Otoritas Palestina (OP) yang dipimpin Mahmud Abbas, menunjuk tiga orang sebagai delegasi Palestina menemui utusan AS di Amman Yordania untuk membahas persiapan Normalisasi Saudi-Israel dan kepentingan OP. Ketiga utusan itu terdiri dari Sekretaris Jenderal Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina, Hussein Al-Sheikh, Kepala Intelijen Palestina, Majed Faraj dan penasihat diplomatik Majdi Al-Khalidi, ketiganya bertemu diplomat senior Departemen Luar Negeri untuk Timur Tengah, Barbara Leaf sepekan silam.
Dalam kesempatan itu, terkait normalisasi, perwakilan Palestina diminta AS tidak menyodorkan syarat apapun kepada Arab Saudi terkait Palestina, karena syarat-syarat yang diinginkan OP dinilai memberatkan. Diantara syarat tersebut adalah, Palestina menjadi negara anggota penuh di PBB, lalu pemintaan menghapus Organisasi Pembebas Palestina (PLO) dari daftar teroris Amerika Serikat, dan permintaan kantor representatif pemerintahan Palestina dibuka di Washington. Bersamaan dengan itu, kantor konsulat Amerika untuk Palestina juga dibuka di kota Al-Quds (Timur). Semua syarat ini tidak dikabulkan AS, sehingga Barbara Leaf meminta pihak Palestina tidak menyodorkan syarat ini kepada Arab Saudi. AS menginginkan normalisasi Saudi dengan Israel tak ubahnya UEA yang tidak menyertakan syarat apapun terkait Palestina.
Tersiar kabar, utusan Amerika akan mengunjungi Arab Saudi dalam pekan ini, mengutus Penasihat senior Presiden AS Joe Biden untuk Timur Tengah, Brett McGurk membahas peran Palestina dalam kemungkinan perjanjian normalisasi antara Saudi dan Israel yang disponsori AS. Pada pekan yang sama, tiga utusan Otoritas Palestina sudah tiba di Riyadh dan bertemu dengan para pejabat kerajaan Arab Saudi. Selasa (5/9).
Sejauh ini di pemberitaan, pihak Arab Saudi setuju permintaan pihak Otoritas Palestina untuk menjadikan salah satu syarat normalisasi dengan Israel, yakni status keanggotaan penuh Palestina di PBB. Syarat ini merupakan kesimpulan dari syarat-syarat sebelumnya yang ditolak oleh Netanyahu.
Perlu diketahui bahwa pada tahun 2002 KTT Liga Arab di Beirut Lebanon mengeluarkan syarat normalisasi dengan Israel, disebut dengan nama Inisiatif Arab. Isinya adalah menyeru diakhirinya pendudukan Israel atas semua wilayah Arab yang diduduki pada tahun 1967 dan pembentukan negara Palestina merdeka dengan Al Quds (Timur) yang di dalamnya terdapat Masjid Al-Aqsha sebagai ibu kotanya. Namun syarat ini ditolak oleh Israel, padahal apabila dipatuhi, Israel dijanjikan mendapat pengakuan bukan saja dari Arab Saudi namun juga dari dunia Islam meliputi 57 negara dari OKI.
Berangkat dari Inisiatif Arab yang tidak diindahkan Israel ini, tercetus satu syarat normalisasi dengan Israel, yakin keanggotaan penuh Palestina di PBB. Syarat yang nampaknya juga akan sulit dikabulkan oleh Amerika Serikat.
Terkait nasib Otoritas Palestina kedepan, pihak Abbas memahami pihaknya bukanlah penentu terwujud atau tidaknya normalisasi Saudi-Israel. Justru sekarang mereka memikirkan nasib Otoritas Palestina kedepan, terutama dalam hal keuangan. Secara prinsip Otoritas Palestina juga tidak melarang normalisasi Saudi-Israel tercapai, asalkan ada solusi dan mendapatkan keuntungan. Saudi sendiri memastikan akan menyokong keuangan Otoritas Palestina, dengan harapan dapat mengontrol Tepi Barat, sehingga tidak ada lagi tindak-tindakan yang mengancam Israel sebagai tetangga.
Sumber: al-arabi al jadid