Lebih dari 550 tewas dalam konflik bersenjata antara militer dan kelompok paramiliter sejak bulan lalu, menurut Kementerian Kesehatan
Perwakilan dari kedua belah pihak memulai pembicaraan tatap muka pertamanya di Arab Saudi pada hari Sabtu. Pertemuan tersebut diadakan di kota Jeddah, menurut kantor berita Saudi, SPA.
Pada hari Jumat, Arab Saudi dan AS menyambut baik dimulainya pertemuan pra-negosiasi antara kedua pihak bertikai untuk mengakhiri pertempuran mereka yang telah menewaskan ratusan orang.
Dalam sebuah pernyataan bersama, Saudi-AS mendesak kedua belah pihak untuk mempertimbangkan kepentingan bangsa dan rakyat Sudan, serta secara aktif terlibat dalam pembicaraan menuju gencatan senjata dan mengakhiri konflik.
Pernyataan itu juga sekaligus menajak dukungan global yang berkelanjutan dalam rangka mengakhiri konflik di Sudan dan untuk proses negosiasi lebih luas yang dapat melibatkan semua pihak di Sudan.
Pertarungan antara dua jenderal yang bertikai, Panglima Militer Abdel Fattah al-Burhan dan Komandan RSF Mohammed Hamdan Dagalo, pecah pada 15 April, menyebabkan lebih dari 550 orang tewas.
Terjadi ketidaksepakatan dalam beberapa bulan terakhir antara kedua belah pihak mengenai integrasi RSF ke dalam angkatan bersenjata yang merupakan syarat utama dari perjanjian transisi Sudan dengan para elit politik.
Sudan tidak memiliki pemerintahan yang berfungsi sejak Oktober 2021 ketika militer membubarkan pemerintahan transisi Perdana Menteri Abdalla Hamdok dan menyatakan keadaan darurat yang dikecam oleh para elit politik sebagai kudeta.
Masa transisi, yang dimulai pada Agustus 2019 setelah penggulingan Presiden Omar al-Bashir, rencananya diakhiri dengan pemilu pada awal 2024.
Sumber: Anadolu Ajensi