Setelah melalui dinamika Muktamar ke-XVIII Pemuda Muhammadiyah di Balikpapan, 21-24 Februari 2023, Dzulfikar Ahmad Tawalla bersama Muhammad Najih Prastiyo resmi memimpin Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah periode 2022-2026.
Dzulfikar ditetapkan sebagai Ketua Umum, sedangkan Najih ditetapkan sebagai Sekretaris Jenderal setelah melalui musyawarah mufakat 13 formatur terpilih.
Masa tugas ditandai dengan pembacaan Keputusan Induk Muktamar oleh steering committee pada penutupan Muktamar Pemuda Muhammadiyah di Gedung Sport and convention Hall Balikpapan, Kamis (23/2).
Menyampaikan pidato pertama sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dzulfikar Ahmad Tawalla mengatakan jika gelaran Muktamar ini berisi tiga perayaan, yakni perayaan ide dan gagasan, perayaan kebersamaan, dan perayaan kemenangan.
“Bermuktamar ini adalah perayaan ide dan gagasan. Ruang-ruang di muktamar ini diramaikan dengan diskusi konstruktif, perdebatan gagasan yang luar biasa,” ujarnya. Para peserta yang hadir di muktamar membawa misi dan gagasan politik masing-masing tetapi tetap dalam komitmen memajukan Muhammadiyah.
Penuh dengan kutipan ayat dan peribahasa Arab yang fasih, Dzulfikar dalam pidatonya menegaskan jika Pemuda Muhammadiyah ke depan harus memperteguh gagasan ‘Pemuda Negarawan’ yang selama ini telah digaungkan oleh kepemimpinan periode Cak Nanto.
Sebagai peneguhan, Dzulfikar mengajukan empat pilar pokok dalam gerakan Pemuda Muhammadiyah ke depan.
“Pertama meneguhkan Pemuda Muhammadiyah sebagai gerakan Islam Berkemajuan; kedua, meneguhkan identitas Pemuda Muhammadiyah sebagai gerakan kewirausahaan sosial entrepreneurship; ketiga, meneguhkan identitas Pemuda Muhammadiyah sebagai gerakan ilmu; keempat, meneguhkan identitas Pemuda Muhammadiyah sebagai gerakan politik kebangsaan,” serunya.
Mengutip pendapat Imam Al-Ghazali sampai Imam Bajuri, Dzulfikar menegaskan usaha Pemuda Muhammadiyah untuk melakukan langkah dan gerakan nyata demi terwujudnya cita-cita dan misi dakwah kaum muda di Persyarikatan.
“Dalam berkompetisi di Pemuda Muhammadiyah itu berusaha menjadi terbaik, tapi kalau tidak bisa, maka harus di atas rata-rata. Kita bisa lebih hebat tapi tidak untuk meniadakan yang lain dan melumpuhkan yang lain, tapi untuk melampaui yang lain. Itulah semangat fastabiqul khairat yang kemudian diinstitusikan oleh Muhammadiyah sebagai gerakan Islam Berkemajuan,” imbuh Dzulfikar.
“Kawan-kawan sekalian, formatur Pimpinan Pusat yang telah diamanahkan, kalau kita ingin menggapai pulau harapan dari balik fatamorgana, maka kita harus berani melepas tambak perahu dari dermaga, kemudikan perahumu, rentangkan layarmu, lalu kalau kita di depan bertemu dengan ombak dan badai yg besar kita harus ingat dengan ajaran orang tua kita, la takhof, la tahzan, allahu ma’ana. Jangan takut, jangan ragu-ragu, karena kita harus yakin Allah senantiasa membersamai perjuangan kita,” tutupnya.