(422-467 / 1031-1075 M)
Abu Ja’far Abdullah Al-Qa’im bi Amrillah. Dilahirkan pada Dzulqa’dah 391 H / September 1001 M. Ibunya seorang mantan budak dari Armenia bernama Badar Ad-Duja, namun ada pula yang menyebutnya Qathr An-Nada.
Al-Qa’im dibaiat pada bulan Dzulhijjah 422 H / 5 Desember 1031 M. Memerintah selama 44 tahun hingga 3 Sya’ban 467 H / 29 Maret 1075 M.
Berakhirnya Pengaruh Bani Buwaihi
Pada masa Khalifah Al-Qa’im, kekuasaan di Irak dipegang oleh Sultan Jalalud Daulah bin Bahaud Daulah. Pada masa ini kewibawaan pemerintah menurun karena pendapatan negara yang minim. Para budak dan pegawai pemerintahan serta militer gaduh menuntut gaji yang belum dibayar. Sering terjadi penjarahan tanpa ada yang melakukan pengamanan.
Gelar Malikul Muluk
Namun anehnya, dalam kondisi carut marut seperti itu Jalalud Daulah meminta khalifah agar memberinya gelar Malikul Muluk. Hal ini menimbulkan perdebatan di kalangan fuqaha pada masa itu tentang keabsahannya.
Diantara fuqaha yang memiliki kedekatan dengan Sultan Jalalud Daulah adalah Abul Hasan Al-Mawardi. Saat terjadi silang pendapat tentang hal itu, Abul Hasan memilih untuk menghindar dari Sultan.
Meskipun kondisi kepemimpinannya tidak berwibawa, Jalalud Daulah bisa bertahan hingga 435 H (16 tahun).
Digantikan oleh Abu Kalijar
Jalalud Daulah diganti oleh keponakan sekaligus seterunya, yakni Abu Kalijar. Pada masa ini sering terjadi konflik di masyarakat, khususnya adalah antara orang-orang Dailam dengan orang-orang Turki.
Sultan Terakhir Bani Buwaihi: Abu Nashr Khusrou Fairuz
Abu Kalijar digantikan oleh anaknya, Abu Nashr Khusrou Fairuz. Ia berkuasa hingga kedatangan Thugrul Bey ke Baghdad.
Kekuasaan Thugrul Bey menandai berakhirnya kekuasan rezim Bani Buwaihi, dan menjadi awal pengaruh Bani Saljuk atas kekhalifahan Abbasiyah.
Sekilas Tentang Tughrul Bey Bani Saljuk
Bani Saljuk berasal dari klan Saljuk bin Tuqaq yang merupakan bagian dari Oghuz Turk (bangsa Turki) di wilayah Turkistan yang saat itu dipimpin oleh Raja Turki yang bernama Baighu. Ia menunjuk Saljuk menjadi Syubasi (pemimpin pasukan).
Namun berikutnya Saljuk memilih hijrah dan menetap di Jend, ketika istri raja Turki selalu memprovokasi suaminya untuk menyingkirkan Saljuk.Saat berada di Jend inilah ia memeluk Islam.
Anak cucu Saljuk ini berimigrasi dari satu wilayah ke wilayah lain (Bukhara, Khawarizmi, Gurun Nasa, Naisabur) dengan berbagai dinamika yang dihadapinya, dan akhirnya Tughrul Bey menguasai wilayah yang cukup luas: Khawarizmi, Khurasan, dan Rayy.
Abu Kalijar merasa waswas melihat perkembangan kekuasaan Tughrul Bey, akhirnya ia mengajak berdamai.
Kekuasaan Tughrul Bey terus meluas hingga ke Isfahan dan Azerbaijan.
Situasi Baghdad Kacau
Selain kehilangan wibawa di hadapan rakyat, kekuasaan Bani Buwaihi pun diperburuk oleh ulah Abul Harits Arslan Al-Basasiri, seorang budak asal Turki milik Bahaud Daulah. Ia ingin menghapus kekuasaan khalifah Bani Abbasiyah, dan menyatakan tunduk kepada Khalifah Al-Mustanshir di Mesir (Daulah Syiah Fathimiyah). Khalifah Abbasiyah lalu meminta bantuan kepada Tughrul Bey.
Tughrul Bey menyambut permintaan Khalifah Al-Qa’im, dan ia pun menyatakan kepatuhannya kepada khalifah. Ia berhasil menumpas pemberontakan Abul Harits Arslan Al-Basasiri. Ia pun mengirim surat kepada orang-orang Turki di Baghdad, berjanji akan menanggulangi permasalahan mereka. Para tokoh dan amir di Baghdad pun menyatakan kepatuhan kepada Tughrul Bey.
Mengakhiri Kekuasaan Bani Buwaihi
Tughrul Bey memasuki Baghdad pada 25 Muharam 448 H / 19 April 1056 M. Ia kemudian menangkap Al-Malikur Rahim Abu Nashr Khusrou.
Hubungan Tughrul Bey dengan Khalifah semakin kuat Ketika Thugrul Bey meminang anak Khalifah Al-Qaim.
Alp Arslan
Thugrul Bey wafat pada hari Jum’at, 8 Ramadhan 455 H. Ia awalnya digantikan oleh keponakannya, Sulaiman bin Dawud. Tapi karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan, kesultanan Saljuk diserahkan kepada Adhud Daulah Abu Syuja’ Alp Arslan Muhammad bin Dawud bin Mikail bin Saljuk. Alp Arslan mengangkat Nizhamul Mulk untuk mengelola pemerintahan.
Abu Syuja Alp Arslan adalah pemimpin yang berpihak kepada rakyat dan bersungguh-sungguh berupaya mewujudkan berbagai macam kemaslahatan. Prestasinya yang paling menonjol adalah penaklukan berbagai wilayah yang berada di bawah kekuasaan kekaisaran Romawi. Hal ini berawal dari invasi yang dilakukan Romawi ke wilayah Manbij.
Dari wilayah Manbij pasukan Romawi bergerak menuju Khalath dengan jumlah pasukan yang sangat besar. Abu Syuja’ Alp Arslan tidak mau menunggu lebih dulu datangnya pasukan tambahan, ia berkata: “Aku mengharapkan pahala syahid di sisi Allah.”
Sebelum pertempuran Alp Arslan mengirim surat kepada Raja Romawi: “Apabila Anda ingin gencatan senjata, maka kami menerimanya. Jika tidak, maka kami membulatkan tekad untuk berjuang, dan hanya kepada Allah kami bergantung.”
Raja Romawi menjawab dengan menantang: “Aku akan menjawab surat itu di Rayy.” Hal itu membangkitkan jiwa pasukan Islam serta menyulut semangat juang dan rasa harga dirinya.
Imam Kesultanan pada saat itu, Abu Nashr Muhammad bin Abdil Malik Al-Bukhari Al-Hanafi mengusulkan peperangan melawan Romawi dilakukan di hari Jum’at setelah zawal agar kaum muslimin mendoakan mereka di masjid-masjid.
Pertempuran Manzikert
Alp Arslan membagi pasukan menjadi empat kelompok. Ia menerapkan taktik perang yang memancing pasukan Romawi bergerak maju hingga posisi mereka berada di tengah-tengah antara pasukan yang bersiaga den pasukan penyergap yang bersembunyi.
Pasukan Saljuk menyerang dari arah depan dan belakang yang menyebabkan pasukan Romawi terkejut, takut, panik, dan tercekam. Saat itu raja mereka, Romanos IV Diogenes berhasil ditangkap.
Dalam pertempuran ini pasukan Romawi membawa 3.000 gerobak yang mengangkut perlengkapan berat dan manjaniq. Diantara manjaniq itu ada yang memiliki 8 pelontar.
Banyak pasukan Romawi tertawan. Harta rampasan perang yang didapatkan waktu itu membuat nilai jual binatang, persenjataan, dan barang-barang komoditas merosot tajam. 12 topi baja hanya laku dijual sebesar 1/6 dinar, dan 3 pakaian zirah hanya seharga satu dinar.
Madrasah Nizhamiyah
Masa kepemimpinan Abu Syuja Alp Arsalan adalah era pertumbuhan, kemajuan dan kejayaan. Bukan hanya di bidang politik, tapi juga di bidang ilmu pengetahuan.
Perdana Menteri Nizham Al-Mulk mendirikan Madrasah Nizhamiyah di Baghdad pada 458 H. Ini adalah lembaga pendidikan yang bentuk dan sistemnya mendekati lembaga pendidikan modern. Salah satu pengajarnya adalah ulama senior Syafi’iyah, yaitu Syaikh Abu Ishaq As-Syairazi.
Sekilas tentang Madrasah Nizhamiyah
- Didirikan untuk menjaga pemahaman ahlus sunnah wal jama’ah dan menentang pemahaman syiah.
- Madrasah ini didirikan dari dana wakaf berlokasi di Baghdad, Balkh, Naisabur, Herat, Isfahan, Bashrah, Marwu, Amol Thabaristan, dan Mosul.
- Kurikulum berdasarkan mazhab syafi’i.
- Di depan madrasah dibangun pasar.
- Tenaga pengajar dan siswa serta pegawai mendapat tunjangan. Disediakan pula asrama untuk siswa berupa kamar pribadi, juga tunjangan makan 2 kg roti sehari.
- Madrasah menyediakan buku-buku referensi di perpustakaan yang besar.
- Seleksi pengajar dilakukan dengan cara: melaksanakan serangkaian symposium. Jika lulus seleksi, mereka akan ditempatkan dan diberi seragam syal biru dan jubah hitam.
- Pengajar: Al-Mudarris (guru), An-Na’ib (wakil), Al-Mu’id (asisten)
- Madarasah dikelola oleh seorang As-Shadr (guru besar)
- Jenjang Pendidikan: tilmidz (pelajar), thalib (mahasiswa), mutsaqqaf/faqih (cendekiawan), shahib (pakar).
- Waktu studi di madrasah adalah 4 tahun.
- Madrasah mengeluarkan ijazah bagi para lulusannya. Tidak jarang seorang siswa mendapatkan sejumlah ijazah dari para gurunya.
Alp Arslan dan Khalifah Al-Qa’im bi Amrillah Wafat
Pada 465 H, Alp Arslan wafat. Sementara kesultanan Saljuk diteruskan oleh putra mahkotanya, Sultan Jalalud Daulah Abul Fath Malik Syah.
Pada masa awal pemerintahan Jalalud Daulah inilah Khalifah Al-Qaim wafat pada 13 Sya’ban 467 H.