorang dermawan yang banyak menggunakan kekayaannya untuk sedekah dan membantu orang yang membutuhkan.
Rihlah Ilmiah
Pada usia 18 tahun, Imam Muslim sudah belajar dari ulama ternama Yahya bin Yahya At Tamimi. Selanjutnya pada usia 20 tahun, ia menunaikan ibadah haji kemudian belajar kepada para ulama di Makkah. Terutama kepada Al Qa’nabi.
Sebelum genap 30 tahun, ia telah melakukan rihlah ke berbagai negeri sehingga mendapatkan banyak hadits dan ilmu dari banyak ulama. Mulai di Khurasan, Ray, Hijaz, Mesir dan wilayah-wilayah lain. Rihlah juga ia lakukan setelah usia itu.
Keilmuan dan Kecerdasan Imam Muslim
Mengenai keilmuan dan kecerdasan Imam Muslim, Muhammad bin Basyar berkata, “Orang paling hafizh di dunia ini ada empat; Abu Zar’ah di Ray, Muslim di Naisabur, Ad Darimi di Samarkand dan Muhammad bin Ismail di Bukhara.”
Muhammad bin Abdul Wahab Al Farra, guru Imam Muslim, mengatakan tentang muridnya: “Muslim adalah ulamanya manusia dan gudang ilmu. Saya tidak mengetahuinya kecuali kebaikan.”
Hafalan Hadits Imam Muslim
Imam Muslim hafal 300.000 hadits. Dari hadits sebanyak itu beliau menyeleksinya dan hanya memasukkan sekitar 7.500 hadits dalam Shahih Muslim termasuk pengulangan. Ia berkata, “Aku telah menulis kitab karyaku (Shahih Muslim) ini dari 300.000 hadits pilihan yang masmu’ah (didapatkan secara tatap muka).”
Kitab Shahih Muslim
Penyusunan kitab Shahih Muslim sendiri memakan waktu 15 tahun. karena penyusunannya sangat teliti. Diceritakan, bahwa Imam Ahmad pernah berkata: “Aku susun kitab Sahih ini yang disaring dari 300.000 hadits.”
Diriwayatkan dari Ahmad bin Salamah, “Aku menulis bersama Muslim untuk menyusun kitab Sahihnya itu selama 15 tahun. Kitab itu berisi 12.000 buah hadits”.
Menurut Khalil Ibrahim Mulakhathar, jika hadits yang diulang tidak dihitung maka jumlah hadis yang terdapat dalam Shahih Muslim ada 4.616 hadis.
Guru-guru Imam Muslim
Berikut ini sebagian guru beliau:
- Di Khurasan: Yahya bin Yahya, Ishaq bin Rawahaih, dll
- Di Ray: Muhammad bin Mahran, Abu Ghassan, dll
- Di Irak: Ahmad bin Hanbal dan Abdullah bin Maslamah
- Di Hijaz: Said bin Manshur, Abu Mush’ab, dll
- Di Mesir: Amr bin Sawwad, Harmalah bin Yahya, dll
Sumber Ilmu Hadits Imam Muslim
Dalam Tahdzibut Tahdzib diceritakan bahwa Imam Muslim paling banyak mendapatkan ilmu tentang hadits dari 10 orang guru yaitu:
- Abu Bakar bin Abi Syaibah, beliau belajar 1540 hadits.
- Abu Khaitsamah Zuhair bin Harab, beliau belajar 1281 hadits.
- Muhammad Ibnul Mutsanna yang dijuluki Az Zaman, beliau belajar 772 hadits.
- Qutaibah bin Sa’id, beliau belajar 668 hadits.
- Muhammad bin Abdillah bin Numair, beliau belajar 573 hadits.
- Abu Kuraib Muhammad Ibnul ‘Ila, beliau belajar 556 hadits.
- Muhammad bin Basyar Al Muqallab yang dijuluki Bundaar, beliau belajar 460 hadits.
- Muhammad bin Raafi’ An Naisaburi, beliau belajar 362 hadits.
- Muhammad bin Hatim Al Muqallab yang dijuluki As Samin, beliau belajar 300 hadits.
- ‘Ali bin Hajar As Sa’di, beliau belajar 188 hadits.
Sembilan dari sepuluh nama guru Imam tersebut, juga merupakan guru Imam Al Bukhari dalam mengambil hadits, kecuali Muhammad bin Hatim.
Imam Bukhari, Guru Imam Muslim
Imam Muslim berguru kepada Imam Bukhari. Bahkan Imam Bukhari termasuk ulama yang paling berjasa dalam membentuk keilmuannya.
“Kalau tidak ada Imam Bukhari, Imam Muslim tidak akan bisa seperti ini dan tidak akan menghasilkan karya seperti Shahih Muslim ini,” kata Ad Daruquthni.
Imam Muslim juga berguru kepada sebagian gurunya Imam Bukhari. Maka, tidak mengherankan jika sebagian hadits dalam kedua Shahih itu sama dan Imam Muslim tidak meriwayatkan hadits dari Imam Bukhari. Imam Muslim juga tidak meriwayatkan hadits dari Muhammad bin Yahya adz Dzuhli.
Baca juga:
Murid-murid Imam Muslim
- Imam Tirmidzi
- Ibrahim bin Ishaq Ash Shairafi
- Ibrahim bin Abi Thalib
- Ibrahim bin Muhammad bin Hamzah
- Ibrahim bin Muhammad bin Sufyan Al Faqih
- Abu Hamid Ahmad bin Hamdun Al A’masyi
- Abu Al Fadhl Ahmad bin Salamah Al Hafizh
- Abu Amr Ahmad bin Nashr Al Khafaf Al Hafizh
- Abu Hatim Ar Razi
- Husain bin Muhammad Al Qabani
- Abu ‘Amr Ahmad Ibnul Mubarak Al Mustamli
- Al Hafidz Shalih bin Muhammad,
- ‘Ali bin Hasan Al Hilali
- Muhammad bin Abdil Wahhab Al Faraa’
- Ali Ibnul Husain Ibnul Junaid
- Ibnu Khuzaimah
- Abu Sa’id Hatim bin Ahmad
Shahih Bukhari dan Shahih Muslim
Jumhur ulama sepakat bahwa Shahih Bukhari merupakan kitab paling shahih setelah Al Qur’an. Baru setelahnya adalah Shahih Muslim. Mereka sepakat bahwa Shahih Bukhari lebih unggul dari Shahih Muslim.
Namun demikian, ada sebagian ulama yang lebih mengutamakan Shahih Muslim. Di antaranya adalah para ulama Maroko. Al Hafizh Abu Ali An Naisaburi mengatakan, “Tidak ada kitab di kolong langit ini yang lebih shahih dibandingkan Shahih Muslim.”
Di antara keunggulan Shahih Muslim adalah sistematika penyusunannya. Satu hadits ditempatkan dengan berbagai macam sanad dan aneka redaksi matannya. Sehingga orang yang mempelajarinya lebih cepat memahami dan mengambil manfaatnya.
Imam An-Nawawi menjelaskan, meskipun ada keunggulan Shahih Muslim atas Shahih Bukhari, secara keseluruhan Shahih Bukhari tetap lebih unggul.
- Kriteria penerimaan hadits Imam Bukhari lebih ketat. Bagi Imam Bukhari, ‘an’anah bukan muttashil sebagaimana sami’tu kecuali terbukti bahwa kedua perawi pernah bertemu.
- Shahih Bukhari lebih shahih daripada Shahih Muslim sebagaimana pendapat jumhur ulama.
- Imam Muslim adalah murid Imam Bukhari dan mengakui keunggulan gurunya. Beliau memilih hadits atas petunjuk Imam Bukhari. Baru setelah itu mengoreksi dan memilih hadits-hadits riwayatnya selama sekitar 16 tahun dari ribuan kitab hadits.
Karya-karya Imam Muslim
- Al Jami’ Ash Shahih (Shahih Muslim)
- Al Kuna wal Asma’
- Al Munfaradat wal Wihdan
- Rijal Urwah bin Az Zubair
- At Tamyiz
- Al Musnad Al Kabir ‘ala Ar Rijal
- Al Jami’ ‘alal Abwab
- Al Asma wal Kuna
- Auham Al Muhadditsin
- Thabaqatu At Tabi’in
- Al Mukhdharimin
- Al ‘Ilal
- Al Aqran
dan masih banyak lagi karya-karya yang lainnya.
Wafatnya Imam Muslim
Imam Muslim wafat pada usia 55 tahun. Sebelum wafat, beliau mengalami sakit perut setelah kelelahan mencari hadits yang ditanyakan kepadanya dan makan kurma yang dihadiahkan kepadanya.
Beliau wafat pada Ahad petang, 4 Rajab 261 H. Beliau dimakamkan keesokan harinya, 5 Rajab 261 H atau 875 M (Lihat: Tarikh Baghdadi (103/13), Tarikh Dimasyqi (94/58), dan Tahdzibul Kamal (506/27)
Beliau wafat pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah, Khalifah Al-Mu’tamid.