Badan yang berkedudukan di Tripoli memilih Mohammed Takala sebagai pemimpin dalam putaran kedua dengan 67 suara berbanding 62, menggeser pemimpin sebelumnya Khaled al-Mishri.
Salah satu badan pemerintahan tertinggi Libya telah memilih pemimpin baru dalam sabuah perkembangan yang dapat menimbulkan perpecahan yang lebih jauh lagi di negara itu.
Dewan Tinggi Negara (HSC) yang berkedudukan di Tripoli itu memilih Mohammed Takala dalam putaran kedua dengan 67 suara berbanding 62, pada hari Minggu, menggeser pemimpin sebelumnya Khaled al-Mishri, yang telah memimpin HSC sejak 2018.
Pengenalan seorang pemimpin baru yang juga memimpin sebuah lembaga politik utama dapat menambah ketidakpastian politik bagi negara yang sudah terpecah itu.
Masyarakat internasional dan PBB telah berulang kali mengatakan bahwa pemilu berskala nasional merupakan kunci untuk mengakhiri kekosongan kekuasaan selama satu dekade di negara itu. Tapi selama bertahun-tahun, para pemimpin oposisi gagal menyetujui seperangkat undang-undang pemilu yang akan mengatur ketentuan pemungutan suara itu.
Libya telah dilanda konflik sejak pemberontakan yang didukung NATO untuk menggulingkan Muammar Gaddafi pada 2011 yang telah lama berkuasa. Negara itu kemudian terpecah menjadi pemerintahan timur dan pemerintahan barat yang bersaing selama bertahun-tahun, masing-masing wilayah didukung oleh milisi dan pemerintah asing yang berbeda.
HSC memiliki pengaruh signifikan dalam urusan politik di bawah perjanjian tahun 2015 dan telah menegosiasikan jalan menuju pemilu dengan parlemen utama Libya, Dewan Perwakilan Rakyat (HoR), yang berkedudukan di kota Tobruk di wilayah timur negara itu.
Kemenangan Takala pada pertemuan antara HSC dengan HoR mengenai peraturan pemilu masih belum memberikan kejelasan.
Diskusi terkait pemilihan dilaksanakan di tengah tekanan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, namun kedua badan tersebut telah mencari cara untuk dapat menggantikan pemerintah sementara di Tripoli sebelum dilaksanakan pemungutan suara nasional.
Pemerintahan sementara dipimpin oleh Perdana Menteri Abdul Hamid Dbeibah, saingan al-Mishri dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (HoR) Aguila Saleh, karena ketidaksepakatan terkait aturan-aturan pemilihan.
Pada hari Minggu Dbeibah mengucapkan selamat kepada Takala atas keterpilihanya sebagai pemimpin yang baru.
“Saya mengucapkan selamat kepada Tuan Mohamed Takala karena telah memenangkan kepercayaan para anggota Dewan Tinggi Negara dalam pemilihan presiden Dewan,” Kantor Berita Libya mengutipnya.
Perdana menteri berkata bahwa dia berharap Takala akan memenuhi keinginan rakyat Libya untuk mengadakan pemilihan.
Namun, banyak warga Libya meyakini bahwa HoR dan HSC tidak sepenuh hati dalam mengadakan pemilu yang dapat mengurangi kekuasaan mereka.
Sumber: Al Jazeera