Penjagaan Wilayah
Pada masa Utsman dilakukan penumpasan terhadap pemberontakan yang terjadi di beberapa negeri yang telah masuk ke bawah kekuasaan Islam di zaman Umar, diantaranya adalah wilayah Khurasan dan Iskandariyah.
Armada Laut Islam Pertama
Pada masanya dilakukan pula futuhat (penaklukan wilayah). Pada tahun 27 H (649 M) umat Islam mulai memiliki armada laut. Hal ini menjadi perwujudan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Ummu Haram binti Malham radhiyallahu ‘anha, bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَوَّلُ جَيْشٍ مِنْ أُمَّتِي يَغْزُونَ الْبَحْرَ قَدْ أَوْجَبُوا
“Pasukan pertama dari umatku yang berperang mengarungi lautan telah dipastikan bagi mereka (yakni surga)”.
Riwayat lain berkenaaan dengan armada laut pertama ini disebutkan bahwa suatu hari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam tidur siang di rumah Ummu Haram binti Malhan, istri dari Ubadah bin Shamit. Tiba-tiba beliau terjaga sambil tertawa. Ummu Haram bertanya: “Wahai Rasulullah,apa yang menyebabkan engkau tertawa?” Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menjawab,
نَاسٌ مِنْ أُمَّتِي عُرِضُوا عَلَيَّ غُزَاةً فِي سَبِيلِ اللَّهِ، يَرْكَبُونَ ثَبَجَ هَذَا البَحْرِ مُلُوكًا عَلَى الأَسِرَّةِ
“Aku diperlihatkan sekelompok umatku yang sedang berjuang di jalan Allah dengan menaiki ombak laut (dengan perahu). Mereka begitu gagah perkasa bak para raja yang sedang duduk-duduk di atas singgasananya”.
Ummu Haram berkata: “Ya Rasulullah, doakan aku agar Allah menjadikanku bagian dari pasukan tersebut” Rasulullah mengabulkan permohonan Ummu Haram tersebut, dan selanjutnya beliau meneruskan tidurnya. Tidak selang berapa lama, kembali beliau terjaga sambil tertawa. Ummu Haram bertanya lagi, “Wahai Rasulullah, apa yang menyebabkan engkau tertawa?” Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menjawab,
نَاسٌ مِنْ أُمَّتِي عُرِضُوا عَلَيَّ غُزَاةً فِي سَبِيلِ اللَّهِ، يَرْكَبُونَ ثَبَجَ هَذَا البَحْرِ مُلُوكًا عَلَى الأَسِرَّةِ
“Aku diperlihatkan sekelompok ummatku yang sedang berjuang di jalan Allah dengan menaiki ombak laut ( dengan perahu). Mereka begitu gagah perkasa bak para raja yang sedang duduk-duduk di atas singgasananya”
Ummu Haram memohon lagi agar ia dijadikan bagian dari pasukan tersebut. Kembali lagi Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam mengabulkan permohonannya, dan beliau bersabda:
أَنْتِ مِنَ الأَوَّلِينَ
“Engkau termasuk orang pertama yang ikut serta pada pasukan tersebut”
Apa yang dikabarkan oleh Rasulullah shallahu alaihi wa sallam ini benar-benar terwujud. Pada zaman khalifah Utsman bin Affan, Mu’awiyyah radhiallahu’anhu membentuk pasukan armada laut dan misi pertama mereka adalah menyerang negeri Qubrus (Siprus). Dan setiba di pantai Siprus, Ummu Haram terjatuh dari tunggangannya dan menjadi pejuang pertama yang gugur syahid di sana.
Penaklukan Wilayah
Pada tahun ini pula dibebaskan Kota Arjan, Darbijard. Gubernur Mesir, Abdullah bin Sa’d bin Abi Sarah yang baru menggantikan Amr bin Ash, melakukan futuhat ke Afrika, sehingga setiap tantara mendapatkan harta rampasan perang sebanyak 1.000 dinar.
Berikutnya, tahun 29 H, Isthahar, Fasa, dan lain-lain berhasil dikuasai. Tahun 30 H: Kota Jur, Thus, Sarkhas, Marwu, Baihaq juga berhasil dikuasai.
Salah satu pertempuran yang penting di laut pada masa Ustman ialah pertempuran Dzatis Sawari (Pertempuran Tiang Kapal). Pertempuran ini terjadi pada tahun 31 H di laut tengah dekat kota Iskandariyah, antara tentara Romawi di bawah pimpinan kaisar Constantine dengan bala tentara Islam di bawah pinmpinan Abdullah ibnu Abi Sarah, yang menjadi gubernur di Mesir.
Pertempuran ini dinamakan Dzatis Sawari karena banyaknya kapal-kapal perang yang ikut dalam peperangan ini. Konon kabarnya kapal-kapal tersebut ada 1000, 200 kepunyaan kaum muslimin dan sisanya adalah kepunyaan bangsa Romawi. Dalam pertempuran ini kaum muslimin berhasil mengalahkan tentara Romawi.
Perluasan Masjid
Pada 26 H Utsman memperluas Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Beliau juga yang pertama kali mengadakan adzan awal menjelang shalat jumat.
Sistem Pemerintahan
Sitem pemerintahan pada masa Utsman bin Affan dilakukan dengan memberikan otonomi penuh kepada daerah. Hal ini berbeda dengan sistem pemerintahan pada masa khalifah Abu Bakar dan Umar, wilayah ibedakan menjadi dua:
- Wilayah yang pemimpinya memiliki otonomi penuh, dan pemimpinnya disebut amir.
- Wilayah yang tidak memiliki otonomi penuh dan pemimpinnya disebut wali.
Amir Pada Masa Pemerintahan Utsman
No | Wilayah | Nama Amir |
1. | Makah | Nafi Ibn Abdul Harits al-Khuza |
2. | Tha’if | Sufyan bin Abdullah al-Tsaqafi |
3. | Shan’a | Ya’la bin Munbih |
4. | Jand | Abdullah ibn Abi Rabi’ah |
5. | Bahrain | Utsman ibn Abi al-Ash al-Tsaqafi |
6. | Kuffah | Al-Mughirah Ibn Syu’bah al-Tsaqafi |
7. | Bashrah | Abu Musa Abdullah Ibn Qais al-Asy’ari |
8. | Damaskus | Muawiyah ibn Abi Sufyan |
9. | Hims | Amir ibn Sa’d |
10. | Mesir | Amr Ibn Al-Ash |
Pemerintahan khalifah Utsman bin Affan berlangsung selama 12 tahun, dibagi menjadi dua periode, enam tahun pertama merupakan pemerintahan yang berjalan normal. Sedangkan periode kedua, enam tahun terakhir merupakan periode kontroversi karena beredarnya fitnah, diantaranya berkenaan dengan pengangkatan kerabat Utsman bin Affan sebagai pejabat negara. Hal ini terjadi pada tahun 35 H.