Pihak keamanan Suriah telah sepenuhnya menarik pasukannya dari provinsi Al-Suwayda di Suriah selatan bersamaan dengan pengumuman Presiden Ahmad al-Sharaa bahwa faksi-faksi Druze (yang masih loyal dengan pemerintahan baru Suriah) akan mengambil alih tanggung jawab atas keamanan di provinsi tersebut.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) dan para saksi mata mengatakan kepada AFP bahwa “pihak berwenang Suriah telah menarik pasukan militernya dari kota Al-Suwayda serta seluruh wilayah lain di provinsi tersebut.”
Koresponden AFP mengutip pernyataan dari pasukan pemerintah di pinggiran provinsi mengatakan bahwa pasukan pemerintah telah menyelesaikan penarikan pasukannya pada Kamis pagi waktu setempat. Rayan Maarouf, pemimpin redaksi Channel Suwayda 24, melaporkan setelah berkeliling dalam kota bahwa kota itu “terlihat kosong dari pasukan pemerintah.”
Sebelumnya, presiden Ahmad al-Sharaa mengumumkan pada Kamis dini hari bahwa ia telah memutuskan untuk menugaskan faksi-faksi lokal dan ulama Druze untuk “mengambil alih tanggung jawab menjaga keamanan di provinsi Al-Suwayda.”
“Kami telah memutuskan untuk menugaskan beberapa faksi lokal dan pemuka agama Druze untuk bertanggung jawab menjaga keamanan di Al-Suwayda,” ujar Sharaa dalam pidatonya kepada rakyat Suriah. Sharaa mencatat bahwa pemerintahnya telah mengirimkan pasukan ke provinsi tersebut “untuk menghentikan pertempuran yang meletus antara kelompok-kelompok bersenjata dari Al-Suwayda dan sekitarnya akibat yang dilatarbelakangi oleh permusuhan lama.”
Sharaa menegaskan bahwa “Suriah tidak akan pernah menjadi tempat untuk perpecahan atau fragmentasi,” presiden Suriah itu berjanji untuk “menuntut pertanggungjawaban dari mereka yang melanggar hukum dan menindas warga kami dari komunitas Druze, karena mereka berada di bawah perlindungan dan tanggung jawab negara.”
Presiden Suriah itu juga menegaskan bahwa “keputusan kami untuk menarik pasukan dari Al-Suwayda berasal dari kesadaran mendalam kami terhadap seriusnya situasi ini terhadap persatuan nasional dan untuk mencegah negara ini terjerumus ke dalam perang skala besar yang baru.”
Ia menambahkan, “Kami dihadapkan pada dua pilihan: perang terbuka dengan Israel dengan mengorbankan rakyat Druze dan keamanan mereka dimana hal tersebut dapat mengganggu stabilitas Suriah dan seluruh kawasan, atau membiarkan para tokoh dan syekh Druze menyadari dan memprioritaskan kepentingan nasional bersama.”
Pada Rabu malam, Damaskus mengumumkan dimulainya penarikan pasukannya dari provinsi tersebut menyusul seruan AS untuk hal tersebut setelah serangan udara Israel yang brutal mengguncang Damaskus.
Pengumuman Damaskus tentang dimulainya penarikan pasukannya dari provinsi tersebut muncul setelah Kementerian Dalam Negeri pada Rabu malam mengindikasikan bahwa kesepakatan gencatan senjata telah dicapai di Al-Suwayda. Kesepakatan tersebut, yang mencakup 14 klausul, diantaranya adalah menetapkan penghentian segera semua bentuk operasi militer serta pembentukan komite pemantau yang terdiri dari pemerintah Suriah dan para syekh Druze untuk mengawasi penerapannya.
Sumber: Arabi21