Berikut ini adalah beberapa hadits tentang Dajjal yang dimuat dalam Musnad Imam Ahmad. Agar lebih sistematis, hadits-hadits tersebut kemudian disusun dan diberi judul oleh M. Indra Kurniawan (khadimud da’wah FDTI).
Semoga pembaca dapat mengambil faidahnya.
Ibnu Shaid atau Ibnu Shayyad: Dajjal atau Kaki Tangan Dajjal?
حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ زَيْدٍ عَن عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ عَن أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَمْكُثُ أَبَوَا الدَّجَّالِ ثَلَاثِينَ عَامًا لَا يُولَدُ لَهُمَا وَلَدٌ ثُمَّ يُولَدُ لَهُمَا غُلَامٌ أَضَرُّ شَيْءٍ وَأَقَلُّهُ نَفْعًا تَنَامُ عَيْنَاهُ وَلَا يَنَامُ قَلْبُهُ ثُمَّ نَعَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبَاهُ فَقَالَ أَبُوهُ رَجُلٌ طُوَالٌ ضَرْبُ اللَّحْمِ كَأَنَّ أَنْفَهُ مِنْقَارٌ وَأُمُّهُ امْرَأَةٌ فِرْضَاخِيَّةٌ طَوِيلَةُ الثَّدْيَيْنِ قَالَ أَبُو بَكْرَةَ فَسَمِعْنَا بِمَوْلُودٍ وُلِدَ فِي الْيَهُودِ بِالْمَدِينَةِ فَذَهَبْتُ أَنَا وَالزُّبَيْرُ بْنُ الْعَوَّامِ حَتَّى دَخَلْنَا عَلَى أَبَوَيْهِ فَإِذَا نَعْتُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيهِمَا فَقُلْنَا هَلْ لَكُمَا وَلَدٌ فَقَالَا مَكَثْنَا ثَلَاثِينَ عَامًا لَا يُولَدُ لَنَا وَلَدٌ ثُمَّ وُلِدَ لَنَا غُلَامٌ أَعْوَرُ أَضَرُّ شَيْءٍ وَأَقَلُّهُ نَفْعًا تَنَامُ عَيْنَاهُ وَلَا يَنَامُ قَلْبُهُ فَخَرَجْنَا مِنْ عِنْدِهِمَا فَإِذَا الْغُلَامُ مُنْجَدَلٌ فِي قَطِيفَةٍ فِي الشَّمْسِ لَهُ هَمْهَمَةٌ قَالَ فَكَشَفْتُ عَنْ رَأْسِهِ فَقَالَ مَا قُلْتُمَا قُلْنَا وَهَلْ سَمِعْتَ قَالَ نَعَمْ إِنَّهُ تَنَامُ عَيْنَايَ وَلَا يَنَامُ قَلْبِي قَالَ حَمَّادٌ وَهُوَ ابْنُ صَيَّادٍ
Telah menceritakan kepada kami [‘Affan], telah menceritakan kepada kami [Hammad bin Salamah], telah mengabarkan kepada kami [Ali bin Zaid] dari [Abdurrahman bin Abu Bakrah] dari [Ayahnya] bahwa Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wa sallam bersabda: “Kedua orang tua Dajjal hidup selama tiga puluh tahun, tanpa dikaruniai seorang anak, kemudian dikaruniai seorang anak lelaki yang banyak memberi bahaya dan sedikit memberi manfa’at, kedua matanya tertidur namun hatinya tidak.” Kemudian Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wa sallam mensifati bapaknya, beliau bersabda: “Bapaknya seorang lelaki yang berbadan tinggi berisi, hidungnya seperti paruh burung, sedangkan ibunya adalah seorang wanita yang berbadan besar, kedua buah dadanya besar.” Abu Bakrah berkata, “Kemudian kami mendengar ada seorang bayi Yahudi yang lahir di Madinah, lalu aku dan Zubair bin Awwam datang menemui kedua orang tuanya, ternyata sifat yang disebutkan oleh Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wa sallam ada pada keduanya, lalu kami bertanya, ‘Apakah kamu berdua mempunyai seorang anak lelaki?’ Keduanya menjawab, ‘Kami hidup selama tiga puluh tahun dan tidak dikaruniai seorang anak lelaki, kemudian kami dikaruniai seorang anak lelaki yang matanya juling, banyak memberi bahaya, dan sedikit memberi manfaat, kedua matanya tertidur akan tetapi hatinya tidak.’ Kemudian kami berdua keluar, tiba-tiba ada seorang anak lelaki tengah berbaring dengan mengenakan qathifah (kain kebesaran) dan mengeluarkan suara di bawah terik matahari.” Abu Bakrah berkata, “Kemudian aku buka (tutup) kepalanya, lalu dia bertanya. ‘Apa yang kamu berdua katakan?’ Kami menjawab, ‘Apakah kamu mendengar?’ Dia menjawab, ‘Ya, sesungguhnya kedua mataku tertidur akan tetapi hatiku tidak.’” Hammad berkata, “Ternyata dia adalah Ibnu Shayyad.” (Hadits No. 19597)
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَابِقٍ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ طَهْمَانَ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّهُ قَالَ إِنَّ امْرَأَةً مِنْ الْيَهُودِ بِالْمَدِينَةِ وَلَدَتْ غُلَامًا مَمْسُوحَةٌ عَيْنُهُ طَالِعَةٌ نَاتِئَةٌ فَأَشْفَقَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَكُونَ الدَّجَّالَ فَوَجَدَهُ تَحْتَ قَطِيفَةٍ يُهَمْهِمُ فَآذَنَتْهُ أُمُّهُ فَقَالَتْ يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا أَبُو الْقَاسِمِ قَدْ جَاءَ فَاخْرُجْ إِلَيْهِ فَخَرَجَ مِنْ الْقَطِيفَةِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا لَهَا قَاتَلَهَا اللَّهُ لَوْ تَرَكَتْهُ لَبَيَّنَ ثُمَّ قَالَ يَا ابْنَ صَائِدٍ مَا تَرَى قَالَ أَرَى حَقًّا وَأَرَى بَاطِلًا وَأَرَى عَرْشًا عَلَى الْمَاءِ قَالَ فَلُبِسَ عَلَيْهِ فَقَالَ أَتَشْهَدُ أَنِّي رَسُولُ اللَّهِ فَقَالَ هُوَ أَتَشْهَدُ أَنِّي رَسُولُ اللَّهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ آمَنْتُ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ثُمَّ خَرَجَ وَتَرَكَهُ ثُمَّ أَتَاهُ مَرَّةً أُخْرَى فَوَجَدَهُ فِي نَخْلٍ لَهُ يُهَمْهِمُ فَآذَنَتْهُ أُمُّهُ فَقَالَتْ يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا أَبُو الْقَاسِمِ قَدْ جَاءَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا لَهَا قَاتَلَهَا اللَّهُ لَوْ تَرَكَتْهُ لَبَيَّنَ قَالَ فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَطْمَعُ أَنْ يَسْمَعَ مِنْ كَلَامِهِ شَيْئًا فَيَعْلَمُ هُوَ هُوَ أَمْ لَا قَالَ يَا ابْنَ صَائِدٍ مَا تَرَى قَالَ أَرَى حَقًّا وَأَرَى بَاطِلًا وَأَرَى عَرْشًا عَلَى الْمَاءِ قَالَ أَتَشْهَدُ أَنِّي رَسُولُ اللَّهِ قَالَ هُوَ أَتَشْهَدُ أَنِّي رَسُولُ اللَّهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آمَنْتُ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ فَلُبِسَ عَلَيْهِ ثُمَّ خَرَجَ فَتَرَكَهُ ثُمَّ جَاءَ فِي الثَّالِثَةِ أَوْ الرَّابِعَةِ وَمَعَهُ أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ فِي نَفَرٍ مِنْ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَأَنَا مَعَهُ قَالَ فَبَادَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ أَيْدِينَا وَرَجَا أَنْ يَسْمَعَ مِنْ كَلَامِهِ شَيْئًا فَسَبَقَتْهُ أُمُّهُ إِلَيْهِ فَقَالَتْ يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا أَبُو الْقَاسِمِ قَدْ جَاءَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا لَهَا قَاتَلَهَا اللَّهُ لَوْ تَرَكَتْهُ لَبَيَّنَ فَقَالَ يَا ابْنَ صَائِدٍ مَا تَرَى قَالَ أَرَى حَقًّا وَأَرَى بَاطِلًا وَأَرَى عَرْشًا عَلَى الْمَاءِ قَالَ أَتَشْهَدُ أَنِّي رَسُولُ اللَّهِ قَالَ أَتَشْهَدُ أَنْتَ أَنِّي رَسُولُ اللَّهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آمَنْتُ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ فَلُبِسَ عَلَيْهِ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا ابْنَ صَائِدٍ إِنَّا قَدْ خَبَّأْنَا لَكَ خَبِيئًا فَمَا هُوَ قَالَ الدُّخُّ الدُّخُّ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اخْسَأْ اخْسَأْ فَقَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ائْذَنْ لِي فَأَقْتُلَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنْ يَكُنْ هُوَ فَلَسْتَ صَاحِبَهُ إِنَّمَا صَاحِبُهُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِنْ لَا يَكُنْ هُوَ فَلَيْسَ لَكَ أَنْ تَقْتُلَ رَجُلًا مِنْ أَهْلِ الْعَهْدِ قَالَ فَلَمْ يَزَلْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُشْفِقًا أَنَّهُ الدَّجَّالُ
Telah bercerita kepada kami [Muhammad bin Sabiq] telah bercerita kepada kami [Ibrahim bin Thahman] dari [Abu Az Zubair] dari [Jabir bin Abdullah], dia berkata, “Ada seorang wanita Yahudi di Madinah melahirkan seorang anak laki-laki, matanya tertutup, menjorok keluar dan jelas, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam merasa kasihan jika dia akan menjadi Dajjal, beliau mendapatinya sedang mengomel di bawah pelana, lalu ibunya berteriak mengumumkan kedatangan nabi dengan berkata, ‘Wahai Abdullah ini adalah Abu Al Qosim telah datang, temuilah dia.’ Lalu dia keluar dari pelana. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Mengapa ibunya harus berkata seperti itu, semoga Allah menjadikannya celaka, seandainya (ibunya) membiarkannya, tentu akan jelas (diketahui hakikat anak laki-laki itu)’. Lalu (Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam) berkata, ‘Wahai Ibn Shaid (anak pemburu), apa yang kau lihat?’ Dia menjawab, ‘Saya melihat kebenaran, saya juga melihat kebatilan dan saya juga melihat kerajaan di atas air.’ (Jabir bin Abdullah radliyallahu ‘anhuma) berkata, ‘Dia dalam keadaan kacau.’ Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Apakah kamu bersaksi bahwa saya Rasulullah?’ Maka dia balik bertanya, ‘Apakah kamu bersaksi sesungguhnya saya Rasulullah?’. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Saya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya’, lalu beliau keluar dan meninggalkannya.
Pada kesempatan yang lainnya beliau menemuinya lagi, (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) mendapatkannya di dekat pohon kurma sedang ngomel lalu ibunya memanggilnya dan berkata, ‘Wahai Abdullah ini Abu Al Qasim telah datang.’ Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Mengapa ibunya harus bicara seperti itu, semoga Allah mencelakakannya, kalauah dia membiarkannya, niscaya akan jelas (diketahui hakikat anak laki-laki itu). (Jabir bin Abdullah radliyallahu’anhuma) berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat berharap bisa mendengar perkataannya hingga dia bisa mengetahui apakah dia itu Dajjal atau bukan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, ‘Wahai Ibn Shaid (anak pemburu), apa yang kau lihat?’ Dia menjawab, ‘Saya melihat kebenaran, saya melihat kebatilan dan saya melihat kerajaan di atas air.’ Beliau bertanya, ‘Apakah kamu bersaksi bahwa saya adalah Rasulullah?’ Dia balik bertanya ‘Apakah kamu bersaksi bahwa saya adalah Rasulullah?”. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Saya beriman kepada Allah dan rasul-Nya’, dia dalam keadaan kacau, dan beliau keluar meninggalkannya, kemudian datang yang ketiga kalinya atau yang ke empat, bersama Abu Bakar dan ‘Umar bin Al Khattab dalam rombongan orang Muhajirin dan Anshor, dan saya ikut bersama mereka. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mempercepat langkahnya di depan kami dan mengharap agar dapat mendengar perkataannya, namun ibunya mendahuluinya dan berkata, ‘Wahai Abdullah ini Abu Al Qosim telah datang.’ Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Mengapa dia berkata seperti itu, semoga Allah mencelakakan (ibunya) seandainya (ibunya) membiarkannya, maka akan jelas (diketahui hakikat anak laki-laki itu).’ Lalu (Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) berkata, ‘Wahai Ibn Shaid (anak pemburu), apa yang kau lihat?’ Dia menjawab, ‘Saya melihat kebenaran, saya juga melihat kebatilan dan saya juga melihat kerajaan di atas air.’ Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Apakah kamu bersaksi bahwa saya Rasulullah?’ Dia malah balik bertanya ‘Apakah kamu bersaksi bahwa saya Rasulullah?. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Saya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya’, dia dalam keadaan kacau. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya, ‘Wahai anak pemburu, aku menyembunyikan suatu rahasia (bisikan kalimat di dalam hati, red) kepadamu, (tebaklah) apakah itu?’ Dia menjawab, ‘Dukhon-dukhon (asap).’[1] Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya, ‘Diamlah wahai orang yang hina’.[2] Lalu ‘Umar bin Al Khattab berkata ‘Ijinkanlah saya membunuhnya Wahai Rasulullah’ Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Jika itu adalah dia, maka kamu bukan yang berhak (membunuhnya), yang berhak adalah ‘Isa bin Maryam shallallahu ‘alaihi wasallam, namun jika dia bukan dia (Dajjal), maka kamu tidak berhak membunuh seorang yang telah terikat dengan perjanjian. (Jabir bin Abdullah radliyallahu ‘anhuma) berkata, “Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap merasa kasihan jika dia itu adalah Dajjal.” (Hadits No. 14427).
حَدَّثَنَا سُرَيْجٌ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنِ الْجُرَيْرِيِّ عَنْ أَبِي نَضْرَةَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ حَجَجْنَا فَنَزَلْنَا تَحْتَ شَجَرَةٍ وَجَاءَ ابْنُ صَائِدٍ فَنَزَلَ فِي نَاحِيَتِهَا فَقُلْتُ إِنَّا لِلَّهِ مَا صَبَّ هَذَا عَلَيَّ قَالَ فَقَالَ يَا أَبَا سَعِيدٍ مَا أَلْقَى مِنْ النَّاسِ وَمَا يَقُولُونَ لِي يَقُولُونَ إِنِّي الدَّجَّالُ أَمَا سَمِعْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ الدَّجَّالُ لَا يُولَدُ لَهُ وَلَا يَدْخُلُ الْمَدِينَةَ وَلَا مَكَّةَ قَالَ قُلْتُ بَلَى وَقَالَ قَدْ وُلِدَ لِي وَقَدْ خَرَجْتُ مِنْ الْمَدِينَةِ وَأَنَا أُرِيدُ مَكَّةَ قَالَ أَبُو سَعِيدٍ فَكَأَنِّي رَقَقْتُ لَهُ فَقَالَ وَاللَّهِ إِنَّ أَعْلَمَ النَّاسِ بِمَكَانِهِ لَأَنَا قَالَ قُلْتُ تَبًّا لَكَ سَائِرَ الْيَوْمِ
Telah menceritakan kepada kami [Suraij] berkata; telah menceritakan kepada kami [Hammad] dari [Al Jurairi] dari [Abu Nadhrah] dari [Abu Sa’id Al Khudri][3] ia berkata, “Selesai kami berhaji, kami singgah dan duduk di bawah pohon, lalu datanglah Ibnu Shaid duduk di samping pohon itu, maka aku pun berkata, ‘Sesungguhnya kita adalah milik Allah, (musibah) apakah ini yang ditimpakan kepadaku.’” Abu Sa’id berkata, “Lalu (Ibnu Shaid) berkata, ‘Tidaklah aku bertemu dengan orang-orang, lalu apa yang mereka katakan kepadaku? Mereka mengatakan bahwa aku adalah Dajjal! Tidakkah engkau dengar bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Dajjal tidak memiliki anak dan tidak akan masuk Madinah dan Makkah’, Akupun menyahut, ‘Benar’, lalu Ibnu Shaid meneruskan, ‘Sedang aku mempunyai anak, dan aku juga telah keluar dari Madinah menuju Makkah”, Abu Sa’id berkata, “Maka aku bersimpati kepadanya, laku ia (Ibnu Shaid) berkata, ‘Demi Allah, di antara manusia aku adalah orang yang paling tahu dimana tempat tinggalnya (Dajjal)’” Abu Sa’id berkata, “Lalu aku berkata kepada Ibnu Shaid, ‘Celakalah semua hari-harimu.’” (Hadits No. 10963).
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا عَوْفٌ عَنْ أَبِي نَضْرَةَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ أَقْبَلْنَا فِي جَيْشٍ مِنْ الْمَدِينَةِ قِبَلَ هَذَا الْمَشْرِقِ قَالَ فَكَانَ فِي الْجَيْشِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ صَيَّادٍ وَكَانَ لَا يُسَايِرُهُ أَحَدٌ وَلَا يُرَافِقُهُ وَلَا يُؤَاكِلُهُ وَلَا يُشَارِبُهُ وَيُسَمُّونَهُ الدَّجَّالَ فَبَيْنَا أَنَا ذَاتَ يَوْمٍ نَازِلٌ فِي مَنْزِلٍ لِي إِذْ رَآنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ صَيَّادٍ جَالِسًا فَجَاءَ حَتَّى جَلَسَ إِلَيَّ فَقَالَ يَا أَبَا سَعِيدٍ أَلَا تَرَى إِلَى مَا يَصْنَعُ النَّاسُ لَا يُسَايِرُنِي أَحَدٌ وَلَا يُرَافِقُنِي أَحَدٌ وَلَا يُشَارِبُنِي أَحَدٌ وَلَا يُؤَاكِلُنِي أَحَدٌ وَيَدْعُونِي الدَّجَّالَ وَقَدْ عَلِمْتَ أَنْتَ يَا أَبَا سَعِيدٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الدَّجَّالَ لَا يَدْخُلُ الْمَدِينَةَ وَإِنِّي وُلِدْتُ بِالْمَدِينَةِ وَقَدْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ الدَّجَّالَ لَا يُولَدُ لَهُ وَقَدْ وُلِدَ لِي فَوَاللَّهِ لَقَدْ هَمَمْتُ مِمَّا يَصْنَعُ بِي هَؤُلَاءِ النَّاسُ أَنْ آخُذَ حَبْلًا فَأَخْلُوَ فَأَجْعَلَهُ فِي عُنُقِي فَأَخْتَنِقَ فَأَسْتَرِيحَ مِنْ هَؤُلَاءِ النَّاسِ وَاللَّهِ مَا أَنَا بِالدَّجَّالِ وَلَكِنْ وَاللَّهِ لَوْ شِئْتَ لَأَخْبَرْتُكَ بِاسْمِهِ وَاسْمِ أَبِيهِ وَاسْمِ أُمِّهِ وَاسْمِ الْقَرْيَةِ الَّتِي يَخْرُجُ مِنْهَا
Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Ja’far] berkata; telah menceritakan kepada kami [‘Auf] dari [Abu Nadhrah] dari [Abu Sa’id Al Khudri] ia berkata, “Kami tiba dalam rombongan pasukan Madinah dari arah timur ini.” Abu Sa’id berkata, “Dalam rombongan pasukan itu terdapat Abdullah bin Shayyad, yang tidak ada seorang pun yang bersedia menemaninya berjalan, bersahabat, makan dan minum bersama, dan mereka menyebutnya dengan Dajjal. Maka pada suatu hari ketika aku singgah di rumahku, Abdullah bin Shayyad melihatku duduk, lalu ia pun datang dan duduk bersamaku, ia berkata, ‘Wahai Abu Sa’id, tidakkah engkau melihat bagaimana perlakuan orang-orang kepadaku? Tidak seorang pun dari mereka yang mau menemaniku berjalan, bersahabat, makan dan minum bersama, bahkan mereka memanggilku dengan Dajjal! Bukankah engkau sudah tahu wahai Abu Sa’id, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda sesungguhnya Dajjal tidak akan memasuki kota Madinah, sedangkan aku lahir di Madinah! Dan aku juga telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Sesungguhnya Dajjal tidak memiliki anak’, sedangkan aku telah memiliki anak. Demi Allah, karena perlakuan mereka kepadaku seperti itu, aku sangat berkeinginan untuk mengambil seutas tali, lalu aku pergi menyepi dan mencekik leherku dengan tali itu hingga aku bisa beristirahat dari perlakukan mereka. Demi Allah, aku bukanlah Dajjal! Tapi demi Allah, jika engkau mau, akan aku kabarkan kepadamu siapa namanya, nama bapak dan ibunya, serta nama kampung yang ia akan keluar darinya.’” (Hadits No. 11325)
(Bersambung)
Catatan Kaki:
[1] Ibnu Shaid hanya bisa tertahan mengucapkan kata ‘dukhan’ (berdasarkan bisikan syaithan), saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat: Fartaqib yauma ta’tis-sama’u bidukhanim mubin (Ad-Dukhan ayat 10).
[2] Ini adalah kata-kata celaan kepada Ibn Shaid yang bekerjasama dengan syaithan, dimana ia diingatkan oleh Rasulullah tidak akan bisa melakukan sesuatu kecuali sebatas apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT (silahkan lihat hadits-hadits sejenis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim)
[3] Abu Sa’id al-Khudri adalah Sahabat Nabi Muhammad dari golongan Ansar. Lahir 10 tahun sebelum hijrah nabi. Ia mengajukan diri untuk berperang dalam Pertempuran Uhud pada 625 M di mana ayahnya Malik ibn Sinan tewas, namun Rasulullah tidak mengizinkannya karena Abu Sa’id masih tergolong anak-anak. Ia ikut dalam berbagai pertempuran selanjutnya, di antaranya pada Perang Khandaq, Bani Quraizhah, Bani Musthaliq, Hudaibiyah, Mu’tah, Hunain, Tabuk, dan ikut serta dalam pembebasan Makkah. Pada Pertempuran Harrah tahun 64/683 M, ia ikut berperang untuk mempertahankan Madinah dari serbuan tentara Bani Umayyah. Ia disebutkan meninggal pada tahun 63/682, 64/683, 65/684, atau 74/693. Abu Sa’id salah satu perawi hadis yang paling banyak digunakan oleh umat Muslim. Jumlah hadis yang diriwatkan melaluinya berjumlah 1170 hadis, hal ini membuatnya termasuk dalam tujuh orang paling produktif dalam meriwayatkan hadis.